Sudah 2 bulan semenjak Ariel mengontrak Rumah di depan rumahku hingga akhirnya kami dekat bahkan setiap hari minggu aku di suruh menemaninya mengelilingi kota Cirebon karna Ariel katanya mau tau daerah Cirebon. Jadi mau tak mau aku menemaninya berkeliling.
Entah kenapa belakangan ini sikap Ariel padaku sedikit berbeda, dia cenderung lebih perhatian bahkan lebih sensitif apalagi jika melihatku sedang berbicara dengan teman pria yang ada di kompleks perumahanku.
Entahlah kadang aku berfikir apa Ariel cemburu? Tapi itu tidak mungkin, mengingat Ariel tak pernah menyatakan bahwa dia menyukaiku??
"Kamu mau kemana Vi?" Tanyaku pada Vivi yang terlihat membawa Ransel di punggungnya.
"Hiking Teh, aku mau ke Ciremai pulang besok sore," jelasnya padaku.
"Kamu nih mendaki terus, emang gak capek apa?" Tanyaku padanya dan dia malah tertawa.
"Hahha ya enggak lah, malah asik tau Teh, Teteh coba deh sekali-kali naik gunung jangan ke Mall terus," sindirnya padaku.
"Ogah banget, panas dan pasti capek. Mending juga ke mall belanja dan menikmati keramaian," ucapku.
"Alah gak asik, enak nih muncak sambil menikmati keindahan Alam, pemandangan dari atas gunung jauh lebih indah dari pada di mall," jelasnya padaku.
"Yauda Teh aku berangkat, aku udah bilang sama Ibu dan Ayah," ucapnya padaku.
"Yaudah kamu hati-hati Dek, kabarin kalo ada apa-apa," ucapku padanya.
"Iya siap bos, Asalamualaikum."
"Waalaikum salam,"
****
"Teh ada yang nyari," ucap Kia padaku yang sedang menonton TV.
"Siapa Dek?"
"Gak tau, Namanya Ariel dia nunggu di ruang tamu,"
"Oh, oke makasih Dek,"
"Oh ya Teh aku ada pembahasan di rumah Pak Ustad jadi sekarang aku mau kesana, Ibu sama Ayah lagi ke rumah Tante Ana kalo Teteh mau keluar pintunya di kunci aja aku bawa kuncu kok,"
"Oh yauda oke."
Aku pun berjalan menuju ruang tamu dan benar saja Ariel sedang duduk sambil melihat foto keluargaku.
"Ariel,"
"Eh Lis," ucapnya sambil tersenyum.
"Ada apa?" Tanyaku langsung.
"Oh eh, itu aku mau ngajak kamu jalan," ucapnya ragu.
"Jalan?"
"Iya, ada yang mau aku bicarain sama kamu," ucapnya yakin.
"Masalah apa?" Tanyaku tak mengerti. "Hmm yauda aku ambil swetter dulu bentar,"
Tempat ini adalah tempat favoritku saat aku tengah gelisah dan sedih, Laut..
Laut adalah salah satu tempat favoritku dan kini Ariel membawaku ke sini. Entah apa yang mau dia bicarakan padaku karna semenjak kita berada di sini dia sedikit gugup."Lisa,"
"Ya,"
"Hmm sebenarnya aku ngajak kamu ke sini karna-," ucapannya terhenti dan dia berlutut di hadapanku sambil memegang tanganku.
Aku sangat terkejut karna perlakuanya, "Sebenarnya aku ngajak kamu ke sini mau mengatakan sesuatu yang membuat hatiku resah akhir-akhir ini," ucapnya terhenti dan tersenyum menatapku.
"Dari semenjak kamu ngobatin luka aku di sekolahmu, saat itu aku mulai tertarik denganmu sampai aku menanyakan tentangmu pada Ganhi,"
"Mungkin menurutmu ini terlalu cepat, tapi sungguh aku jatuh cinta padamu Lisa, dan tak ku pungkiri aku sangat cemburu saat melihatmu tertawa bersama pria lain,"
"Mungkin ini salah karna aku menyukaimu tiba-tiba," ucapnya menghembuskan nafas.
"Tapi beri aku kesempatan untuk mengenalmu lebih dekat lagi dan percayakan hatimu untuk aku singgahi,"
Kemudian dia berdiri menghadapku dan tak melepaskan genggaman tangannya. "Aku Ariel Ganesha ingin menjadikan wanita di hadapannya sebagai kekasih dengan di saksikannya angin yang berhembus dan ombak di laut lepas sana,"
"Jadi Lisa maukah kamu menjadi kekasihku," ucapnya yakin.
Aku merasa ini mimpi, ucapannya sangat meyakinkanku dan sepertinya ia sangat tulus.
Apa yang harus aku lakukan? Menerimanya atau justru mengabaikan usahanya yang telah sangat romantis mengajakku untuk menjadi kekasihnya.
Apakah ini saatnya aku membuka kisah baruku bersama Ariel?
Ku lihat dia sedikit kecewa karna aku mendiamkannya dan asik dengan pemikiranku sendiri, dia mengeluarkan kotak persegi dan membukanya, ternyata isinya kalung.
"Jika kamu mau menerimaku kamu ambil kalung ini terus kamu pake di leher kamu, tapi kalo kamu nolak aku kamu balikin ke aku," ucapnya dan menaruhnya di tangan kananku.
Aku terdiam sebentar dan bismillah semoga saja keputusanku tidak salah.
"Aku gak mau pake kalung ini," ucapku sambil menggoyangkan kalungnya di hadapannya. Dia sangat terkejut dan wajahnya pucat.
"Aku gak mau pake kalung ini sendiri, aku maunya kamu pasangin di leher aku," ucapku tersenyum dan wajah pucat Ariel berubah menjadi berseri. Ariel mengambil kalungnya dari tanganku dan masangkanya di leherku.
"Jadi kita resmi pacaran?" Tanyanya tak percaya, aku hanya tersenyum sambil mengangguk.
Ariel menariku dan membawaku kedalam pelukannya. "Makasih karna kamu mau percayain hati kamu buat aku masuki," ucapnya senang.
"Sama-sama," ucapku membalas pelukannya.
Akhirnya aku kembali merasakan lagi di cintai dan mencintai. Di sini di Laut dan di hadapan ombak serta angin yanh berhembus, Aku dan Ariel resmi menjadi sepasang kekasih. Dan semoga hubunganku kali ini akan bertahan ke jenjang yang lebih serius nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA(KU)
Teen FictionKenyataan yang sulit dilupakan adalah ketika cinta itu masih tersimpan di dalam lubuk hati yang paling dalam. Aku seorang wanita biasa yang telah jatuh cinta pada seseorang pria yang berbeda keyakinan hingga membuat aku merasakan sakit karna di pisa...