7

2.3K 171 5
                                    

Harry pov

Aku bangun, dan sadar aku masih berada di gudang karung ini. Ternyata semalam aku ketiduran. Aku menengok kesamping, dan mendapati Maple tertidur disampingku. Wajahnya sangat polos, dan ia seperti tidak punya salah. Sebenarnya aku tidak bisa melihat gadis sepertinya menderita begini, tapi mau bagaimana lagi? Aku butuh uang, untuk melanjutkan hidupku.

Jika kulihat, Maple cantik juga. Ia memiliki rambut yang indah, juga bibir yang seksi. Hanya mungkin sekarang, pipinya menjadi lebih tirus karna ia lebih kurus dari pertama kali aku menculiknya.

Jujur saja, aku sedikit senang menculiknya. Karna ia adalah gadis yang seru, dan tidak berlebihan. Maple berbeda. Sayangnya ia adalah seorang Payne, jika tidak mungkin aku sudah menyelamatkannya, dan menjadikannya milikku.

Harry! What's wrong with you? Dia sanderaanmu! Batin menyadarkanku, membuat aku berhenti memikirkan tentang Maple.

Aku tersadar, saat Maple mengerjapkan matanya. Ia bangun.

"Morning," sapaku, entah kenapa aku mengucapkan nya.

"Mo.. morning. Kau masih disini?" Tanya nya Heran.

"Umm ya, aku masih disini, menunggu mu bangun."

"Menungguku bangun? Untuk apa?"

Aku menggaruk kepalaku, yang sebenarnya tidak gatal. Untuk apa ya aku menunggu dia bangun?

"Hmm, aku ingin mengajakmu jalan keluar, paling tidak mengitari hutan ini sudah cukup." Ucapku,

Gadis didepanku kelihatan terkejut, ia pasti heran kenapa aku mau mengajaknya berkeliling.

"A.. apa kau yakin? Maksudku, kau tidak takut aku kabur?"

Aku menggeleng.

"Tidak, lagipula aku akan tetap mengikat mu, jika sudah sampai nanti."

Maple hanya mengangguk dan ber 'o' ria. Dengan itu akupun membantunya berdiri, dan membantunya berjalan juga.

-----------------

"Hutan ini indah ya, aku tidak pernah tau ada hutan seindah ini." Ujar Maple, sambil mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru hutan. Sekarang ini aku dan dia sedang berada di hutan, sudah agak jauh dari gudang tua itu.

"Ya, kau benar. Maka itu aku sering kesini. Menenangkan diri." Gadis disampingku mengangguk.

"Hey, duduk disitu yuk!" Aku mengajak Maple ke sebuah danau. Kami berdua duduk di pinggirnya, sambil menikmati pemandangan danau itu.

"So.. tell me about your name.." ujarku, memulai percakapan.

"My name? What's wrong with that?"

"Ya.. aku hanya berfikir namamu sedikit aneh, seperti pohon yang berada di Canada. Maple. Apakah itu saling berhubungan?" Mendengar ucapanku, gadis disampingku tersenyum.

"Umm.. ya, sedikit. Ibu dan ayahku memberiku nama Maple. Mereka bilang, namaku sesuai dengan ciri khas dari negara kesukaan mereka, Canada. Kedua orangtuaku bertemu disana dulu."

Aku mengangguk mendengar ceritanya,

"Dan, setelah aku lahir, mereka membesarkanku hingga berumur 7 tahun. Tapi, saat itu.." Maple menghentikan ceritanya, membuatku menunggu.

"Apa?" Ujarku, saking penasaran nya.

"Mereka meninggal. Kecelakaan pesawat yang mengakibatkan semua itu. Akhirnya, aku dirawat oleh sahabat dari momku, mrs. Karen Payne. Ia sangat baik, dan menjadikanku anaknya."

Aku terdiam, jadi.. ia bukan sepenuhnya Payne? Bahkan memang bukan?

"Aku sangat menghargai keluarga Payne, karna aku merasa berhutang budi pada mereka. Maka itu, aku mau saja dipacari oleh Luke, sahabat Liam. Luke itu typical pria kasar, dan tidak peduli padaku. Aku sering sekali dikasari."

Okay, kini aku merasa berdosa. Ralat, sangat berdosa! Aku sudah salah orang, dan aku kini harus mendengar penderitaan nya.

"Tapi.. kau mencintai Luke, iya kan?"

"Awalnya sih tidak, tapi lama lama iya."

Aku sedikit terkejut, bagaimana bisa? Bahkan tadi ia bilang Luke adalah pria yang kasar dan tidak peduli padanya? Apakah gadis disampingku ini adalah Hulk? She's so strong!

"Tidak perlu di tanyakan kenapa aku mencintainya, aku sendiri juga tidak tau. Rasanya, setiap omelan yang keluar dari bibirnya seakan kutelan dengan senang hati. Tak peduli sekasar dan separah apapun dampaknya pada hatiku."

"Gila.. masih saja ada wanita sepertimu, aku tidak sangka!" Maple terkekeh mendengar ucapanku.

"Almarhumah ibu kandungku selalu berpesan, agar aku menjadi gadis yang kuat. Ia mengatakan semua itu, bahkan sejak usiaku masih 5 tahun. Makanya, aku selalu meneladani nya. Ibuku sendiri adalah wanita yang kuat, dan pantang menyerah."

Maple menyelesaikan kalimatnya, dan terdiam. Kulihat lebih jelas, matanya nampak berkaca kaca.

"Hey, jangan menangis. Kau jelek jika menangis." Maple terkekeh mendengar ucapanku, lalu mengusap air matanya.

"Aku tidak menangis, aku cuma tidak menyangka pernah dilahirkan oleh wanita sekuat itu."

"Itu takdir Tuhan, Maple. Kau harus tau itu." Jawabku,

Lagi, keheningan menyelimuti kami. Baik aku maupun dia, tidak ada yang berbicara,

"Hey, bolehkah aku tau namamu?" Satu pertanyaan keluar dari bibirnya,

"Ah, ya! Namaku, Harry!" Gadis itu mengangguk,

"Jadi, kau seorang penculik, yang ditugaskan menculik dan membunuhku, iya kan?" Pertanyaan nya membuat aku mengangguk.

"Umm, ya! Begitulah. Tapi, kurasa aku akan mengubah jalan nya sedikit." Maple menoleh,

"Maksudmu??"

"Umm, ya.. aku akan membantumu bebas." Ujarku.

Entah kenapa, rasanya aku tidak mau membuatnya menderita, apalagi membunuhnya. Hidupnya terlalu sedih, dan itu membuatku berfikir 100 kali untuk menjalankan rencana ini,

"Are you sure? Kau tidak, umm.. gila, bukan?" Aku menggeleng,

"Tentu saja tidak. Aku serius. Kuperhatikan, gadis sepertimu itu butuh teman, dan tidak pantas disakiti."

"Tapi, kenapa harus aku? Apakah kau pernah seperti ini sebelumnya?" Tanya Maple penuh rasa penasaran di wajahnya.

"Umm, entahlah. Namun kurasa, kau bisa kujadikan teman, bukan tawanan." Jawabku.

"Well.. aku tidak menyangka. Thankyou, Harry."

"You're welcome, Maple."

------------------
Lama tidak jumpa, akhirnya aku keluar dari goa wkwkwk... *gajelas*
Ceritanya mulai gajelas ya?
Umm, maaf deeh...
Tapi, ada sesuatu nanti yang akan terjadi. Liat di part2 selanjutnya yaaa :*

Stockholm Syndrome [ H.S ] [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang