10

2K 165 5
                                    

Maple pov

Aku menatap pria didepanku, yang membuatku semakin takut. Harry. Rahangnya mengeras, tatapan nya menggelap. Jujur saja, ekspresinya membuat aku teringat akan kejadian nya memukulku waktu itu.

"Darimana kau mendapatkan benda itu?" Ucapnya dingin, sangat dingin.

Lidahku keluh, tidak berani menjawabnya. Aku benar benar takut sekarang, "Da.. dari tasku.." aku sedikit lega bisa menjawab pertanyaannya, meskipun tidak bisa kututupi bahwa aku masih takut padanya.

Harry berjalan cepat kearahku, dan merebut iPhoneku dengan kasar. Ia menjatuhkan benda itu ke lantai, hingga pecah karna begitu kuat ia menjatuhkan nya. Setelah itu, Harry dengan kasar menginjak iPhoneku, hingga benda itu sudah tidak berbentuk sekarang.

"Ikut aku!!!" Harry menarik rambutku dengan kasar, dan menyeretku menuju kamar mandi.

"Harry tolong, maafkan aku.. Harry... sakit.." aku tak bisa menahan tangisan, mana kala cengkraman nya di rambutku semakin kencang.

Ia membawaku ke kamar mandi, dan melepaskan genggaman nya pada rambutku dengan kasar. Baru saja aku bersyukur terlepas dari jambakan nya, kini Harry mulai menamparku. Kencang, sangat kencang. Ia menamparku sebanyak 3 kali, dan mendorong tubuhku, hingga membentur bak mandi.

Tubuhku sangat sakit sekarang, ku yakin bahu ku membiru saat ini. Tapi Harry tidak menolongku, malah ia kembali menarik rambutku, dan memaksaku berdiri. Ia menenggelamkan kepalaku ke bak mandi,

"Dasar tidak tau diri!!!" Ujarnya, lalu kembali mendorong kepalaku ke bak mandi.

"Sudah untung, aku mau menampungmu disini!!" Ia terus menarik dan memasukkan kepalaku ke bak mandi.

"Sekarang kau malah ingin menelfon keluargamu? Hey! Kau bisa mengancam nyawaku, kau tau!!!"

Harry tidak berhenti pada aktifitasnya, sedangkan aku terus meraung dan menangis karna sakit, juga mabuk yang kurasa saat kepalaku masuk kedalam bak.

"Ampun, Harry.. tolong.. aku..." ucapanku terhenti, karena Harry kembali memasukkan kepalaku kedalam bak mandi.

Harry berhenti, membuatku sedikit lega. Tiba tiba, ia menarik rambutku, dan membenturkanku dengan kencang ke pinggiran bak mandi.

Aku merasakan sakit kepala yang amat menyiksa, lalu sesuatu mengalir dari keningku. Tidak, ini bukan air. Ini darah. Tapi, sebelum aku bisa memastikannya, mataku mulai menggelap, dan aku tidak ingat apapun lagi.

--------------------------

Harry pov

Menyesal. Itu kata yang bisa menggambarkan perasaanku sekarang.

Aku tidak bisa menutupi rasa sesal itu, saat menatap gadis yang berada diatas tempat tidurku. Gadis cantik yang beberapa hari ini berada didekatku, kini kusakiti. Lagi.

Aku merasa bodoh, dan sangat jahat mengingat kejadian 1 jam lalu. Aku sudah menyiksanya, dan bahkan menyakiti fisiknya. Kini, ia hanya terbaring lemah tanpa bisa kuobati lebih serius.

Aku mengedarkan pandanganku ke kepalanya, lalu ke pipinya. Bekas tamparan, dan perban di kepalanya seakan mengintimidasiku. Aku menyesal, benar benar menyesal.

Mungkin aku baru beberapa hari bersamanya, tapi rasanya ada sesuatu tidak biasa di hatiku. Aku sendiri tidak tau, rasa ini datang dengan sendirinya.

Apakah ini yang namanya cinta? Tapi, aku dan Louis bahkan masih terhitung baru putus, dan aku sudah bisa merasakan cinta lagi dalam waktu secepat ini? Sehebat itukah Maple membuat hatiku kembali terisi?

Aku terus menjaga gadis ini, ia tidak boleh sakit lagi. Diatas nakas sudah kusediakan obat obatan, jika ia bangun aku akan meminumkan nya obat. Aku sungguh takut, jika apa yang kulakukan membuatnya benci padaku.

-------------------

Aku terbangun, merasakan sesuatu menggeliat di pelukanku. Kulihat jam, masih menunjukkan pukul 10 malam. Tapi sesuatu ini tidak berhenti menggeliat, membuat aku menyalakan lampu.

Maple, ia terlihat tidak nyaman. Entah kenapa, padahal perbannya masih terpasang rapih.

"Hey, bangunlah. Ini aku, Harry."

"Nngghh... hiks.. hiks.." apa aku tidak salah dengar? Ia.. menangis?

"Maple, bangunlah! Kau kenapa?" Ujarku yang semakin panik. Kulihat keringat dingin membasahi tubuhnya.

"Maple.. apa yang terjadi padamu?" Tanyaku panik.

Tanpa berbuat apapun lagi, aku langsung memeluk tubuhnya. Kuletakkan kepalanya di dada bidangku. Akupun menciumi puncak kepalanya. Berusaha mengalirkan kehangatan yang ada di diriku untuknya.

"I'm so sorry.." ujarku, sambil terus memeluk tubuhnya. Kurasakan mataku memanas, tapi aku tidak menggubrisnya, dan membiarkan air mata membasahi pipiku.

"I will never leave you, Maple.. I love you!" Lanjutku.

Setelah berkata demikian, kurasakan tubuh Maple mulai tenang di pelukanku. Ia tidak lagi bergeliat seperti tadi. Aku jadi lebih tenang juga sekarang, tidak terlalu panik lagi. Aku pun menutupi tubuh kami berdua dengan selimut.

------------------------

Author pov

Maple terbangun, dan mendapati dirinya ada di pelukan Harry. Ini persis seperti saat dia sakit, Harry memeluknya. Maple lalu tersadar, tentang apa yang terjadi kemarin.

Harry menyiksanya lagi, dan membuat ia pusing lalu tidak ingat apapun lagi. Kini tidak Maple sangka, ia terbangun dengan orang yang sudah menyiksanya kemarin. Maple sebenarnya ingin bangun, karna ia masih merasa takut pada Harry. Tapi kepalanya masih pusing, sehingga ia mengurungkan niatnya sementara, dan hanya duduk saja.

"Morning.." suara serak khas baru bangun tidur, memenuhi pendengaran nya. Maple menoleh, mendapati Harry tersenyum memandangnya.

Maple hanya tersenyum kikuk, berusaha untuk menutupi rasa takutnya.

"Hey, kau kenapa??" Harry hendak menyentuh tangan Maple, tapi ditepis olehnya.

"J-jangan sentuh aku." Ujar Maple, berusaha menutupi rasa takut.

"Hey," Harry bangkit, dan duduk disamping Maple.

"Maafkan aku, okay." Ujar Harry dengan wajah menyesal.

"Aku benar benar hilang akal sehat semalam, dan terbawa emosi. Kumohon, maafkan aku." Lanjut Harry.

Maple berusaha untuk tidak melihat wajah Harry, dan memilih menoleh kesamping.

"Tidak apa apa. Mungkin, ini memang yang harus ku terima sebagai seorang sanderaan." Balas Maple. Suaranya bergetar, seperti mau menangis.

"No, Maple, I-"

"Sebaiknya kau langsung bunuh aku saja, Harry. Itu lebih baik, daripada aku harus menerima siksaan mu yang menyakitiku perlahan." Setelah berkata demikian, Maple berusaha bangkit.

"Maple, don't--"

Harry terlambat, kini Maple sudah bangkit, dan hendak berjalan.

"Kau sudah mengecewakanku, Harry! Kau menghancurkan kepercayaanku! Kau bilang kau akan menbantuku keluar dari penculikkan ini, tapi nyatanya kau membawaku kesini, dan menutup akses ku berkomunikasi dengan keluargaku. Bahkan kau menyiksaku!" Tegas Maple,

Harry menghela nafas, ia tau kesalahan nya fatal. Ia menyesal, sungguh amat menyesal. "Aku menyesal, Maple! Aku sungguh amat menyesal. Percaya padaku!"

Maple tidak menghiraukan Harry, dan masih terus berjalan menuju pintu keluar apartmen.

"Maple! Baiklah, kau mungkin tidak percaya aku menyesal. Tapi.. jika aku bilang aku mencintaimu, dan tidak ingin kau pergi, apakah kau akan percaya???"

Ucapan Harry membuat langkah Maple terhenti.

------------------------
Jeng jeng! Haha
Sumpah ini cerita makin gajelas
Tapi, semoga kalian masih mau baca yaaa..
Btw, ini adalah update tercepat yang pernah aku lakukan, hahahaa semoha kalian sukaaaa :*
Thankyou so much babes :*

Stockholm Syndrome [ H.S ] [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang