13

1.9K 176 39
                                    

****

Pagi ini seperti biasanya aku menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk kami berdua sebelum berangkat ke kantor. Syukurlah lebam pada wajah kak Melody sudah sedikit membaik, namun luka di sudut bibirnya belum ada perubahan.
Ku awali hari ini dengan sarapan bersama dengan kak Melody sebelum kami berdua nantinya akan disibukkan dengan pekerjaan kami masing masing.

"hari ini terakhir kan dek UTS nya?"

Tanya kak Melody di sela sela sarapannya

"iya, legaa rasanya. Otak aku ngebul kayaknya nih kak."

"Skripsi kak Melody gimana? Udah sampai mana?"

"hmmm, baru mau masuk Bab 4. Tapi sejauh ini lancar kok."

"iyalah, aku percaya kak Melody kan hebat, Skripsi doang mah gada apa apa nya ya kan?"

Ucapku lalu tersenyum

Kak Melody juga tersenyum mendengar ucapanku kemudian ia mengusap lembut rambutku.

"makasih atas pujiannya adik cantik"

"berarti aku udah harus siap siap cari baju yah buat acara Wisudanya kak Melody"

"masih lama dek"

"4 bulan lagi kan?"

"iya deh terserah kamu"

"ini masih sakit kak?"

Tanya ku sambil menyentuh luka di sudut bibirnya.

"udah enggak kok, kan udah kamu obatin semalam"

"dek, nanti aku pulang kantor mau ke kampus dulu sebentar, kamu bawa aja mobilnya biar aku naik Taxi."

"enggak ah, aku pulang sama Shania aja"

"yaudah, tapi langsung pulang yah jangan mampir mampir."

"siap bu boss"

Kami pun berangkat bersama ke kantor, namun kali ini aku yang memaksa untuk menyetir.

****

"kak Veeee"

Aku langsung bermanja manja dengan kak Ve begitu aku sampai di meja kerjaku.

"udahan mabuknya?"

Tanya kak Ve ketus

"ish, sebel masih aja dibahas"

"lagian kamu apaan coba mabuk mabukkan gitu? Diajarin siapa? Hmm?"

"iyaa, iyaa...udah enggak usah dibahas lagi ah. Emang masih kurang waktu itu di telpon ceramahinnya?"

"kalau kamu ada masalah cerita sama aku, jangan malah mabuk mabukkan."

"iyaaa mbak badai ku"

Kak Ve menggembungkan pipinya, itu adalah gaya andalan nya jika sedang cemberut.

Jam makan siang tiba, aku, kak Melody dan kak Ve janjian makan siang bersama di warung soto favorit kami. Pada saat ini pula lah aku kembali jadi bulan bulanan kedua kakak ku karena ulah mabuk mabukkan ku kemarin. Mereka berdua terus saja menceramahiku secara membabi buta membahana huru hara (apaan deh 😪)
Topik pun berganti, kini mereka membicarakan Naufal yang tiba tiba mengantarku pulang malam itu. Oh iya, hubunganku dengan Naufal sudah mulai membaik lagi. Ia sudah tak lagi bekerja pada Night Club itu, karena ulahnya menghajar penggunjung, Naufal dipecat pada keesokan harinya. Kini ia bekerja pada sebuah perusahaan kontraktor yang cukup ternama di Jakarta.

IF I NEVER SEE YOUR FACE AGAIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang