12

6.1K 496 86
                                    

Ngantuk adalah cobaan paling berat...

Dan ane malah dapat ide saat duduk dikereta dan berngantuk ria.

Mulai aja deh...ciaoooo

----------------------------------------------------

Entah mengapa cuaca seperti turut serta menghitamkan jiwanya.
Sudah hampir satu jam pria itu hanya berdiri tegak, terdiam ditempat tanpa ada keberanian untuk mendekat.

Bola mata hitamnya hanya mampu menatap sendu gundukan tanah yang seakan menolak kehadirannya. Bahkan pria itu merasa jika nisan batu itu menatapnya dengan tajam dan penuh kebencian.

Dengan sangat berat, Aryo menguatkan diri untuk menyeret kakinya mendekati peristirahatan terakhir seorang wanita. Wanita tangguh dan mulia yang pasti sangat membencinya.

Aryo jatuh berlutut disisi kuburan itu. Tangannya terkepal hingga buku jarinya memutih. Rasa sesak didadanya dengan cepat menyerbu. Rasa salah pun tanpa ampun menghantam dirinya. Penyesalan yang sia-sia.

Setelah empat tahun berlalu, baru kali ini pria tampan itu berhasil membawa tubuhnya untuk mendekat. Selama ini kakinya bagai terikat rantai dosa.

Dengan terbata pria itu mulai menyapa seorang wanita yang mungkin akan membunuhnya jika masih hidup. Yah, membunuhnya karena telah menyakiti putri yang telah dihadirkannya ke dunia dengan bertaruh nyawa.

"Ma..af...Aku sungguh-sungguh minta maaf..." isak Aryo dengan kepala tertunduk.

Dan hanya terdengar isak tangis tertahan yang menjadi latar keheningan pemakaman itu. Aryo tidak bisa berkata apapun lagi selain menangis dihadapan pusara bertuliskan nama 'Suci Zuraida'.
.
.
.

Lelah. Wajah tampan itu semakin terlihat memucat dan lesu. Semua emosi diluapkannya dalam tangisan tanpa suara didepan makam ibu dari wanita yang telah dia sengsarakan. Namun tak dipungkiri terbersit rasa lega walaupun sedikit. Rasa lega karena Aryo bersumpah didepan pusara itu jika dia akan membahagiakan Hana dengan tangannya sendiri.

Namun semua itu tetap sia-sia bukan jika...

"Maaf, Pak. Saya masih belum mendapatkan kabar tentang keberadaan nona Hana." ucap seorang pria yang tidak lain adalah supir sekaligus tangan kanannya, begitu Aryo mendudukkan diri.

Helaan napas pelan mengalun dari celah bibirnya. Empat tahun. Yah, sudah empat tahun prioritas utama Aryo dalam hidupnya adalah mencari mantan tunangannya.

Cinta? Atau hanya rasa bersalah. Aryo sama sekali tidak mau repot-repot memikirkan perasaannya saat ini. Yang terpenting adalah Hana. Dia harus segera menemukan wanitanya itu. Entah mengapa rasa hangat yang menggelitik hatinya selalu terasa saat membayangkan Hana kembali kepelukannya. Jika ini benar rasa cinta? Aryo harus segera menemukan wanita itu untuk memastikannya.

"Terus cari. Dan sampaikan berita sekecil apapun padaku tentang Hana." ucap Aryo datar tanpa melepas pandangannya dari pintu taman pekuburan.

"Dimana kau? Sayang..."

-------------------------------------------------------

Derap langkah kaki-kaki kecil terus berderai hingga wanita tua dibelakang mereka semakin kesal saja.

Mulut wanita itu terus saja berteriak memanggil anak-anak manis namun nakal itu.

Bukannya takut dan berhenti, mereka malah semakin kencang tertawa. Tepatnya menertawakan Bibi Yi yang mengejar mereka dibelakang dengan napas yang sudah mau habis.

Apa yang ditakutkan anak-anak ini dari sayur sawi. Melihat hijaunya sayur ini seperti melihat setan saja. Padahal rasanya enak. Keluh Bibi Yi masih mengejar dengan napas yang semakin tersengal-sengal.

L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang