09

5.4K 410 38
                                    




"Iya, sebentar..."

Dengan sudah payah Hana menyeret kedua kakinya menuju pintu. Gedoran kuat yang mungkin sebentar lagi akan merubuhkan pintu rumahnya semakin kencang terdengar. Tangannya buru-buru merapikan rambut dan menarik kerutan-kerutan bajunya agar terlihat lebih rapi. Dengan cepat Hana membuka pintu agar siapapun yang berada diluar tidak semakin kesal. Bahkan di saat sedang sakit pun Hana masih memikirkan orang lain.

"Tante Ika...?"

Tanpa salam dan sapaan, Ika langsung menerobos masuk kedalam rumah kecil itu.

"Aryo, tutup pintunya." perintah Ika yang langsung dikerjakan putranya tanpa banyak bertanya.

Hana tersenyum lembut dan langsung meraih tangan Ika ingin menciumnya namun betapa kagetnya dia saat wanita paruh baya yang selalu lembut itu menepis tangannya dengan kasar.

"Tidak perlu berpura-pura baik lagi, Hana. Aku sudah tau siapa kau sebenarnya!"

Kening Hana menyerngit bingung. Dia benar-benar tidak tau apa maksud ucapan calon mertuanya ini. Perlahan Hana menoleh kearah calon suaminya meminta petunjuk namun yang didapat hanyalah Aryo yang membuang muka, seolah jijik melihatnya. Dengan sedikit keberanian, Hana mencoba bertanya.

"Maksud Tante..apa?"

Prak!

Hana meringis saat lemparan kertas-kertas yang dia tidak tau itu apa menghantam tepat kewajahnya. Hana membeku. Rasa perih karena ujung kertas yang menggores wajahnya tidak sesakit hatinya saat ini.

Tante Ika. Wanita lembut yang terlihat sangat menyayanginya, menyakitinya...tapi kenapa?

Hana menggelengkan kepalanya mencoba mengusir rasa ragu akan kebaikan Tante Ika dihatinya. "Ini...apa, Tan.."

"BERHENTILAH BERPURA-PURA HANA HABIEBAH!"

Hana langsung terdiam. Tanpa bisa dicegah matanya mulai memanas. Tante Ika membentaknya. Dan wanita itu sangat marah. Apa Hana menyakitinya.

jangan menangis Hana...kau anak yang kuat...

Hana yakin jika saat ini tidak ada seorang pun baik Tante Ika maupun Kak Aryo yang sudi berbicara padanya. Dengan berat dia menunduk dan mencari tau sendiri. Keningnya kembali menyerngit saat melihat sebuah gambar yang terasa aneh.

Aryo menatap geli dan bersiap tertawa dalam hati saat Hana perlahan bersimpuh dan meraih salah satu foto yang tercecer dikakinya. Aryo sedikit penasaran dengan wajah Hana yang meringis saat tubuhnya bergerak turun.

"AAAKKKHHH!!!"

Hana langsung terduduk, beringsut mundur menjauh sejauh-jauhnya dari ceceran foto yang menampilkan gambar tidak senonoh. Gadis itu menutup wajahnya sendiri dan menggelengkan kepalanya keras-keras dengan cepat, seolah hal itu bisa menghilangkan gambaran menjijikan yang berhasil menempel di otaknya. Sekelebat kejadian malam itu kembali terulang dikepalanya bagai sebuah putaran film. Rasa takut itu kembali memenuhi dirinya.

"Tidak...tidak...tidak..."

Ika yang muak dengan tingkah Hana yang dinilainya penuh dusta langsung beranjak dan bersimpuh didekat gadis yang masih bergumam 'tidak' seperti orang gila. Dengan kasar Ika menarik tangan yang menutupi wajah Hana yang memucat. Mengabaikan tubuh gemetaran gadis itu.

"Katakan jika itu bukan dirimu, Hana...katakan!" bentak Ika tidak sabar.

Bukannya menjawab, Hana malah menggigit bibirnya sampai darah mengalir disudut mulutnya. Aryo yang tadi bersiap menahan tawa melihat reaksi Hana malah melotot kaget. Dengan cepat pria itu ikut bersimpuh didekat ibunya.

L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang