Selamat Malam:)
Masih adakah pembaca setia:v
Semoga ajah ada biar Jijah semangat nglanjutin ceritanya (efek gada yg nyemangatin eak😅)
Selamat membaca:)____________________________________
Belum sempat Difa melanjutkan perkataannya pintu kamar Iqbal kembali terbuka.
Ternyata kak Rifki yang muncul dari balik pintu tersebut.Iqbal nampak terkejut bin kaget, walaupun sepersekian detik kemudian wajahnya berubaj menjadi ekspresi datar tetap saja Difa tau kalau Iqbal terkejut.
"Oh iya Bal. Gue kesini dianterin kak Rifki, btw buah-buahan itu juga kak Rifki yang beliin."
"Gak usah repot-repot kali." Jawab Iqbal dengan ketusnya.
"Gak repot kok, gimana keadaan lo?"
"Ya begini lo liat sendiri kan."
Mereka bertiga pun berbincang-bincang selama kurang dari 15 menit itupun lebih tepatnya Difa dengan kak Rifki yang berbincang. Sedangkan Iqbal hanya berdoa dalam hati kecilnya semoga dua orang itu cepat keluar -lebih bagus jika Rifki saja-.
Kau tau? Cemburu yang dipendam beberapa kali lipat jauh lebih sakit dari kata cemburu itu sendiri. Tutur Iqbal dalam hati sebelum ia memalingkan wajahnya dan tersenyum kecut."Bal. Udah sore, gue sama kak Rifki balik dulu ya."
"Balik ajah ntar lo pada ketularan apa yang gue rasain."
"Emang lo ngrasain apa?" Tanya Difa dan Rifki hampir bersamaan.
"Sakitt jiwaaaa. Ya engga lah udah sana pada pulang sebentar lagi virus meler gue kambuh."
Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Difa dan kak Rifki berlalu meninggalkan Iqbal. Seperti biasa Difa hanya mau diantar kak Rifki sampai halte. Mungkin tempat inilah yang kelak akan menayangkan banyak kenangan jika semua telah usai.
____________________________________
Tettt tettt tetttt.
Bel tanda pergantian pelajaran berbunyi. Artinya kelas X Ipa 3 ini sudah terbebas dari angka-angka yang cukup membuat otak pegal dan cenat cenut, apalagi kalo bukan Matematika, Makin dipikir makin tidak karuan.Seluruh siswa bersorak-sorai. Apalagi Iqbal, mungkin gara-gara kemarin sakit kepalanya jadi lebih pusing 2X lipat dari teman-temannya. Bukan karena ia banyak berpikir tapi karna ia mengaku phobia rumus-rumus (kan ada-ada ajah:v).
Sekarang tiba waktunya pelajaran PJOK. Semua siswa-siswi langsung berganti kostum -dengan kaos Olahraga tentunya.Priiiiitttttt...
Bunyi peluit pak Rudi guru olahraga membuat semua siswa yang sedang melakukan pemanasan (secara tidak niat sama sekali) langsung berkumpul mendekat pak Rudi."Assalamualaikum anak-anak."
"Waalaikumsalam."
"Hari ini kita akan bermain basket. Blablablabla."
Terang pak Rudi panjangXlebarXtinggi. Pak Rudi memang tipe guru yang senang menceritakan semua hal kepada siswanya walaupun itu sepertinya tidak penting sama sekali. Intinya hari ini semua siswa harus menunjukan kemampuannya dalam bermain basket karena disekolah ini terkenal dengan kehandalan tim basketnya.Satu persatu siswa putra memperagakan teknik-teknik dalam bermain bola basket. Tentu saja Iqbal yang terlihat lebih ahli mengingat ia adalah mantan kapten di SMPnya. Ya meskipun mantan pasti dia masih dan lebih paham.
Sekarang giliran siswa putri. Dan Difa menjadi pencoba yang terakhir. Tangannya gemetar saat memegang bola basket itu. Jujur ia sama sekali tidak bisa bermain basket.
Ia mulai mendribble bola tersebut tapi sedetik kemudia ia malah mendapat pelototan sadis dari pak Rudi.
"Apa-apaan ini mendribble saja tidak bisa!"
"Maaf pak. Saya memang dari dulu tidak bisa. Hehe."
"Tidak bisa masih bisa tertawa? Mau dapat nilai berapa kamu?"
Satu fakta lagi tentang pak Rudi, ia termasuk manusia dengan mulut super tajam (setajam silet:v)"Maaf pak."
"Maaf, maaf. Emang maaf bisa membuat kamu jadi jago basket?"
" eng.. enggak pak."
"Karna minggu depan penilaian kamu harus belajar dengan..
Iya, siapa kamu?" Tunjuk pak Rudi."Saya pak? Saya Iqbal pak, mau sekalian nomer wa saya pak?"
"Ya kamu harus belajar dengan Iqbal." Perintahnya pada Difa. Pak Rudi sama sekali tidak menanggapi pertanyaan tidak penting versi Iqbal.
"Hah?! Iqbal? Gak bisa pak, nanti yang ada bukannya saya bisa basket malah saya ketularan sawannya dia pak."
"Kamu membantah?!"
"Biar saya saja pak yang ngajarin dia."
Tiba tiba Rifki datang entah dari mana seperti layaknya superhero. Semua menatapnya dengan heran."Kamu?" Tanya pak Rudi memastikan.
____________________________________
Pendek ya?:"
Semoga cepet di update lagi😊.
Jangan lupa juga vote & Comment (Hanya Jika menyukai cerita ini). Baca cerita Jijah yang satunya juga ya. Sampai jumpa.
Jangan lupa tinggalkan jejak❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma DARE?
Подростковая литератураSemua berawal dari MOS yang kurang menyenangkan, Ditambah para OSIS yang senang melihat adik kelasnya susah.. Bagaimana kah nasib seorang gadis jutek bernama Adifa?