(30) Ending

11.3K 316 6
                                    

Sedih juga yah pas nulis ending cerita ini 😢😢

Tapi kalo ada awal pasti ada akhir kan guys? Semoga kalian suka yah sama ending nya.

Eh, yang mau dibikinin extrapart silahkan vote dibawah! Kalo vote lebih 20, Extrapart otw..

Btw, aku mohon maaf kalo endingnya lama banget, soalnya hape lagi rusak. jadi harus pake laptop dan laptopnya juga jaringannya hancur banget *hehehgakpenting

Oke kita beralih ke ceritanya..

--Cekidot--

***

Ketika sinar bulan menimpa wajah Fandy yang muram, yang dirasakan Felly hanyalah gemas. Bagaimana tidak? Dari sore hingga malam hari Fandy terus-terusan menunjukkan kemuramannya pada siapa saja yang ia lihat.

Tadi sore ia bahkan sempat dimarahi tukang siomay karna dengan sengaja menendang gerobak siomay-nya sebagai luapan kekesalan. Bibirnya monyong hingga nyaris terjepit pintu saking monyongnya. Matanya sinis kemana-mana. Tentu saja faktor kekesalannya karna dilupakan Felly selama tiga jam lamanya.

Tapi bukan hanya itu saja, ini juga faktor gengsi. Karna sifat Fandy yang sok jaim ini. Ia jadi tidak mengetahui apa sebenarnya yang dibicarakan Felly dan Rihan sewaktu di Caffe tadi, hingga dia hanya bisa menebak-nebak bahkan beberapa kali berfikiran buruk tentang istrinya itu. Untung saja Fandy langsung menepis itu semua. Bagaimana pun Felly tetap istrinya bukan?

"Fan, udah dong.. Ngambek mulu ah dari tadi."

Felly berdecak kesal melihat Fandy kali ini. Baru kali ini ia menghadapi lelaki se-alay Fandy. Ia juga baru pertama kalinya membujuk orang ngambek. Dan untuk wanita seperti Felly itu bukan hal yang mudah.

"Eh, Fandy. Lo tuh alay banget sih! Capek tau dari tadi bujukin lo mulu. Gila, pegel nih gue ngikutin lo kesana kemari. Dasar suami durhaka!"

"Enak aja," Protes Fandy, "Siapa sih yang gak kesel kalo ditinggalin istrinya ngobrol sama cowok lain? Lo tuh gak pengertian banget sih.. Sebel deh!"

Fandy berjalan cepat menuju kamar. Sementara Felly yang posisinya tengah berada di depan tv itu hanya melongo kebingungan. Rasanya Fandy terlalu berlebihan akan peristiwa ini. Bukannya memang Fandy yang mengizinkannya bertemu Rihan? Lalu sekarang, mengapa dia yang marah?

Tak mau masalah ini berlarut, Felly pun beranjak dari sofa dan menyusul Fandy.

"Fan.." Felly mendekati Fandy perlahan. Takut kalau suaminya ini akan menerkamnya bila saja ia salah tindak.

Dan ternyata, sejak tadi sore kacang memang sangat mahal. Terbukti dengan Fandy yang saat ini hanya terdiam dengan wajah kesal sambil memainkan ponsel. Bahkan tanpa memperdulikan istrinya sedikit pun.

"Lo tuh yah, durhaka banget sama istri. Nggak bisa maafin istri dikit napa. Kena karma tau rasa lo!"

Felly berdecak sebal. Dirinya mantap membuang muka dengan tatapan sendu.

"Gue kan udah minta maaf, Fandy..  Kenapa masih aja cuek sama gue?" Kata Felly lagi.

Fandy menoleh cuek, "Lo sih, minta maaf nya kayak nggak ikhlas gitu."

"Yaudah terus lo maunya kayak gimana?" Felly bertanya cuek.

"Gimana kek, ngomong apa gitu yang bisa bikin.. yaa,---"

"Oke fine!"

Felly menegapkan badannya, memantapkan posisi kemudian menarik Fandy mendekat padanya. 

"Fan, gue mau minta maaf sama lo. Karna gue udah ninggalin lo selama tiga jam buat ngobrol sama Rihan. Gue tau gue salah dan gue maklum kalo lo marah. Maafin gue yah, Fan."

Tiba-tiba keduanya sebab sekarang mereka sekarang dalam keadaan berpelukan. Pelukan itu bertahan beberapa saat hingga akhirnya melembut.

"Felly arnetha, aku sayang banget sama kamu. Aku minta maaf kalo aku kekanak-kanakan banget. Tapi aku berani sumpah kalo aku cuma kayak gitu sama kamu doang. Hati aku yang nyuruh supaya aku cemburu sama Rihan."

Seperti kata pepatah, Seorang lelaki akan berbicara lebih lembut ketika ia bersama orang yang dicintainya, hal itu kini dialami mereka. Bayangkan saja, betapa bahagianya ketika bisa menikah dengan orang yang dicintai.

Tapi, bukannya malah terhanyut dalam suasana, Felly malah melepas pelukannya dan melemparkan tatapan sengit nan bingung,

"Lo kok sekarang ngomongnya pake aku-kamu sih"

Bukannya menjawab, Fandy tertawa geli, "Masa kita udah satu tahun nikah ngomongnya masih lo-gue? Emang gak bosen? Nggak mau yang lebih wah, gitu?"

"Hm..." Felly menepuk-nepuk dagunya, "Bener juga.."

"Yaudah kalo gitu." Kata Felly pada akhirnya.

"Kita ngomongnya pake aku kamu aja. Supaya lebih mesra.." Felly tertawa malu seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Hal itu lantas membuat keduanya bersemu merah menahan malu..

"Ciyeee!" Teriak keduanya serempak.

Tawa mereka meledak menyairkan seisi kamar berirama mengikuti setiap gelak yang mereka tuturkan.

Begitulah mereka, pasangan konyol tetapi juga bisa romantis. Ada banyak kebahagiaan yang tersembunyi di balik hati pasangan ini. Namun, terkadang hal itu ditutupi oleh rasa gengsi yang akhirnya merugikan dan membuat mereka menyesal sendiri. 

Berbagai masalah mereka hadapi, rintangan dan segala cobaan yang ditujukan Tuhan untuk pernikahan mereka hingga saat ini bukanlah akhir. Ada banyak hal penumbuh kedewasaan lain yang mesti mereka lewati.

Tapi, jauh di dalam lubuk hati mereka, tersimpan seribu doa yang indah dan harapan manis,

Untuk masa depan mereka.

*************

Tbc.

Kalo masih pada ngerasa ending ini gantung. Mendingan pada comment aja yah.. Karna semua jawabannya ada di extrapart. Thanks..

Kamis, 14 September 2017

Story Of My Marriage [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang