BAB 6

5.8K 332 14
                                    

Sorry For typo.
------------------------------------------------------

SELASA.

Seperti biasa pagi-pagi sekali Difa sudah ada di halte. Namun, sekarang berbeda dengan hari-hari biasanya. Jika biasanya ia menunggu angkot sekarang ia sedang menunggu Rifki, pacar DARE nya .

Setelah 10 menit menunggu, akhirnya dari kejauhan terlihat motor yang melaju dengan kecepatan sedang, menghampirinya.

"Udah lama nunggunya?", tanya Rifki.

"Belom kok Kak, yodah kuy berangkat."

Seperti kemarin, diperjalanan hanya ada keheningan. Tak ada satu pun yang memulai pembicaraan sampai sekolah.

"Gue anter sampe kelas yah."

Kini mereka sudah sampai disekolah, dan Rifki mengantarkan Difa sampai kelas.

"Thanks ya Kak udah nganterin gue sampe kelas."

"Iya, sama-sama. Nanti pulang bareng lagi ya. Byee", Rifki berjalan menuju kelasnya.

Sampai dikelas Difa langsung diserbu oleh pertanyaan dari sahabat-sahabatnya.

"Wahh, lo dianterin Kak Rifki. Jangan-jangan lo kemaren pulang bareng juga yah. Beeeuuhhh asyik dong".

Difa tak menanggapi perkataan Caca karena sudah ada seorang guru yang masuk kekelas.

"Assalamualaikum anak-anak."

"Waalaikumsallam Bu."

"Perkenalkan nama Ibu Tri Haryati. Ibu wali kelas sekaligus guru bahasa Indonesia kalian. Sekarang Ibu ingin kenal dengan kalian, yang Ibu tunjuk maju kedepan".

Satu persatu murid dikelas ini maju kedepan. Syifa, Amel, dan Caca juga sudah memperkenalkan diri masing-masing.
Sekarang giliran Iqbal.

"Hay guys, my name is Iqbal Fajar Permana".

"Iam..."

"Badboyssss..hahahah", teriak Difa diikuti tawa teman-temannya.

"Enak ajah. Gue bukan badboys kok."

"Sudah, sudah. Kamu duduk dan sekarang kamu yang pojok, maju kedepan", Kata Bu Tri.

Seorang remaja lelaki berpenampilan rapi maju kedepan.

"Kenalkan dirimu".

"Perkenalkan teman-teman, nama ne inyong Rohmat", ucapnya dengan logat ngapaknya.

"Kamu orang Banyumas?", tanya Bu Tri.

"Saya asli Cilacap Bu guru", logat ngapaknya kini membuat para siswa lain menahan tawa.

"Bu, kita panggil dia Rohmat inyong ajah", ucap Iqbal dengan tertawa.

"Sudah, sudah kalian ini yah. Duduk nak".

Cilacap, kota itu meningatkan Difa akan Mamanya dan...

"Ya, giliran kamu sekarang."
Bu Tri menunjuk Difa, dan ia segera maju kedepan.

"Perkenalkan nama saya..."

"Adifa Atmarini", potong Iqbal.

"Ish. Saya lahir di..."

"Cilacap." Potong Iqbal lagi.
"Wahh, jangan-jangan lo jodoh lagi sama Rohmat".

Difa merasa kesal dengan perkataan Iqbal sekarang. Ia pun mencari cara untuk membalasnya.

"Ahhaa", sepertinya Difa punya ide.

Ia mengambil penghapus papan tulis yang ada di meja guru dan melayangkannya kearah Iqbal.
Tepat sekali sasarannya. Penghapus itu mendarat tepat dikepala Iqbal.

"Adduuhh, kurang ajar lo ya".

Iqbal tak mau kalah. Ia melemparkan penghapus itu kearah Difa, namun Difa bisa menghindar dan...

Buuuukkkk. Penghapus itu ternyata mengenai kepala Bu Tri.

Mammppuusss .....

"Iiiiqqqbbaallll, Diffffaaaaaa. Keluuar kalian berdua". Teriak Bu Tri.

Tanpa babibu Iqbal dan Difa keluar kelas.

Difa berjalan menuju kearah lapangan sedangkan Iqbal. Entahlah.

Sampai dilapangan, ternyata ada segerombolan anak laki-laki yang sedang main basket. Salah satunya adalah Rifki.

Rifki yang melihat Difa berjalan sendiri, akhirnya berfikir untuk menghampirinya.

"Kok gak masuk kelas?" Tanya Rifki.

"Udah, tapi dihukum suruh keluar".

Mereka pun duduk di dekat lapangan.

"Kok bisa dihukum?".

"Iya. Gara-gara tikus got".

"Tikus got?".

"Iya. Dia tuh temen sekelas gue dari SD. Nyebelin deh dia".

Akhirnya Difa melewati masa hukumannya dengam mengobrol dan bercanda bersama Rifki. Difa jadi tau bagaimana sifat Rifki sebenarnya, begitupun sebaliknya. 'Hukuman pembawa berkah', batin Difa.

Disaat mereka tertawa bersama. Ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan mereka.

"Wooyy lo dihukum malah asyik-asyik disini". Iqbal mengageti mereka berdua.

"Ehh tikus got. Masalah buat lo!".

"Dasar annabelle kurang makan".

"Apa lo, tikus got pembuat onar".

"Sttooppp... kalian tuh kayak anak kecil tau gak", bentak Rifki.

"Dia duluan", ucap Iqbal dan Difa saling tunjuk.

"Udah-udah. Ayo minta maaf".

"Gak", jawab mereka bersamaan.

"Oke. Ayok Dif ikut gue", Rifki menggandeng tangan Difa lalu pergi meninggalkan Iqbal.

Ternyata Rifki mengajak Difa ke taman belakang.

"Gue gak suka lo deket-deket sama dia".

"Maksud lo?".

"Ehh, maksud gue. Gue gak suka lo berdebat lagi sama dia".

"Itu sih udah biasa, dari SD juga gitu".

"Ya ilangin kebiasaan itu".

"Iya deh gue coba".

"Gue kekantin dulu yah. Aus nih. Lo disini ajah, nanti gue kesini lagi kok".

Rifki pergi kekantin meninggalkan Difa.

3 menit kemudian, datang 3 cowok. Sepertinya mereka kakak kelas, dan sepertinya mereka badboys terbukti dengan gaya berpakaiannya dan rambut yang di cat.

"Wahh, Frans adek kelas sekarang cantik-cantik yah". Ucap salah satu dari mereka.

"Hay dek. Nama lo siapa?, kelas apa?" Tanya temannya. Sepertinya ia ketua geng ini.

Difa merasa risih dan takut. Akhirnya dia bangkit dan hendak pergi. Namun, tangannya ditahan oleh salah satu dari mereka.

"Lepasin gue", Difa mencoba melepaskan tangannya.

"Gak akan".

"Woyy lepasin dia".

Rifki datang membawa 2 air mineral. Cowok itu pun langsung melepas tangan Difa.

"Kenapa?, emang dia siapa lo?".

"DIA CEWEK GUE".



------------------------------------------------------

Hayy readers. Akhirnya sempet di next juga. Suupperrr ngarreett. Kemaren2 banyak beud tugas, ini juga baru pulang les. Capeekkknyyaa (curhat).
Sempatkan vote dan comment yah. Comment dari kalian adalah penyemangat buat aku.
Okee. Sekian dulu.

Assalamualaikumm😊

Cuma DARE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang