Chapter 8

4K 280 7
                                    

Sehun berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan kepada Luhan. Gadis itu menggenggam tangan Sehun sehingga ia dapat berdiri. Laki-laki itu membungkuk kemudian mengambil tongkat milik Luhan.

“Bagaimana kau bisa masuk kesini? Kau tau password rumahku?” ucapnya.

“Tentu, kau pasti menggunakan tanggal ulang tahunmu sebagai password, itu sudah jadi kebiasaanmu bukan? Bagaimana aku bisa lupa.”

Luhan terdiam sejenak, “Lalu, apa yang kau lakukan disini? Kau mau merampok rumahku? Cepat keluar.”

“Ya, kita baru saja bertemu. Beginikah caramu memperlakukan tamu?”

“Tamu? Ya, kau menerobos masuk ke dalam rumahku, kau bukan tamu.”

“T... tapi tidak bisakah kita berbincang sebentar?”

“Tidak. Cepat keluar atau aku akan menghubungi polisi.”

“Ya! Kenapa kau bersikap seperti itu?!”

“Kenapa aku bersikap seperti ini?! Bukankah seharusnya kau menanyakan itu pada dirimu sendiri?! Kau yang bertingkah aneh! Sebenarnya ada apa denganmu? Kau menjauhiku dan sekarang tiba-tiba kau bertingkah seakan kita sudah berpacaran selama bertahun-tahun!” bentak Luhan.

Sehun menatap kearahnya dalam diam. “Aku tidak pernah menjauhimu,” ucapnya pelan.

“Mwo?”

“Aku tidak pernah menjauhimu! Sejak kecil aku tidak pernah berniat menjauhimu! Tapi apa? Kau yang menjaga jarak denganku! Aku sudah mencoba untuk berbaikan denganmu, tapi kau benar-benar mengabaikanku!”

“Lalu? Dengar, Oh Sehun. Mungkin dulu kita adalah sahabat yang sangat dekat, namun kita tidak ditakdirkan untuk selamanya begitu. Kau sudah bukanlah Oh Sehun yang kukenal dulu, kau bukan lagi sahabatku.”

“Jika aku bukan lagi sahabatmu, lalu kau anggap aku apa?” tanya Sehun.

“Bukan apa-apa. Sebaiknya kau keluar.”

“Apa kau tidak percaya padaku?”

Luhan terdiam, “Kalau iya. Lalu apa yang akan kau lakukan?”

“Kau pikir aku hanya bermain-main denganmu? Geurae, aku akan membuktikannya kepadamu kalau aku bersungguh-sungguh,” ucapnya. Ia merogoh ponselnya dari dalam kantung celana dan langsung menyalakannya.

“A... apa yang kau lakukan?”

Sehun tidak menjawab, ia menekan sebuah nomor dan langsung tersambung. Seseorang mengangkatnya, itu adalah suara seorang gadis yang sangat familiar bagi Luhan, suara Jihyun. Ia sengaja me-loud speaker ponselnya saat menghubungi gadis itu.

“Ne, chagiya? Ada apa?”

“Jihyun-a, aku ingin mengatakan sesuatu.”

“Ya, kenapa kau sangat serius, itu membuatku takut. Apa yang ingin kau katakan?”

“Sebaiknya, hubungan kita ini... kita akhiri saja.”

Jihyun tercekat, ia terdengar sangat terkejut, suaranya bergertar, sepertinya ia sudah akan mulai menangis.

“W...wae? Kenapa tiba-tiba kau mengatakan hal itu?”

“Aku... sebenarnya aku ingin mengatakan hal ini sejak beberapa bulan setelah kita berpacaran, tapi aku kasihan padamu sehingga aku tidak punya kesempatan untuk mengatakannya,” ucap Sehun.

“Mwo??”

“Lee Jihyun, dengarkan aku baik-baik. Aku tau kau tidak pernah benar-benar menyukaiku, iya kan?”

love is not for us ; hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang