3

3.9K 255 40
                                    

Harry pov

Kemana Louis? Sudah seharian aku tidur di depan pintu apartmen nya, dan sampai sekarang ia belum juga datang. Aku khawatir padanya. Aku sangat mencintai Louis, dan aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Sebenarnya, dulu aku tidak gay. Dulu, sebelum bersama Louis, aku sempat menjalin hubungan dengan seorang gadis, ia bernama Angela. Gadis itu cantik, kulitnya putih bersih, rambut coklatnya panjang bergelombang dan warna matanya hijau emerald, persis seperti mataku. Kami menjadi sepasang kekasih, selama kurang lebih 2 tahun. Singkat memang, tidak selama hubunganku dan Louis sekarang. Tetapi menurutku, bersamanya adalah sebuah kesempatan terindah sepanjang hidupku. Ia mengajarkan aku, untuk tidak menjadi anak nakal. Untuk menjadi pria yang baik, dan menghargai sesama. Ia juga menerima ku apa adanya. Aku bisa dibilang sangat sangat beruntung pernah memilikinya.

Dua tahun berlalu, Angela akhirnya membuat pengakuan mengejutkan. Ia hamil, dan itu bukan anakku. Itu adalah anak dari Niall, teman lamaku. Sejak saat itu aku marah, marah kepada Angela, dan kepada Niall. Aku tidak lagi akrab pada mereka berdua, dan mengabaikan mereka.

Hingga suatu ketika, aku melakukan sebuah rencana membunuh keduanya. Aku menyuruh seseorang menaruh bom waktu di dalam mobil mereka, dan itu berhasil. Tepat pukul 12 malam, aku mendengar kabar mobil mereka meledak, dan keduanya meninggal ditempat. Jujur, sebenarnya aku merasa amat sedih dan kecewa. Aku terpukul saat itu, sempat tidak mau melihat dunia selama sekitar satu tahun. Tidak ada yang bisa kujadikan sandaran, bahkan keluargapun aku tidak punya. Kedua orangtuaku membuangku, saat aku berusia 12 tahun.

Sejak saat itu, aku mulai berusaha hidup sendiri. Pekerjaan pertamaku adalah menjadi kasir di toko roti. Saat itu aku sedang bekerja, dan tanpa sengaja bertemu dengan Zayn Malik. Ia mengatakan ada lowongan pekerjaan kosong untukku, dan ia bilang aku cocok untuk pekerjaan ini. Akhirnya aku menyetujuinya.

Setelah sebulan bekerja, aku bertemu dengan Louis Tomlinson. Pria bermata biru gelap, yang sangat baik padaku. Entah apa yang merasuki ku, aku semakin merasa ada ketertarikan padanya. Hingga akhirnya akupun menjadi seorang gay. Kupikir, mungkin nasib percintaanku akan berubah, jika menjadi seoran gay. Namun, jujur saja, tidak ada perubahan yang signifikan. Sikap Louis berubah banyak, dan berbeda dengan sewaktu kami berteman dulu. Sekarang ia menjadi lebih menuntut, suka memaksa, dan egois. Kamipun bisa dibilang sering bertengkar. Aku berniat ingin menyudahi hubungan ini, tapi Louis selalu bisa membuatku merasakan sayang kembali, dan akhirnya mengurungkan niatku itu.

Aku tersadar, begitu mendengar langkah kaki semakin mendekat padaku. Alangkah terkejutnya aku, itu adalah Louis. Ia datang dengan wajah biasa, tanpa menaruh rasa simpatik padaku.

"Kemana saja kau?" Aku mencoba untuk memulai percakapan, yang sepertinya akan memunculkan perkara baru ini.

"Work"

Bekerja? Dengan pakaian sesantai ini? Yang benar saja!

"Tidak mungkin, Louis! Liat pakaianmu itu! Tidak mungkin bekerja, dengan pakaian sesantai itu." Louis hanya menunduk sekilas memperhatikan pakaiannya, kemudian kembali melihatku dengan tatapan malas.

"Apa ada yang salah dengan pakaianku? Hey! Aku bisa menggunakan pakaian apapun yang kumau saat bekerja, bahkan tidak berpakaianpun aku bisa! Kau tidak berhak menuduhku tidak bekerja, hanya karna aku berpakaian seperti ini!" Aku terkejut, suaranya meninggi. Ya, tebakanku benar. Perkara baru, lagi.

"Tapi kau tidak seharusnya mengabaikan panggilan dan pesanku kan? Aku sudah lama menunggumu disini!" Mau tidak mau, aku meninggikan suaraku juga. Toh, kami sama sama pria. Mungkin tidak seharusnya aku melembut.

"So? Kenapa kau menungguku? Bahkan kau tau, aku tidak menanggapi pesanmu! Kenapa kau selalu bodoh, Harry?" Okay, sifat asli Louis mulai keluar. Ia mulai berbicara layaknya seorang sassy.

Stockholm Syndrome [ H.S ] [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang