Sudah dua hari ini Felly terlihat sangat murung. Bayangan tentang papa nya masih terekam jelas di memori Felly.
Hinaan itu,
Perkataaan itu,
Bahkan tamparan itu.
Semuanya...
Ia tak lupa.
Kejadian itu akan selalu ia ingat. Seperti Rose yang tidak pernah melupakan Jack, cinta pertamanya bahkan saat ia sudah bangkotan dalam Film Titanic.
Seringkali ia ingin menghalau rasa sedih itu. Berusaha menyisipkan rasa gembiranya yang dari dulu selalu ia bawa kemana-mana. Tapi ia tak bisa. Tak bisa berpura-pura gembira saat hatinya sedang remuk.
Bertengkar dengan sahabat saja, kita sudah merasa tak enak hati ketika bertemu disekolah. Apalagi orang tua? Yang setiap hari kita temui dirumah. Makan bersama, saat ingin keluar rumah, bahkan ke wc kita pasti bertemu orang tua. Sangat tertekan, bukan?
Untung saja Felly tidak tinggal bersama orang tuanya karna ia sudah menikah dan harus ikut suaminya untuk tinggal berdua. Meski tak sedikit pun rasa sedihnya teratasi, tapi ia sedikit lega karna bisa bersembunyi dulu dari sumber kemurungannya dua hari ini. Huh.. ternyata, menikah dengan Fandy ada gunanya juga.
.
.
.
Saat itu Felly tengah berada di atas bajaj langganannya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan menuju ke apartemen Fandy. Setiap hari ia memang selalu pulang naik bajaj. Selama menikah, sama sekali ia tak pernah diantar pergi maupun pulang sekolah oleh Fandy. Bukan apa-apa, Felly dan Fandy hanya tak ingin berita pernikahan mereka menyebar disekolah. Tau sendiri kan? Kalau Fandy itu the most wanted ketos disekolahnya? Bisa mati mereka kalau sampai beritanya menyebar.
Selama perjalanan, Felly terus mempertonton kan wajah datarnya. Meski ia merasa tak ada yang melihat, tapi wajahnya yang masam itu tak luput dari perhatian sang supir bajaj, tentunya dengan melihat dari kaca spion.
"Kenapa, dek? Murung amat." Kata Sang supir.
"Nggak papa bang."
"Lu lagi ade masalah? Cerita aje... siapa tau nanti abang bisa bantu."
Bantu? Felly pun tak yakin sang supir mau mendengarkan ceritanya hingga tuntas.
Aha! Felly ada ide..
Masih dengan ekspresi yang sama, Felly berkata pada supir bajaj.
"Iya nih bang. Saya lagi ada masalah."
"Yaudah cerita aje. Nanti abang bantuin kalo bisa."
"Beneran bang mau dibantuin?"
"Iye."
"Jadi gini bang, saya lagi ada masalah sama pacar saya. Dia selingkuh sama cewek lain. Nah, saya pengen bales kan tuh.. saya juga mau selingkuh kayak dia. Cuma saya bingung, mau selingkuh sama siapa? Nah, abang mau gak jadi selingkuhan saya?" Kata Felly sambil menaik turunkan alisnya menghadap kaca spion.
Alih-alih terpesona, sang supir malah bergidik ngeri. Seakan melihat macan betina yang akan memangsa mantan suaminya sendiri.
"Aduh, dek. Gini ye.. abang tuh sebenernye udah punya istri tiga. Nah itupun istri abang yang pertama sama kedua pasti cembokur kalo abang keseringan nginep di rumah istri yang ketiga alias istri paling muda. Sampe-sampe mereka biasa bawa cobek ama sambelnya buat ngehajar abang. Adeh... apes banget." Katanya yang meluncur begitu saja seperti kereta api. Tak henti-henti.
Felly hanya melongo. Istri tiga? Ya ampun...
"Abang sih sebenernye kepingin bantuin elu. Cuma abang takut kalo misalkan istri-istri abang salah paham, ngira kalo elu otw istri keempat. Lama-lama di mutilasi juga nih abang. Kagak dah, kagak. Naudzubillah.. jangan sampe kejadian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of My Marriage [COMPLETED]
Fiksi Remaja(SEBAGIAN PART DI PRIVATE YAH, FOLLOW DULU SEBELUM BACA. THANKS) HEH! PLAGIATOR JAUH-JAUH LU! Suatu kekecewaan besar ketika Felly harus pergi meninggalkan Bandung, kota tempatnya dibesarkan. Dimana ia harus melepas moment-moment indah bersama para s...