BUGGHH!!
Satu tonjokan mendarat sempurna di hidung Fandy. Ingat! Ini tonjokan. Bukan tamparan atau pukulan biasa.
Felly yang berkemampuan bela diri itu berhasil menonjok suaminya hingga hidungnya berdarah dan akhirnya ambruk
Tak sadarkan diri.
.
.
.
"Aduh.. gila! Sumpah ini bener-bener gila. Kenapa lo bisa sampe pingsan begini sih, Fan? Duh, kalo bokap nyokap gue tau. Mampus!" Ucap Felly panik sambil membersihkan darah yang ada dihidung Fandy.
Beberapa menit ia habiskan dengan mengobati Fandy kemudian ngomel gak jelas.
"Eugh.." Fandy tersadar dari pingsannya.
"Fandyy!!!!" Felly langsung berteriak kesenangan sambil berloncat-loncat ria di samping Fandy. Membuatnya menutup telinga.
"Hore!! Fandy udah hidup! Gak jadi dimarahin! Yeaaaayyy!"
"Eh, tong kosong yang bunyinya nyaring! Gue itu lagi kesakitan gara-gara lo! Ngerti dikit napa sih."
Felly hanya cengengesan.
Fandy mendengus.
"Yaudah deh.. sory sory.. gue kira tadi lo mau anuin gue. Jadi, gue langsung bertindak aja sebelum telat."
"Idih... eh tripleks dada rata! Gue tuh udah pernah bilang kalo gue gak nafsu sama lo, manusia tepos!" Ucap Fandy dengan malasnya.
"Tapi, karna kita udah sah, jadi gue sih mau mau aja kalo lo ajak anu-anuan. Ya untung-untung bonus hidup lah.." Lanjutnya.
Felly bergidik ngeri.
"Tapi gue gak bisa secepat itu maafin lo. Apalagi lo gak pernah minta maaf. Dan gue, Fandy prasetya alghifari bakal lapor ke kedua mertuanya yaitu Irawati dan Dandika santoso kalau anaknya, yaitu elo.. udah bikin hidung suaminya berdarah-darah sampe lumer."
"Halah.. gitu aja cengeng. Gak usah jadi cowok lu." Kata Felly meremehkan.
"Terserah lo mau bilang apa. Gue gak peduli. Yang penting sekarang, gue bener-bener bakal ngelaporin lo ke bonyok lo." Kata Fandy kemudian beranjak mengambil hpnya di atas nakas.
"Eh.. eh... eh.. iya deh iya.. sorry. Gue janji deh gak bakal ngatain lo lagi. Tapi plis, jangan laporin gue ke mak ama bapak gue. Bisa-bisa gue dimutilasi terus dibagiin ke kecoa laper kalo lo aduin." Kata Felly mencoba menahan Fandy. Tentu Felly tak ingin kalau hal itu terjadi.
"Gak ada maaf buat lo."
Wajah Felly berubah pilu.
"Fan.. plis dong Fan.. jangan kayak gini. Gue bener-bener gak bercanda. Gue takut banget sama orang tua gue. Fan.. jangan dilaporin yah?" Felly menatap Fandy dengan wajah kasihannya.
Fandy menyeringai. Seperti merencanakan sesuatu.
"Tapi ada syaratnya." Tuh kan,
"Dasar modus! Pasti lo mau ngasih syarat yang nggak-nggak kan?"
"Yaudah kalo gak ma,----"
"Fine! Apa syaratnya?"
"Besok disekolah, jam istirahat lo ke ruang osis. Bawain gue dua roti, dua susu, sama dua air mineral. Terus lo juga harus bantuin gue ngerjain tugas osis. Pasti pekerjaan udah numpuk banget nih."
"Loh.. bukannya ada Gwenny yah? Dia kan sekretaris osis. Itu tugasnya dia. Bukan gue."
"Kalo sama dia, pekerjaan gak pernah selesai. Kerjaannya modus mulu. Risih gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of My Marriage [COMPLETED]
Teen Fiction(SEBAGIAN PART DI PRIVATE YAH, FOLLOW DULU SEBELUM BACA. THANKS) HEH! PLAGIATOR JAUH-JAUH LU! Suatu kekecewaan besar ketika Felly harus pergi meninggalkan Bandung, kota tempatnya dibesarkan. Dimana ia harus melepas moment-moment indah bersama para s...