2. Dua..

51 1 0
                                    

Setelah kejadian aku memutuskan Raffi, aku menjadi pribadi yang pendiam bahkan sahabatku Ayu juga merasa heran dengan perubahan sikapku.

"Lis, aku pinjam buku Ekonomi dong soalnya aku belum selesai. Ngerjainnya." Ucap Ayu yang tengah sibuk mencari buku Ekonomi milikku di dalam tas. Sedangkan aku hanya berdiam sambik mengingat kenanganku dengan Raffi.

"Lis, Lisa kamu kenapa sih? Dari tadi diem aja ih," ucap Ayu sedikit kesal. Aku masih tak menjawab ucapannya dan tengah asik memikirkan Raffi.

"Lis, LISA ANINDITHA ADRIAN helloww dari tadi aku nanya woy," ucap Ayu kesal.

"Aku putus sama Raffi," ucapku akhirnya.

"Apa!! Kamu enggak bercanda kan Lis? Ada apa sebenarnya?" Ucap Ayu yang sudah menghadap ke arahku.

Aku menceritakan semuanya pada Ayu, mulai dari Ayah yang mengancam akan mengirimku ke Medan. Hingga saat Raffi marah besar karna aku putuskan begitu saja. Dan Ayu menangis saat aku menceritakan itu semua, dari ke empat sahabatku memang Ayu lah yang sangat dekat denganku dan tau tentang kehidupanku. Aku selalu cerita padanya dan begitu sebaliknya.

***

Aku Lisa Aninditha Adrian, anak pertama dari pasangan Robby Adrian-Anita Adrian. Aku mempunyai 2 orang adik. Ervitha Aninditha Adrian dan Sazkia Aninditha Adrian.

Aku bersyukur mempunyai ayah dan ibu yang selalu mencuruhkan kasih sayangnya padaku dan kedua adikku.

Aku tak pernah kekurangan kasih sayang dan juga perhatian dari mereka. Walaupun ayah terkadang sangat keras dalam mendidik kita bertiga.

Saat ini aku sedang duduk di halaman depan rumah memandang tanaman hias yang ibu tanam.

"Ibu tau ini berat buat kamu Lis, tapi ini adalah jalan yang terbaik buat kalian berdua. Biarlah Raffi mencari penggantimu yang seiman denganya, dan menurut ibu sekarang kamu fokus buat ujian semester kamu. Ingat kamu sudah kelas 2 semester akhir," ucap ibu menjelaskan.

Tiba-tiba aku tak kuasa menahan air mataku dan memeluk ibu sambil menangis. "Menangislah Nak, luapkan semua emosi dan juga perasaan sakitmu," ucap ibu sambil mengelus rambut dan punggungku secara bergantian.

Ibu memang selalu mengerti kondisiku dan aku merasa lega telah meluapkan rasa sakitku dengan menangis di pelukan ibu.

"Dengar Nak, kamu enggak boleh begini terus kamu harus melanjutkan hidupmu lagi. Ibu yakin kamu bisa Nak," ucap ibu memberiku semangat.

Aku tak bisa mengucapkan satu katapun. Yang aku lakukan hanyalah menangis di pelukan ibu hingga tak sadar aku memejamkan mataku dan terlelap di pelukan ibu.

Perlahan aku terbangun, aku terkejut ketika melihat wajahku di cermin, mataku sembab dan pasti karna kemarin aku menangis di pelukan ibu.

Tiba-tiba ponselku berbunyi.

"Hallo Lisa Anibditha yang cantik,"

"Hmn, ada apa nis?"

"Ih pagi-pagi udah jutek aja nih anak,"

"Langsung aja lah Nis, aku lagi males nih,"

"Iya iya , temani aku shopping yuk Lis, dari pada kamu bt di rumah,"

"Boleh deh."

"Asik, kamu siap-siap gih aku sudah on the way nih,"

"Iya, aku mandi dulu."

"Oke siap dahh."

Setelah sambungan telfon terputus aku langsung bergegas mandi dan bersiap sebelum tante rempong itu datang.

LUKA(KU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang