Chapter 11

3.8K 233 8
                                    

Sehun menunggu selama beberapa jam sampai akhirnya Luhan tersadar, ia terlihat sedikit bingung dan panik.

"Gwaenchana? Bagaimana perasaanmu?"

"Kepalaku sakit, kenapa aku ada disini?"

"Kau... kau kehilangan keseimbangan lalu kau jatuh, jadi aku membawamu kesini."

Gadis itu mengangguk pelan, dokter tadi memeriksa keadaan Luhan, katanya lukanya tidak menyebabkan efek yang terlalu parah dan ia tidak kehilangan memorinya, hanya saja ia masih sedikit terkejut dan mungkin ia tidak mengingat dengan jelas apa yang terjadi.

"Aku melihat ada beberapa luka lain di kakinya dan tubuhnya, sebaiknya ia lebih banyak beristirahat atau kondisinya bisa bertambah parah," ucapnya.

Sehun segera mengantar Luhan pulang setelah itu, ia kembali menggendong tubuh gadis itu di punggungnya, ia tidak mengatakan apapun selama perjalanan.

"Apa kau bertemu dengan Jihyun?" ia bertanya dengan hati-hati.

"Sepertinya iya, ia berada di depan rumahku lalu..." Luhan berhenti sejenak, ia tidak yakin apakah gadis itu berusaha mengingat atau ia sudah mengingatnya.

"Lalu apa?"

"Aku tidak ingat dengan jelas," gumamnya. Sehun tersenyum puas, ia berpikir kalau lebih baik Luhan tidak mengingatnya karena mungkin itu akan membuatnya marah pada Jihyun.

Setelah mengantarkan Luhan pulang, laki-laki itu kembali ke rumahnya. Luhan segera masuk ke kamarnya dan beristirahat seperti yang disarankan oleh dokter tadi.

Namun ia masih sedikit bingung, ia yakin kalau hanya ada satu luka di kepalanya, yaitu di bagian belakang saat Taewoo menghantamkan tubuhnya ke sebuah rak. Nyatanya ada sebuah jahitan luka di bagian depan kepalanya dan masih terasa sakit.

Luhan yakin ada sesuatu yang menyebabkannya, karena seingatnya ia tidak melakukan apapun yang membuat dirinya terluka lagi. Gadis itu berusaha keras untuk memikirkannya, tapi akhirnya ia menyerah dan tertidur dengan pulas.

Sebuah alunan lagu membangunkan gadis itu dari dunia mimpi, ternyata suara itu berasal dari ponselnya. Dengan malas ia meraih benda itu dari atas meja, tanpa melihat siapa yang menghubunginya ia langsung menjawabnya.

"Yeoboseyo?"

"Ya, jangan bilang kau baru bangun."

"Memang aku baru bangun, siapa kau menghubungiku sepagi ini," jawab Luhan.

"Ya, kau belum bangun sepenuhnya ya."

Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya dan turun dari kasur, ia melirik layar ponselnya sejenak, dan ia membelalak, ternyata itu adalah Sehun.

"A... aku tidak tau kalau kau yang menghubungiku, ada apa memangnya sepagi ini?"

"Pagi? Ya, ini sudah hampir tengah hari dan kau bilang ini masih pagi?" ucap laki-laki itu sembari terkekeh.

Wajah Luhan memanas akibat rasa malunya, ia benar-benar tidak bisa mengubah kebiasaannya yang satu ini, walaupun sudah memasang alarm, ia tetap tidak bisa bangun pagi.

"Ya, jangan salahkan aku, bagiku ini masih pagi."

"Geurae, geurae terserah padamu. Kau ada acara hari ini?"

"Molla, sepertinya tidak, mungkin aku akan berkeliling di toko dekat perumahan."

"Untuk apa?"

"Mencari pekerjaan tentu saja, aku tidak bisa menganggur di rumah seharian," ucap Luhan sembari melangkah ke kamar mandi.

love is not for us ; hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang