4

3.4K 235 15
                                    

Harry pov

Hari ini aku bermalas malasan di frat. Tak ada ketertarikan pergi keluar, dan mengerjakan sesuatu. Aku masih sedih karna kejadian kemarin. Aku kacau, sangat kacau. Berantakan, dan tidak terurus. Begitu juga keadaan fratku, tidak terurus dan kacau balau. Jujur saja, saat ini aku lebih memilih mati ketimbang hidup.

Tapi sesuatu mengusik lamunanku. Telfon genggam berdering, dan itu adalah panggilan dari Zayn.

"Wassup, Malik?" Suara di sebrang sana kemudian membalas ucapanku.

"Nope, aku hanya ingin menanyakan kabar sanderaanku saja."

"Oh, aku tidak tau, aku di frat."

"Segeralah kunjungi dia, mungkin dia butuh teman." Aku memutar bola mataku, apa apaan si arab ini.

"And I'm not her friend." Zayn tertawa,

"Oh ayolah. Ini perintah dariku, bosmu. Lagipula, kenapa kau sangat dingin, huh? Baru putus dari pacar mu yang sassy itu?"

Aku terkejut, bagaimana ia bisa tau aku dan Louis putus?

"Aku tau semua hal, Harry Styles. Tentu saja aku bisa dengan cepat, tau akan berakhirnya hubungan bodohmu itu. Akupun tau kalau kau membunuhnya, dan meninggalkan mayatnya didepan pintu apartmennya." Aku menggeram, ia benar benar tau semuanya?

"Jaga mulutmu, bajingan!" Seruku dengan lantang,

"Hey, chill out, man! Tidak usah kasar begitu. Tentu kau tidak mau kan, kalau aku mendorong tuas pistolku dan hidupmu berakhir?"

Huft, aku harus sabar. Biar bagaimanapun, Zayn adalah bosku. Ia yang berkuasa atasku, bahkan atas nyawaku.

"Fine! Aku akan menemui gadis itu sekarang! Tutup telfonmu!" Pria itu hanya terkekeh,

"Bravo, Styles! Selamat berjuang, keriting!" Setelah itu, Zayn menutup telfon nya.

Aku mengerutkan alis, mengingat ucapan terakhirnya. Perjuangan? Apa yang ia maksud? Apakah ia akan membuat rencana baru diluar pengetahuanku? Zayn memang sulit ditebak!

-----------------------

Zayn pov

Aku menyenderkan tubuh di kursi singgasana ini, kursi bos. Senyuman tak kunjung pupus dari wajahku. Aku memikirkan rencanaku, yang pastinya akan briliant sekali hasilnya.

Aku meminta Harry, untuk menemui gadis itu. Ya mungkin, secara tidak sadar ia akan menceritakan kisah kandasnya hubungan tolol bersama kekasihnya yang aneh itu. Setelah itu, ia akan diberi solusi dan lain lain oleh gadis itu, dan semakin lama semakin dekat. Jika sudah semakin dekat, akan lebih mudah aku menyetir Harry untuk membujuk gadis itu mengambil hartanya, dan aku akan membunuhnya setelah itu. Lalu aku akan menikahi Gigi, kekasihku yang seksi.

Hidup senang, banyak uang, tidak bekerja, kekasih cantik nan seksi, apalagi yang kurang dari hidupku?

Ah, sebaiknya aku tidur saja. Hitung hitung menabung stamina, untuk nantinya merasakan kebahagiaanku yang akan kurayakan.

--------------------

Maple pov

Aku duduk terdiam di atas karung karung kotor, kegiatan yang rutin kulakukan sejak aku berada disini. Tidak ada yang bisa kulakukan. Tanganku terikat dibelakang, kaki pun terikat juga. Ingin berteriak? Bisa saja. Tapi, disini ada jendela, dan dari jendela itu, aku melihat hutan belantara diluar. Siapa yang akan menolong? Bahkan orang yang masuk sini selain pria keriting itu, pasti akan tersesat.

*kreet*

Pintu gudang karung ini terbuka, menampilkan seorang pria berambut keriting dan bermata hijau. Pria yang menyekapku disini, dan yang membuat aku harus bertahan hidup 2 bulan lagi, jika orang orang yang menyelamatkanku terlambat.

Tapi kali ini, wajahnya sedikit aneh. Ia terlihat sedih, dan tidak bersahaja. Hmm sebenarnya, aku tidak pernah melihat wajahnya bersahaja, sih. Hanya saja, aku merasa kali ini wajahnya lebih menyeramkan dibanding saat ia menyiksaku waktu itu.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Aku tersadar, saat suara bass nya mengucapkan sesuatu.

"Hmm.. tidak. Sedang apa kau disini?"

"Ya suka suka ku lah, mau dimana kek. Lagipula, ini tempat asliku. Bukan kau. Jadi, aku bisa mendatangi tempat ini, kapanpun aku mau." Ia menatapku sinis, sedangkan aku hanya memutar bola mata.

Biasa aja kali, gumamku.

"Hey, aku dengar itu ya!" Pria keriting didepanku mengerutkan kedua alisnya. Sebenarnya ia lucu saat seperti sekarang, mirip anak kecil.

"Dan aku tidak peduli. Mulut ini mulutku! Jadi aku bebas berkata apa saja. Lagipula, kau kan bilang, 2 bulan lagi aku akan mati, jadi sebaiknya aku puas puas saja berbicara sebelum ajalku!"

Pria keriting itu terlihat sedikit terkejut, begitu mendengar ucapanku. Tapi lalu ia kembali biasa lagi.

"Kau menyebalkan!" Serunya. Setelah itu, ia duduk agak jauh dariku. Keheninganpun mulai terjadi, setelah ia duduk.

'Why can't you hold me in the street
Why can't I kiss you on the dance floor..
I wish that we could be like that..
Why can't we be like that?
Cause I'm yours....'

Suara nyanyian yang merdu, terdengar dari sampingku. Saatku menoleh, aku mendapati pria keriting sedang bernyanyi sambil menyenderkan dan menengadahkan kepalanya ke langit langit.

'And nobody know..
I'm in love with someone's baby..'

Aku memberanikan diri ikut menyanyi. Ia menoleh, aku takut ia marah. Tapi..

'I don't wanna hide us away..'

Dia membalas nyanyianku, itu membuat aku semakin membalasnya juga.

'Tell the world about the love we're making..'

'I'm livin' for that day..'

'Somedaaaay...'

Aku dan dia menyanyikan kata terakhir itu dengan begitu menghayati.

"Kenapa kau membalas nyanyianku?" Tanyanya, setelah aku dan dia selesai menyanyi.

"Umm... tidak apa apa. Maafkan aku ya, aku suka lagu itu." Jawabku, berusaha agar tidak berkata yang salah, agar ia tidak marah.

"Nope. Lagi pula, suaramu tidak buruk," Aku mengangkat kepalaku, menatapnya tidak percaya.

"Seriously?" Tanyaku.

"Ya. Aku sering pergi ke bar dan club, disana banyak wanita seksi yang menyanyi. Tapi, mereka terdengar seperti orang kesurupan! Menyanyi sambil berteriak, tidak ada bagusnya!"

"Lalu, kenapa mereka dipekerjakan sebagai penyanyi?" Tanyaku, lagi.

"It's all about body. Mereka lebih mengutamakan fisik, dibanding suara. Pakaian yang mereka pakai sengaja terbuka, untuk kesan menggoda."

Aku mendengar cerita nya, sambil memasang ekspresi jijik. Murahan sekali ya, wanita wanita itu. Kalau aku jadi mereka, pasti aku tidak akan mau bekerja begitu, dibayar semahal apapun!

Pria keriting itu masih melanjutkan ceritanya, tentang wanita wanita itu. Aku memperhatikan nya dengan seksama, ternyata ia orang yang baik, dan tidak terlalu buruk. Dari caranya bercerita, aku yakin ia pasti adalah orang yang hoby bercerita. Liat saja ekspresinya, yang suka sekali berubah ubah, dan panjangnya cerita yang ia terangkan.

Jujur saja, aku tidak menyangka bahwa dia yang menculikku. Maksudku, jika seperti ini ia terlihat seperti orang baik. Pasti seseorang yang membuat misi menculikku ini sengaja menggunakan pria keriting ini, atau mungkin karna pria ini hanya sulit ekonomi saja, mungkin.

---------------

Haaai cuyung2kuuh.. :*
Cerita ini gajelas banget sumpah wkwk
Maklum, aku bikin cerita ini iseng.
Aku harap jangan bosen ya sama cerita ini :*
Tetap baca cerita ini, dan don't forget to vomments yaaa! :*
Thankyou so so soooo much! Buat kalian yang udah baca, yang udah vomments juga! :*

Stockholm Syndrome [ H.S ] [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang