Luhan tersentak mendengar perkataan itu, gadis itu berhenti dan menoleh kearah Sehun. Laki-laki itu menatap tajam kepadanya, tanpa berkata apapun.
“A... apa yang kau katakan barusan?”
Tangan laki-laki itu menyebrangi tubuh Luhan dan menutup pintu mobil yang sudah terbuka, membuat gadis itu kembali terjebak di dalam kendaran itu bersama Sehun.
“Aku bertanya apa yang kau katakan,” ucapnya dengan sedikit menekan.
“Kau dan aku, ayo kita menikah dan hidup bersama.”
“Mwo? Sepertinya kau masih mabuk, aku tidak punya waktu untuk gurauanmu itu.”
Pintu mobil yang terbuka kembali ditutup oleh Sehun, gadis itu hendak membentaknya, namun saat ia berbalik, wajah Sehun berada hanya beberapa cm dari wajahnya. Luhan membelalak, wajahnya mulai memanas dan ia yakin pipinya sudah memerah saat ini.
“Aku sepenuhnya sadar dan aku bersungguh-sungguh, aku sudah membicarakan hal ini dengan ayahku, jadi ayo kita menikah.”
“B... bagaimana bisa kau mengatakan itu?!” pekiknya kesal. Sehun menarik diri dengan heran saat melihat tingkah laku Luhan.
“Wae? Kau tidak mau? Kalau begitu yasudah, turun dari mobil.”
“Heol, dasar bajingan gila. Kau mau menikah saat kau sedang berpacaran dengan gadis lain? Sudah kuduga, kau hanya bermain-main, iya kan? Kau memintaku menikah denganmu dan beberapa saat kemudian kau langsung berubah pikiran. Cih, bagaimana bisa orang sepertimu ada di dunia,” ucap gadis itu kesal. Luhan keluar dari mobil dan melangkah menuju ke dalam rumahnya.
Ia bersandar pada pintu rumahnya dan memejamkan mata sejenak, Luhan mencoba untuk menenangkan dirinya, jika tidak dia mungkin bisa mati karena sesak nafas. Asma? Sepertinya tidak, ia sudah berkali-kali mengecek kesehatannya ke rumah sakit, namun kata dokter itu bukanlah asma, hanya kelainan yang terjadi jika ia terlalu stres.
Setelah beberapa saat, ia akhirnya berjalan ke kamarnya, Luhan mengganti dress yang ia kenakan dengan pakaian rumahan yang jauh lebih nyaman. Tiba-tiba ponselnya berdering, nama Oh Sehun tertera pada layar benda itu.
Gadis itu tidak mengangkatnya, ia hanya memandangi ponselnya sampai berhenti berdering. Laki-laki itu mencoba menghubunginya sekitar 15 kali, tak menyerah, ia mengirimi Luhan sms.
Ya, aku ada di depan rumahmu, kau tidak mau keluar?
Tidak bisakah kita membicarakan hal ini dulu?
Aku hanya bercanda soal mengubah pikiranku tadi,
Kau pasti menginginkan ini juga bukan?
Aku tau perasaanmu sejak kita kecil, dan kau belum merubahnya.
Seketika Luhan terkejut melihat kalimat terakhir yang dikirimkan Sehun. Ia tidak tau apa yang harus ia katakan, akhirnya gadis itu pun mematikan ponselnya dan berbaring di atas kasur.
Memikirkan seluruh perkataan Sehun malah membuatnya muak, bagaimana bisa laki-laki itu bermain-main dengan Jihyun? Jika memang ia tidak menyayangi Jihyun, kenapa ia bertahan selama 8 bulan? Atau memang benar, ia hanya menggoda Luhan.
Karena kelelahan, gadis itu pun akhirnya terlelap. Ia mendapatkan sebuah mimpi, mimpi yang benar-benar aneh, Sehun berada di dalam mimpi itu, begitu pula dengan Jihyun. Luhan melihat Sehun bertengkar dengan kekasihnya itu, entah apa yang mereka bicarakan, namun ia tau kalau mereka berbicara tentangnya.
Luhan berdiri tidak terlalu jauh dari mereka, sesekali Sehun menoleh kearahnya, tiba-tiba laki-laki itu berbalik dan melangkah dengan cepat kearah Luhan. Tak disangka ia langsung memeluknya dengan erat.
Berkat mimpi aneh itu, Luhan terbangun, ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ada di dalam pikirannya. Mimpi aneh macam apa itu? batinnya.
Ia beranjak dari kasur dan mengecek ponselnya yang berada di atas meja. Ada 20 panggilan tak terjawab dari Sehun, 12 pesan dari Sehun, dan 2 panggilan tak terjawab dari Chanyeol.
“Pasti dia sudah bangun,” gumamnya. Luhan langsung menekan nomor Chanyeol, tak lama kemudian, laki-laki itu mengangkatnya.
“Eo, Luhan, apa kau baik-baik saja?”
“Ne, waeyo?”
“Ah, aniyo. Kau tidak mengangkat ponselmu, kupikir terjadi sesuatu padamu.”
“Aniyo, gwaenchana. Harusnya aku yang menanyakan itu, apa kau baik-baik saja? Kau pulang ke rumah semalam?”
“Ne, petugas keamanan di dekat rumahku mengatakan kalau aku tertidur di pinggir jalan, lagi. Dan saat aku bangun, aku sudah berada di kamar.”
“Ya, kau harus menghilangkan kebiasaanmu itu, kau selalu tidur di pinggir jalan saat kamu mabuk, bisa saja seseorang menculikmu!”
“Aish, jangan berpikir yang tidak-tidak! Lagipula siapa yang mau menculikku, aku bisa bertarung dan tubuhku juga cukup berat. Kau yang harus dikhawatirkan, kemana kau semalam? Seingatku, kau pergi ke toilet lalu aku tidak melihatmu lagi,” ucap Chanyeol.
“Ah, itu... aku bertemu dengan Taewoo semalam...”
“Mwo?! Ya! Kenapa kau tidak memberitauku lebih awal?!”
“Ya, tenanglah, aku baik-baik saja. Dia tidak melakukan apapun padaku,” ucap Luhan untuk menenangkan laki-laki itu.
“Jinjja? Mana mungkin ia tidak melakukan apapun padamu.”
Gadis itu menghela nafas, “Dia hanya melukaiku sedikit, bukan masalah yang serius.”
“Sungguh? Lukanya tidak parah?”
“Aniyo, hanya sedikit memar.”
“Geurae, berhati-hatilah di dekatnya. Ah, aku harus pergi, sampai jumpa.”
“Eo, sampai jumpa.”
Hari mulai sore dan Luhan belum keluar dari rumah, ia tidak bisa melakukan banyak hal dengan kakinya yang terluka. Gadis itu melangkah ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa ia masak.
Di dalam kulkas ada banyak bahan makanan, namun ia sangat tidak ingin memasak apapun. Sayangnya, ibunya tidak membeli sebungkus ramen pun untuknya. Ia menutup pintu kulkas dan menghela nafas, ia harus pergi ke minimarket.
Luhan mengambil hoodie miliknya dari dalam kamar dan segera memakainya. Gadis itu mengintip melalui jendela ia memastikan Sehun tidak ada di sekitar rumahnya. Tidak ada apapun yang terlihat di depan rumahnya, jadi ia memutuskan untuk keluar.
Gadis itu menggunakan tongkatnya dan berjalan perlahan-lahan. Untung saja ada sebuah minimarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sekitar 10 menit kemudian, Luhan sudah sampai di tempat itu.
Ia membeli sebungkus ramen cup dan langsung memasaknya dengan air panas yang ada di mini market, ia juga membeli kimchi. Gadis itu duduk di salah satu kursi dan menunggu ramennya matang.
Aroma makanan instan itu langsung membuat mulutnya berair, ia tidak sadar kalau ia belum menyantap apapun sejak semalam. Luhan perlahan-lahan menyantap ramen miliknya dan menikmati kimchi yang ia beli.
Perutnya sudah terisi penuh dan sekarang ia tidak merasa lemas. Gadis itu segera berjalan kembali ke rumahnya. Matahari sudah terbenam, langit sudah mulai gelap, mengingat perkataan Chanyeol tentang Taewoo, Luhan bergegas pulang ke rumahnya.
Seluruh lampu di dalam rumahnya dimatikan, namun ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Sepertinya seseorang masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu langsung menyalakan lampu dan ia terkejut saat melihat seseorang duduk di meja makan.
Luhan terjatuh ke lantai, ia mencoba meraih tongkatnya, namun benda itu terlempar cukup jauh. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum kearahnya.
“O... Oh Sehun?!”
.
.
.
TBC=))
Jangan lupa vote & comment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
love is not for us ; hunhan
FanfictionCast : Oh Sehun Xi Lu Han (GS) Park Chanyeol others Luhan dan Sehun adalah musuh bebuyutan. Namun sebenarnya salah satu dari mereka memendam perasaan selama bertahun-tahun. "Tak pernahkah sekalipun kau mencintai aku dengan sungguh-sungguh?" 【23.09.1...