1

9.1K 427 15
                                    

Maple pov

Melipat tanganku, lalu berjalan menuju ke rumah. Malam ini sangat dingin. Maklum, hujan baru berhenti tadi. Aku pun baru berani pulang dari tempat party yang diadakan Tes, karna hujan sudah berhenti. Kalau saja Liam, kakak ku tidak terkena flu, pasti ia bisa menjemputku sedari tadi.

Tadinya, aku ingin meminta tolong Mr. Adam, supirku untuk menjemput. Tapi ternyata, ia harus pergi karna suruhan dad, dan sekarang, aku harus berjalan sendirian di malam yang dingin ini. Kemana pula Luke, kekasihku yang selalu sibuk setiap aku membutuhkan nya. Huft... semua orang sama saja!

Aku berhenti sebentar untuk mengecek jam di handphone ku. Huft.. sudah pukul 10.00 pm, dan rumahku masih jauh. Aku memutuskan untuk pergi ke halte, dan menunggu angkutan umum saja. Setengah jam, bahkan satu jam berlalu, tapi belum juga ada angkutan yang lewat. Hari sudah semakin larut, dan aku bingung harus naik apa.

*ssssshhhhhh*

Hembusan angin melewati kepalaku, seakan ada seseorang yang lewat di belakang, tiba tiba saja mengagetkanku. Aku langsung tersadar dan melihat ke belakang, tidak ada siapa siapa. Aku pun memutuskan untuk melanjutkan berjalan saja, agar tidak membuang waktu. Aku terus berjalan, dan kurasakan seseorang mengikutiku. Entah siapa itu, aku tidak berani menoleh ke belakang. Lama kelamaan, kurasa seseorang itu semakin dekat. Aku pun semakin takut, dan mempercepat langkahku. Langkah kaki di belakangpun sepertinya semakin cepat juga, menyusul aku. Oke, ini tidak baik. Aku pun mencoba berlari, secepat yang aku bisa. Semakin cepat ku berlari, semakin cepat pula kurasakan langkah kaki di belakang mengikutiku. Sebelum aku bisa berlari lebih jauh, tiba tiba.....

"Aaaaaaaarrrrgggghhh!!" Aku berteriak sekeras mungkin, dan berusaha melepas ikatan tangan yang menggenggam kuat kedua lenganku ini. Mulutku pun di sumpal dengan sapu tangan. Kini ia membawaku, untuk masuk ke sebuah mobil. Tanganku kini diikat dengan tali asli, dan aku di geletakkan di kursi belakang mobil. Biar kutebak, kepalaku sengaja dihadapkan ke arah belakang, agar aku tidak bisa melihat siapa yang mengendarai mobil ini. Aku menangis sekencangnya, hanya menangis yang kini bisa kulakukan. Aku bersumpah, jika ini ulah Liam, aku akan membunuhnya.

Tak lama, mobil berhenti, dan aku meredakan sedikit tangisanku. Kurasakan sebuah tangan menarikku, dan memaksaku keluar. Kini aku dibawa menuju sebuah rumah kecil, yang aku tidak tau dimana letaknya. Ia meletakkan tubuhku di antara karung karung, dan pergi. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku amat takut, dan merasa terancam. Siapa yang tega melakukan ini? Oke, aku mungkin mengira ini ulah Liam, tapi jika benar ini ulahnya, ia tidak akan membawaku kesini.

Tak lama pintu terbuka, dan seorang pria masuk. Pria itu tinggi dan misterius, mengenakan sebuah jaket berkupluk, dan kepalanya tertunduk. Aku tidak kenal siapa dia, dan apa maksudnya. Lalu ia membuka kupluknya, dan melihatku. Mata hijaunya menatapku tajam, dan rambut panjang nya yang ikal dibiarkan terurai. Kini ia mendekat padaku, dan membuatku semakin takut. Pria ini terus mendekat, dan kini jarak kami hanya satu jengkal saja. Ia menyalakan rokok, dan mengisapnya, asap rokok itu pun dengan sengaja dihembuskan kearahku.

"Hai cantik... kau sangat takut ya??"
Ucapnya licik, bisa ku lihat dari tatapan mata dan seringainya.

"Oh iya, aku hampir lupa!" Ia mendekatkan wajahnya kearahku, yang membuatku mundur ke belakang agar ia tak mengenaiku. Ia menyelipkan tangan dibalik rambutku, dan melepas sapu tangan yang menyumpal mulutku.

"Bisa bicara sekarang??????" Ucapnya, masih dengan senyum yang tadi.

"Siapa kau?! Apa maksudmu!?"
Pria itu tertawa.

"Siapa aku?? Dan apa maksudku?? Ahaha... kau tidak perlu tau siapa aku. Yang penting, kau salah satu incaranku."

Aku bingung dengan ucapannya. Incaran, katanya? Apa maksudnya?

"Sudahlah.. kau tidak perlu memikirkan hal itu.. lebih baik kau disini, bersamaku"

"Tolong lepaskan aku.. ku mohon.."
Aku kembali terisak.

"Ssssstttttt... jangan bermimpi.. kecuali, mungkin kau bisa memuaskanku.. baru akan ku bebaskan"

Aku kaget bukan main mendengar ucapannya. Lalu ia mulai mendekatiku lagi. Aku pun semakin berusaha untuk mundur, hingga akhirnya tembok menyentuh bahu ku.

"Kau tidak bisa kemana mana sekarang"
Pria keriting didepanku memasang seringai liciknya lagi dan semakin mendekat. Kini aku dan dia hampir bersentuhan tubuh, dan aku sangat takut.

"Ba.. baiklah! Aku mau tinggal disini, asal jangan apa apakan aku!"

Ia tersenyum licik, lalu berdiri, dan keluar. Setelah pria itu pergi, kini aku hanya bisa menangis. Kenapa nasibku seperti ini? Kumohon, siapapun tolong aku. Liam, mom, dad, Luke! Please, find me!

Aku terus menangis, hingga rasa kantuk menyerangku. Akupun memejamkan mata, dan tak menunggu lama aku sudah masuk ke alam mimpi.

-------------

"Hey! Bangun! Astaga, kau merepotkan sekali! Ayo bangun!"

Samar samar aku mendengar suara seseorang, juga sentuhan tangan nya yang menampar pipiku pelan. Liam memang mengganggu tidurku saja!

"Sabarlah Liam, 5 menit lagi!"

"Hey, aku bukan Layem okay! Bangun!"

Seketika aku tersadar, dan membuka mataku. Mata hijau itupun bertemu dengan mata biruku.

"Makan ini! Dasar, merepotkan saja!"

Setelah itu, ia pun keluar dari tempat yang bisa kusebut gudang ini. Aku melihat apa yang ada di pangkuanku. Ternyata, ia datang membawakanku sarapan. Jujur saja, aku sangat lapar. Tetapi, bagaimana bisa makan jika tanganku... hey, tanganku sudah tidak terikat apapun! Aku pun mulai makan, dan mengisi perutku yang keroncongan ini.

---------------------------

Stockholm Syndrome [ H.S ] [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang