4. Empat..

41 1 0
                                    

Hari ini tepat di adakanya acara perkenalan dan persahabatan antar sekolah, biasanya aku selalu antusias jika ada pertandingan bola basket karna Raffi pasti ikut serta bersama team nya.

Berbeda dengan kali ini. Hari ini bahkan aku tak bersemangat dan hanya berdiam diri di dalam kelas bersama devi yang kebetulan sedang tidak enak badan. Aku sudah menyuruh devi untuk istirahat di UKS tapi devi tak mau dan memilih menemaniku di kelas.

"Aku tau Lis ini berat buat kamu, tapi kamu juga harus mengerti bahwa ayah dan ibumu sangat menyayangimu," ucap Devi padaku.

"Entahlah Dev, mungkin aku belum bisa menerima ini semua, tapi aku janji akan berusaha bangkit dari keterpurukanku ini Dev," ucapku yakin, kemudian Devi tersenyum dan memelukku.

"Aku percaya itu Lis, kamu kuat dan pasti kamu akan menjalani ini semua dengan baik. Aku yakin kamu pasti bakal dapetin pacar yang jauh lebih baik dari Raffi dan tentu yang seiman sesuai keinginan ayah dan ibumu. Itu pasti Lis aku yakin," ucap Devi memberi semangat padaku.

Sungguh aku memang sangat beruntung memiliki keluarga dan sahabat yang begitu menyayangiku bahkan menguatkanku dalan keadaan seperti ini.

"Aku yakin Smk Nusa bangsa pasti kalah sama Smkn 3 sukabumi," ucap Olin teman satu kelasku. Yang baru memasuki kelas.

"Pastinya secara Tristan gak ada apa-apanya di banding Kapten Smk sukabumi, eh katanya Smk Pelita juga akan datang dan tanding juga sama Smk Sukabumi disini loh," ucap Lili pada Olin.

Pelita, Smk Pelita akan kemari dan tanding Basket di sini dan itu berarti Raffi akan kemari, Tuhan apalagi ini di saat aku ingin menjauh darinya tapi kenapa engkau malah mendekatkannya padaku.

"Hmm Dev aku mau ke mushola mau solat dhuha, kamu mau ikut atau gimana?" Tanyaku pada Devi.

"Aku ikut kamu Lis, yuk."

Sesampainya aku di mushola aku mengambil air wudhu setelah itu memulai solat dhuha sedangkan Devi menungguku di kantin samping mushola.

Setelah solat aku berdoa dan setelah itu aku menghampiri Devi dan mengajaknya kembali ke kelas.

Tapi saat aku ingin menaiki tangga menuju kelas tiba-tiba Ganhi ketua osis memanggilku.

"Lisa," teriak Ganhi hingga membuat semua orang melihat ke arahku.

"Ya ada apa Gan?"

"Lis bantu aku mengobati luka kapten basket Smk Sukabumi, dia terluka saat mau merebut bola dari tangan kapten pelita," jelas Ganhi padaku.

"Loh Sonia dan Ika kemana? Bukannya mereka yang jaga UKS?" Tanyaku pada Ganhi.

"Mereka ada rapat mendadak dan tidak bisa di ganggu, tolong lah Lis hanya kamu satu-satunya harapanku," ucap Ganhi memohon padaku.

"Hmm baiklah, oh ya Dev ikut aku yuk sekalian kamu istirahat di UKS," ucapku pada Devi.

Dan setelah itu aku, Ganhi dan juga Devi berjalan menuju UKS. Dan sesampainya di sana sudah ada seorang pria yang sedang berbaring dengan luka yang masih basah di tangan dan lututnya.

"Ariel ini Lisa yang akan ngobatin luka kamu,"ucap Ganhi. Kemudian orang yang bernama Ariel itu bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk dan tersenyum padaku.

Aku langsung mengambil peralatan untuk membersihkan dan mengobati lukanya.

Aku membersihkan lukanya dengan air hangat yang aku ambil dari dispenser UKS setelah itu aku bersihkan dengan alkohol sebelum aku kasih salep pengering luka.

Setelah selesai aku mengambil air hangat dan obat pereda nyeri dan memberikan ya pada Ariel setelah itu aku menyuruhnya istirahat.

"Sudah selesai, sekarang kamu istirahat dan setelah salepnya kering aku akan memberi perban untuk menutupi lukanya," jelasku padanya.

"Terima kasih Lisa," ucapnya tersenyum dan kemudian dia berbaring lagi. Aku mengajak Devi kembali ke kelas.

Sesampainya di kelas aku melihat Anis dan Ayu yang terlihat menahan emosi. Aku dan Devi berjalan menghampiri mereka.

"Dari mana kalian?" Tanya Rian padaku dan Devi.

"Dari UKS," jawab Devi dan Rian hanya ber'oh ria saja.

"Gue heran deh masalahnya apa sih anak itu sampe buat idola baru aku cidera kaya gitu, jelas-jelas dia sengaja nyengol kaki si Ariel sampe dia jatuh terus luka parah gitu," ucap Anis kesal, aku mengerti bahwa mereka sedang membicarakan Ariel dan Raffi tentunya.

"Kalau aja tadi gak ada guru-guru udah aku buat ancur tuh mukanya, ih kesel kenapa dia jadi nyebelin banget sih. Kan kasian yayang Ariel," ucap Ayu di buat-buat manja.

Menggelikan sekali mereka berdua, semenjak aku putus dari Raffi mereka semua menganggap Raffi musuhnya terlebih lagi sikap Raffi yang mulai menjengkelkan pada setiap orang yang melihatnya.

"Kalian berdua ini ribut aja kalo ada yang ganteng, tapi kalian gak bisa tatapan muka langsung apalagi megang tangannya iya kan," ucap Devi pada Ayu dan Anis mereka berdua langsung melotot ke arah Devi, sedangkan Devi malah acuh.

"Kaya kamu bisa melihat wajah Ariel jarak deket aja," sindir Anis pada Devi.

"Bisa dong malah aku liat muka dia dari deket saat dia tiduran," jelas Devi tak mau kalah.

"Bohong banget," ucap Ayu mengejek.

"Ngapain bohong kalo faktanya memang iya, tanya aja sama Ganhi, dan yang paling beruntung adalah Lisa yang dengan lembutnya mengobati lukanya si Ariel," dan setelah ucapan Devi, Ayu dan Anis sudah berdiri di hadapanku.

"Serius Lis," ucap mereka berdua dengan wajah cengonya. Aku hanya tersenyum kemudian mengangguk.

"Ya tuhan mujur banget sih Lis nasib kamu, putus dari Raffi sekarang dapet Ariel ahh aku juga mau," ucap ayu lebay dan aku hanya mampu menggelengkan kepalaku saja.

***

"Lis bisa ke UKS lagi?" ucap Ganhi yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Oh bisa Gan bentar lagi aku kesana," jawabku pada Ganhi. Dan setelah ucapanku Ganhi pergi meninggalkan kelasku.

"Mau ngapain Lis?" Tanya Ayu.

"Mau pakaikan perban buat Ariel," jawabku.

"Ikut," ucapnya merengek.

"Ih kamu ini kaya anak kecil, aku cuma pasang perban aja kok enggak lama Yu,"

"Huh yaudah deh, hati-hati salam buat si ganteng," teriak Ayu.

Setelah sampai di ruang UKS aku terkejut karna ada Raffi yang sedang berbincang dengan Ariel.

"Permisi," ucapku mengganggu obrolan mereka. Ku lihat Raffi tampak terkejut melihatku ada di hadapannya sedangkan Ariel malah tersenyum manis ke arahku.

"Ah Lisa udah datang," ucap Ariel.

"Iya, bisa aku kasih perban sekarang Riel?" Tanyaku padanya.

"Iya Lis silakan," jawab Ariel.

Aku langsung mengambil kotak P3K, dan mulai membersikhan salep yang masih basah. Luka Ariel celap kering denga. Salep yang aku olesi tadi.

Jujur saat ini aku merasa tak nyaman di perhatikan oleh Raffi dan juga Ariel.

LUKA(KU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang