Chapter 10

3.6K 246 4
                                    

Laki-laki itu menarik Jihyun menjauh dari Sehun tak peduli dengan sepatu gadis itu yang dapat membuatnya terjatuh.

"Apa yang kau lakukan?"

"Sehun-a, apa kau kesini untuk menjemputku? Aku baru saja selesai dengan urusanku, kajja, kita pulang," ia langsung merangkulkan lengannya ke lengan Sehun dan menariknya pergi.

Luhan tidak bisa berkata sepatah kata pun apalagi melakukan sesuatu, lukanya terasa sangat perih. Namun ia tidak bisa berdiam disitu saja dan menyaksikan Jihyun dan Sehun, akhirnya Luhan memaksakan diri untuk berjalan.

Laki-laki itu melirik sekilas kearah Luhan yang menggunakan tongkatnya untuk berjalan kembali ke dalam rumahnya, ia khawatir kalau gadis itu dilukai oleh Jihyun. Sehun menyingkirkan tangan Jihyun dari lengannya.

Gadis itu hanya terdiam saat Sehun melakukannya, ia menundukkan kepala dan beberapa saat kemudian ia mulai menangis. Jihyun terisak dan pipinya dibasahi oleh air mata, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, ia hanya menangis.

Sehun memperhatikannya dan refleks, laki-laki itu langsung memeluknya dengan erat, karena itu tangisan Jihyun bertambah deras. Ia mengelus kepala Jihyun perlahan-lahan dan membiarkannya menangis.

Setelah tangisannya mereda, Sehun melepaskan pelukannya dari gadis itu, mata dan hidungnya berubah menjadi kemerahan dan matanya sembap.

"Lee Jihyun."

"Memangnya apa yang kau lihat darinya? Eo? Apa dia cantik? Kaya? Kenapa kau mengakhiri hubungan kita begitu saja? Apa aku tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua?"

Sehun tidak mau terpancing amarahnya, ia pun langsung menggandeng tangan Jihyun dan menariknya menjauh dari rumah Luhan.

"Ayo kita bicara di taman," ucapnya singkat.

Mereka segera berjalan ke taman yang letaknya tak jauh dari rumah Luhan dan Sehun, taman bermain itu tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil. Karena hari sudah malam, hanya ada mereka berdua di taman itu, Sehun dan Jihyun duduk di atas ayunan dalam diam.

"Kau belum menjawab semua pertanyaan dariku," ucap gadis itu.

Sehun menghela nafas dan menjawabnya, "Dia cantik, keluarganya cukup kaya, dia juga sangat mandiri dan tidak manja, ia gadis yang sangat kuat. Aku... tunggu. Bagaimana kau tau kalau aku menyukai Luhan? Aku tidak pernah mengatakan kalau dia adalah alasan kita putus, siapa yang mengatakannya kepadamu?"

Wajah Jihyun terlihat sedikit terkejut akibat hal itu, seakan ia menyembunyikan sesuatu.

"Um.. aku... aku hanya mengetahuinya sendiri."

"Geurae, terserah. Aku tidak peduli darimana kau mengetahuinya, tapi yang kau dengar dariku ataupun dari orang lain benar, aku menyukai Luhan. Kau menginginkan kesempatan kedua? Kau benar-benar tidak bisa menilai diri sendiri ternyata."

"Apa maksudmu?"

"Lupakan. Aku benar-benar sangat tidak menyangka kalau kau mabuk-mabukkan dan menghampiri rumah Luhan, kau pasti mengatakan hal-hal buruk padanya dan mengancamnya dengan botol soju itu, iya kan? Dengar, aku tidak bisa memaafkanmu karena itu, mian," ucap Sehun lalu segera beranjak dari ayunan.

Sebelum ia dapat melangkah, Jihyun menarik tangan Sehun, laki-laki itu berhenti tanpa menoleh ke belakang, menunggu gadis itu berbicara.

"Katakan padaku sejujurnya, kau menyukaiku, iya kan? Aku tau kau sudah menyukaiku selama 2 tahun, apa aku salah?"

"Kau benar, aku memang menyukaimu. Tapi itu dulu," jawabnya dingin. Jihyun perlahan-lahan melepaskan genggaman tangannya, Sehun langsung melangkah meninggalkan gadis itu di taman sendirian.

Sebelum kembali ke rumahnya, ia menuju ke rumah Luhan untuk memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Sehun menekan password rumah Luhan kemudian masuk ke dalam.

"Luhan? Apa kau baik-baik saja?" ucap Sehun, namun tidak ada jawaban.

Laki-laki itu segera menyalakan lampu, ia melihat gadis itu di meja makan, tapi sepertinya ia tertidur. Sehun terkekeh kemudian menghampiri Luhan, ia duduk di sebelahnya.

Namun tak lama kemudian ia menyadari kalau ada sesuatu yang salah dengan Luhan, wajahnya dibasahi oleh keringat dan sedikit tercampur darah, Sehun membelalak, ia mengguncang-guncang tubuh gadis itu untuk membangunkannya.

"Ya, Luhan, bangunlah, apa yang terjadi?" Luhan tidak merespon sama sekali. Sehun teringat sesuatu, jadi botol soju pecah yang dibawa oleh Jihyun bukanlah untuk mengancamnya, tapi ia menggunakannya untuk memukul Luhan.

"Dasar gadis brengsek," gerutunya. Laki-laki itu ingin sekali melakukan hal yang sama kepada Jihyun, tapi ia tidak punya waktu sekarang, ia harus segera membawa Luhan ke rumah sakit.

Sehun meraba pergelangan tangan gadis itu untuk memeriksa denyutnya, butuh waktu cukup lama baginya untuk melakukan hal itu, denyut Luhan sangat lemah, ia pasti sudah kehilangan banyak darah.

Tanpa ragu ia langsung menggendong Luhan di punggungnya, jarak dari rumah mereka ke rumah sakit bisa dibilang cukup jauh, butuh 30 menit untuk menuju kesana dan ia tau kalau itu terlalu lama dan dapat membahayakan nyawa Luhan.

Untung saja di dekat rumah mereka ada sebuah klinik yang sudah cukup lama berada di situ, Sehun mengenal pemiliknya dengan baik, walaupun cuma klinik, namun tempat itu memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti rumah sakit.

"Bertahanlah, jebal."

Laki-laki itu berlari secepat mungkin ke klinik, dengan beban tambahan di punggungnya ia memang tidak bisa berlari seperti biasanya, kakinya terasa sakit karena jalanan dari rumah mereka ke klinik sedikit menanjak.

Akhirnya ia berhasil sampai di klinik, lampunya masih menyala dan untung saja tidak ada pasien yang sedang berobat. Sehun langsung masuk ke dalam dan menghampiri perawat yang ada disana.

"Permisi, dia... dia butuh pertolongan segera, aku mohon," ucapnya sambil terengah-engah. Baju yang ia pakai sudah dibasahi keringat, begitu pula dengan dahinya.

Beberapa orang perawat langsung memindahkan Luhan ke salah satu ruangan, Sehun diperbolehkan masuk ke tempat itu. Seorang dokter dengan cepat menangani kondisi Luhan.

Perban yang melapisi kepala Luhan digunting dan lukanya dapat terlihat dengan jelas, laki-laki itu ingat dengan jelas kalau luka di kepala Luhan akibat bertengkar dengan Taewoo ada di belakang kepalanya, namun kini di bagian depan kepalanya juga ada luka yang jauh lebih parah.

"Apa yang membuatnya terluka?"

"Entahlah, aku tidak melihatnya dengan jelas. Tapi mungkin... ia dipukul dengan botol soju."

"Pantas saja, sepertinya ada pecahan kaca yang masuk ke dalam lukanya, kita harus segera mengeluarkannya atau akibatnya akan fatal," ucap dokter itu.

"Apa maksud anda?"

"Jika pecahan itu sudah melukai saraf otak bagian depannya, ada kemungkinan memori dan pemikirannya akan terganggu."

"Mwo? Apa waktunya masih cukup untuk mengeluarkan pecahan kaca itu?"

"Aku tidak bisa memberi jaminan, sudah berapa lama sejak ia terluka?"

"Sepertinya sekitar 10 atau 15 menit yang lalu."

Para perawat langsung menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan operasi kecil itu. Tak lupa Luhan diberi obat bius.

"Silahkan tunggu diluar, kami akan menangani pasien dengan sebaik mungkin," ucap salah satu perawat.

Sehun mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu, ia duduk di ruang tunggu dan menunggu operasinya selesai. Sekitar 30 menit kemudian, dokter tadi keluar dari ruangan, ia membuka masker yang ia pakai dan menghampiri Sehun.

"Bagaimana? Apa ia baik-baik saja? Dia sudah sadar?"

"Maaf aku harus mengatakannya, pecahan kaca itu sudah menggores sarafnya, aku tidak bisa memastikan bagaimana efeknya setelah ia sadar, tapi kita tunggu saja."

"Ja... jadi ada kemungkinan kalau memorinya terganggu?"

"Ne, kemungkinannya sekitar 50%"
.
.
.
TBC =))
Jangan lupa vote & comment!
Sorry updatenya lamaa hehe

love is not for us ; hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang