15

3.5K 301 56
                                    

Kera sakti sudah kembali menemani sang biksu mengambil kitab suci. Malahan kitab suci sudah disampul cantik dengan berbagai warna sanking lamanya cerita ini gak ane update2.....
Sampe ane harus baca ulang lagi cerita sendiri karena lupa....hiks hiks.

***×***

-------------------------------------------

'Oh, Brengsek! siapa yang menyalakan alarm'

Valdie yang memang sudah bangun memaki alarm yang dia setel sendiri diponsel. Dengan kesal dibukanya mata dan langsung duduk. Detik berikut mulut kotornya mengumpat lagi saat rasa pusing menyerang karena bangun tiba-tiba.

Valdie memijat pangkal hidungnya berharap tindakannya mampu menghilangkan rasa pusing.

"Hei..~!"

Suara manja disertai belaian mesra pada punggung telanjangnya membuat Valdie berhenti memijat. Pria itu menghela napas malas saat tangan mungil itu semakin berani memeluknya dari belakang dan mulai membelai perut ratanya.

'Ternyata Jalang ini belum pergi.'

Valdie menepis tangan wanita itu dan beranjak berdiri. Pria itu kembali memakai celananya yang tertumpuk dengan baju lain disamping ranjang, tanpa rasa malu memperlihatkan tubuh telanjangnya.

Mata wanita itu mengikuti gerakan Valdie yang mengambil beberapa helai uang dari dalam dompet. Tanpa sadar wanita itu menggigit bibirnya menahan rasa sakit. Setelah keperawanannya lenyap apakah sekarang dia diperlakukan bagai pelacur. Dimana pria romantis dan lembut tadi malam. Apa pria itu sejak awal memang hanya ingin tubuhnya. Dan isakan itu lolos saat Valdie melempar lembaran uang yang tidak sedikit keatas tempat tidur. Dekat dengan wanita itu.

"Pergilah. Itu buatmu." ucap Valdie datar.

Dengan gemetar wanita itu memungut uang yang dilemparkan Valdie. Sadar jika dirinya hanya menjadi teman satu malam dari pria yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi. Berharap jika hidupnya yang hanya sebagai pelayan restoran hotel kecil bisa mendapat cinta dari pria kaya dan tampan. Bagai cerita-cerita di novel. Dan wanita yang sadar diri itupun pergi sebelum Valdie selesai dari mandinya.

.

.

.

"Bunda...Adek gak mau pakai itu!" telunjuk mungil itu menunjuk ikan goreng yang menjadi lauk makannya.

Hana menatap Yuri dengan pandangan kesal bercampur gemas. Sudah tiga kali puteri cantiknya ini mengganti lauk makannya. Setelah nugget dilempar kekucing dan telur dadar hanya dimakan seujung kuku dan sekarang ikan goreng yang dia minta pun kembali ditolak.

Hana menarik napas dalam-dalam, berusaha agar terus sabar dan tersenyum manis. Ini cobaan.

"Dek, sayang...tadi kan adek Yuri yang minta Bunda gorengin ikan lele, kok sekarang bilang gak mau.."

Yuri bungkam. Melihat pipi gembul itu semakin membulat mau tak mau Hana tersenyum dan memeluk puteri kesayangannya. Syukurlah Yuri tidak menolak.

"Masih belum mau makan?" Bibi Yi yang baru datang, duduk disebelah Yuri yang masih dalam pelukan Hana.

Hana mengangguk dengan wajah minta pertolongan.

Bibi Yi membelai rambut Yuri, "Dek..Bunda kemarin pulang malam karena menolong orang yang kelaparan, kasihan dia. Kalau nanti mati gimana?"

Bukan hanya Yuri yang kaget tapi Hana juga. Siapa yang kelaparan? pakai mati segala.

"Eh! Siapa yang lapal, Oma?!" tanya Yuri.

L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang