Wajah yang kusam karena terik mentari, seragam yang berbau akibat keringat yang tak berhenti menyucur, kepala yang begitu pening tatkala menghadapi mata pelajaran yang kian hari kian sulit kini mewarnai tampilan siswa/siswi SMA Nusa Bangsa.
Sejak pukul 13:30, jam sekolah telah bubar. Namun, Felly, Kania, Lita dan Zulfa, tak melupakan ritual rutin mereka setiap hari untuk nongkrong di depan taman sekolah sambil makan bakso urat gerobak Kang Deni. Bakso yang sangat lezat menurut mereka, didukung oleh sambal tumis level lima, terik matahari level sepuluh, dan tentunya air es yang kenikmatannya tak terbayangkan.
Layaknya remaja SMA pada umumnya, mereka berghibah, bercanda tawa, bergurau hingga timbul tawa di antara mereka yang merupakan virus yang bisa saja tertular kepada orang lewat untuk ikut tertawa. Jadi, ketawa mereka bisa dibilang cekikikan gak jelas. Atau dikenal dengan 'ketawa gila'."Eh.. eh lu tau gak? Kemarin, Mumu si cupu cewek di tembak sama Vino, si cupu cowok!" ujar Kania dengan mata berbinar.
Seketika ketiga kawannya yang lain, Felly, Zulfa, dan Lita mencondongkan tubuh ke arah Kania yang lagi-lagi membawa info baru pada mereka.
Sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan mulutnya yang tengah menahan rasa pedas Lita bertanya, "Terus..terus? Dia nerima gak?"
"Iya! Dia nerima! Wah gila, gak ceweknya, gak cowoknya.. cupu semua! Hahah... Cocok banget dah mereka!" jawab Kania begitu bersemangat.
"Waduh, parah parah... Nih ya, kalo misalkan mereka nanti nikah, terus punya anak, pasti anaknya cupu semua. Secara? Keturunan gen, kan?" sahut Zulfa tak mau kalah.
"Sumpah sih, lu berdua parah banget. Lu Kania! Gak berhenti-berhenti nyari topik ghibah buat nularin dosa ke kita-kita. Lu Zulfa! Kalo udah meyangkut kecupuan dan keburikan orang lu langsung semangat yah lu! Kayak cantik aja sih, sialan." Lita mengakhiri kalimatnya dengan tawa lepas.
Kang Deni yang sedang menyajikan beberapa mangkuk bakso hanya bisa menggeleng heran sembari tertawa kecil melihat kelakuan langganan-langganannya ini. Maklum, mereka adalah individu-individu yang sering bersembunyi di balik watak introvert jika berada dalam kesendirian. Namun, kalau sudah bertemu seperti ini? Para introvert pasti sudah lari terbirit-birit jika melihat mereka.
Tidak seperti rekan-rekannya yang garis wajahnya mulai terbentuk karena tertawa terus-menerus, Felly hari ini tak seperti Felly yang biasanya. Biasanya, ia cerewet. Jika mulutnya sudah menutur, akan susah baginya untuk berhenti. Kadang, ghibahannya bahkan lebih sadis daripada Kania. Anehnya, sejak tadi pagi, hingga saat ini, ia sangat irit ngomong dan hanya tersenyum simpul saja saat teman-temannya menuturkan candaan.
Lita, satu satunya di antara mereka yang memperhatikan Felly yang sedari tadi hanya tersenyum penuh arti, irit bicara dan irit ketawa pun heran. Padahal, biasanya dia yang paling bawel. Bukannya merangkul atau menanyakan secara baik, Lita malah merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuat lelucon baru.
"Eh, Felly, lemes banget lo. Cacingan yah?" tanya Lita yang kemudian diakhiri kikikan tawa olehnya, Zulfa dan Kania. Sementara, Felly masih dengan ekspresi yang sama, tersenyum simpul. Bak menyembunyikan sesuatu.
"Wah, sebanyak apa cacing yang ada di perut lo sampe sampe lo lemes kayak gitu? Se-RT? Se-kota? Wah sadis amat tuh, cacing." seru Kania.
"Hahahaha, cacingan? Minum baygon!" ucap Kania yang lagi-lagi mengundang tawa dari mereka.
"Lemes hilang, nyawa juga hilang!" Yah, satu kata untuk mereka, gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of My Marriage [COMPLETED]
Teen Fiction(SEBAGIAN PART DI PRIVATE YAH, FOLLOW DULU SEBELUM BACA. THANKS) HEH! PLAGIATOR JAUH-JAUH LU! Suatu kekecewaan besar ketika Felly harus pergi meninggalkan Bandung, kota tempatnya dibesarkan. Dimana ia harus melepas moment-moment indah bersama para s...