Mencuri waktu disela-sela kesibukan yang datang beruntun bagai rombongan pejabat...
Mumpung si bos lagi ga ada....tancap nulis lagi doooooong
mudah-mudahan membuahkan hasil
maap ya preeeeend....ini tombol 'ep' napa ga bisa dipencet yak....(ngambek kelamaan dianggurin kayaknya nih)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pegal
Mual
Kesal
Murka!!!
Jika bukan karena ibunya yang dihubungi pengurus panti sialan itu, mana mungkin dia bisa terjebak dijalan neraka ini. Bisa-bisanya masih ada jalan yang berlubang-lubang sebesar kolam ikan begini. Apa daerah ini sudah tersingkir dari peta Indonesia. Tangan Valdie sudah gatal ingin menghubungi salah satu temannya, orang yang berpengaruh didaerah ini dan memaki-makinya karena membuat pantatnya ber'joget' ria didalam mobil.
Valdie memijit keras pangkal hidungnya. Kepalanya masih berdenyut-denyut karena bangun terlalu pagi. Tak menyerah ibunya langsung menghubungi supirnya karena jeritan ponselnya sendiri tak dia perdulikan. Alhasil dengan sangat terpaksa supirnya menggedor pintu dan membangunkannya tepat jam tiga pagi. Pria tampan itu ikut simpati melihat wajah pucat sang supir dilema antara takut padanya atau sang ibu suri. Dan pemenangnya tentu saja ibu cantiknya tapi galak bukan main.
"Din....memang tidak ada jalan lagi kesana selain lubang setan ini!" kesal Valdie yang masih pasrah terlempar-lempar didalam mobil. Bahkan kepalanya hampir terjedut kelangit-langit mobil mewahnya.
"Maaf Pak Valdie, hanya ini akses kepanti asuhan itu. Saya sudah mencoba mencari jalan dari map namun tidak ada lagi alternatif lain." jelas pria tua itu tanpa melepas fokusnya dari jalan.
"Sial!" umpat Valdie. Jangan salahkan jika disana nanti dia melampiaskan emosinya.
Andai saja orang-orang panti itu diam dan tak bertanya pada ibunya perihal kedatangannya yang terlambat. Pasti dia tidak perlu menderita dikepala dan pantat. Minimal pantat sajalah, karena memang jalan setan ini tidak bisa dihindari lagi.
Harus berapa jam lagi dia disiksa disini.
"Kelihatannya didepan jalanan sudah lumayan bagus, Pak..." ucap supirnya sambil tersenyum lega dalam hati.
Baru kali ini Valdie merasa bahagia lahir batin hanya karena jalanan. "Baguslah...."
Dari kejauhan sudah terlihat bangunan dua lantai yang tak terlalu besar namun terlihat tenang dan asri. Dalam hati Valdie memuji siapapun yang memberikannya obat penenang dari jalan nerakanya tadi.
Mobilnya mulai memasuki pekarangan panti asuhan itu. Suara cempreng anak-anak langsung menarik perhatian pria tampan itu. Namun ingus meleleh dari salah satu anak yang langsung disedot kembali sukses membuatnya meringis. Jangan sampai anak-anak jorok itu meminta gendong padanya. Valdie terlalu sibuk memikirkan kata-kata penolak buat anak ingusan itu dan tidak sadar jika sang supir sudah membukakan pintunya. Dengan berat Valdie menyeret kakinya keluar dari mobil.
Dengan gaya angkuhnya yang telah terbentuk dari janin, Valdie menjelajahkan matanya, merekam apapun yang ada didepannya. Lumayan juga panti asuhan buatan ibunya ini. Mulai dari atap sampai cat seperti habis diperbaharui. Kepalanya dengan cepat menoleh saat merasakan seseorang mendekat.
Ah! Tidak....tepatnya beberapa anak...dan syukurlah sibocah ingus masih bermain disana.
Bola mata hitam itu terus menatap intens padanya. Tanpa sadar pria tampan itu tersenyum geli saat membayangkan pipi bulat itu pasti se'asyik' squishy jika diremas. Tanpa sadar Valdie berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sibocah pengamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E (Why You Hurt Me So Much)
RomanceBersama mereka Menyayangi kedua nya dan mungkin jatuh cinta pada keduanya Tapi yang tidak aku tahu Mereka berdualah yang menghancurkan masa depanku Kedua pria itulah yang mengelapkan masa laluku Dan kedua pria itu pula yang telah merenggut kehormata...