Chapter 15

3K 222 14
                                    

Jongin berjalan di samping Luhan dengan diam sampai akhirnya mereka sampai ke sebuah halte bus yang tempatnya tidak terlalu jauh dari panti asuhan.

"Gwaenchana?"

"Menurutmu aku akan baik-baik saja?"

"Mian, aku kesal karena Sehun memanggilku dengan nama 'itu', seharusnya aku tidak mengatakan semua hal ini jika pada akhirnya ini akan menyakitimu."

"Aniyo, aku justru berterima kasih padamu. Walaupun aku memang bodoh dan berhasil tertipu oleh Sehun, semua tipuan itu sudah berakhir sekarang. Gomabda," jawab Luhan.

"Ah, ne..."

"Geundae, apa aku boleh menanyakan sesuatu?"

"Tentu."

"Sebenarnya siapa itu Kai? Apa itu nama lainmu atau semacamnya?"

Laki-laki itu menatap kearah Luhan sejenak kemudian menghela nafas sebelum ia menjawab pertanyaan itu, "Kai. Itu adalah nama yang diberikan oleh ayah angkatku."

"Mwo? Kupikir kau tidak pergi dari sini sejak kecil."

"Ne, itulah yang kukatakan pada semua orang, hanya Sehun yang mengetahui hal ini."

"Lalu ia sengaja mengucapkannya di depanku? Kalau begitu aku menarik pertanyaanku tadi," ucapnya sambil terkekeh.

"Ternyata kau masih bisa tersenyum. Wae? Kau tidak mau tau tentang hal itu?"

"Aniyo, bukan seperti itu. Pasti itu adalah hal yang rahasia, dan pasti ada alasan kau tidak menceritakannya pada orang lain, jadi sebaiknya tetap seperti itu."

"Kau benar juga, tapi apa gunanya? Kau sudah mengetahuinya dari Sehun jadi itu bukanlah rahasia lagi bagimu," jawab Jongin.

"Saat usiaku 13 tahun, seorang pria datang ke panti asuhan dan mengadopsiku. Dia sangat ramah, baik, dan perhatian. Ia sering memanggilku Kai, dan lama kelamaan aku sudah menganggap itu sebagai namaku.

"Beberapa tahun kemudian, ayah angkatku berkata kalau kami akan pindah ke Amerika, namun tiba-tiba saja ia sudah pergi, entah kemana, mungkin ia sudah pergi ke Amerika tanpaku atau mungkin ke tempat lain, yang jelas, ia meninggalkanku sendiri."

"Aku turut prihatin."

"Gwaenchana, lagipula sekarang aku bahagia bisa bersama anak-anak lain di panti asuhan. Hanya saja aku tidak suka dipanggil dengan nama itu lagi, jadi saat Sehun mengucapkannya aku merasa sangat marah."

"Itu bukan salahmu, dia memang tidak seharusnya memanggilmu dengan nama itu."

"Dia juga tidak seharusnya menyakitimu seperti itu," ucap Jongin. Sebelum gadis itu mengatakan hal lain, bus pun datang dan berhenti di hadapan mereka.

"Terima kasih sudah mengantarku sampai sini dan terima kasih untuk hal lainnya, sampai jumpa lagi."

"Eo, jangan lupa untuk berkunjung ke panti asuhan, oke?"

"Araseo," jawab Luhan lalu segera naik ke bus. Pintu kendaraan itu tertutup dan bus mulai melaju dengan kecepatan sedang, gadis itu memilih tempat duduk di dekat jendela sebelah kanan.

Sinar matahari yang cerah menembus kaca di sampingnya, ia memandang keluar, memperhatikan benda-benda di balik jendela, pohon, gedung, orang yang berjalan, dan lainnya.

Walaupun ia terlihat sibuk memperhatikan keluar, pikirannya benar-benar tidak fokus, ia lagi-lagi memikirkan tentang semua yang terjadi beberapa saat lalu. Luhan berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi dan ia ingin segera terbangun.

love is not for us ; hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang