5. Lima..

43 1 0
                                    

"Lukamu gak parah kan bro?" Tanya Raffi tiba-tiba pada Ariel.

"Gak apa bro santai aja, untung ada Lisa, dia yang ngobatin lukaku dan alhamdulillah sekarang sudah kering," jawab Ariel.

"Oh Puji Tuhan deh yaa," ucap Raffi.

"Oh ya Lis terima kasih ya kamu udah mau ngobatin luka aku dan obat yang kamu kasih itu efeknya luar biasa, kamu memang pantas jadi anggota PMR," ucap Ariel padaku, aku hanya tersenyum mendengar ucapannya karna sedang konsentrasi pada perban yang sedang ku pasang pada tangan dan kaki Ariel.

"Iya harus dong bro, tugas PMR kan mengobati orang sakit bukan malah menyakitinya," ucap Raffi sinis dan menekan kata menyakitinya Aku yakin dia masih belum terima keputusanku, dan yang bisa ku lakukan hanyalah bersabar.

"Hmm nah selesai," ucapku setelah membalut luka Ariel dengan perban. Aku bangkit dan menyimpan kotak P3K di tempat semula dan mengambil 3 butir obat lalu ku masukan pada plastik kecil untuk ku berikan pada Ariel.

Saat ku berjalan menuju tempat Ariel dan Raffi tak sengaja aku mendengar suara pria berbicara entahlah aku tak bisa melihat itu siapa akhirnya ku putuskan untuk menguping pemicaraan mereka.

"Siapa yang ngobatin kamu Riel, aku lihat lukamu cepat kering padahal luka mu tadi cukup parah," ucap orang itu.

"Iya alhamdulilah ini di obatin sama Lisa," jelas Ariel.

"Lisa?" Ucap orang itu seperti terkejut mendengar namaku.

"Iya Lisa," ucap Ariel lagi.

"Lisa? Anak AP 1 mantan kamu itu bukan Fi?" Tanya orang itu mungkin pada Raffi dan Ku dengar Raffi hanya bergumam tak jelas.

Sungguh aku penasaran sebenarnya siapa orang itu, mengapa dia bisa tau hubunganku dengan Raffi.

"Amazing sungguh Raffi yang buat kamu cidera sedangkan mantannya malah yang buat kamu sembuh Riel, sungguh keren." Ucap orang itu.

"Sialan loe," umpat Raffi pada orang itu, sedangkan Ariel tak bersuara mungkin ia bingung apa yang di bicarakan Raffi dan orang itu.

Lebih baik aku keluar sekarang dari pada aku mendengarkan obrolan mereka yang tidak penting.

Dan saat aku keluar orang yang dari tadi berbicara itu ternyata Tristan kapten Tim Basket sekolahku dan ku lihat dia sangat terkejut melihatku.

"Hmm ini Riel obatnya kamu minum lagi supaya luka di dalam cepat kering dan tubuhmu tak merasa nyeri, dan pastinya obat ini aman karna kamu gak akan ngerasa sakit," ucapku menekan kata sakit.

"Ah i-iya terima kasih ya Lisa," ucap Ariel sedikit kaku dan aku paham karna mungkin Ariel merasa tak enak padaku.

"Hmm iya sama-sama, aku balik ke kelas ya dan kalo ada yang kamu butuhin bisa panggil Sonia karna sepertinya dia sudah selesai rapat," ucapku dan berlalu meninggalkannya.

Setelah sampai di kelas ku lihat Ganhi dan Rian sedang mengobrol.

"Ah Lisa, udah selesai?" Tanya Ganhi padaku.

"Udah beres kok Gan tenang aja," jawabku mantap.

"Sip, makasih ya Lis,"

"Iya sama-sama Gan,"

Aku duduk di samping Devi yang terlihat begitu pucat, sepertinya Devi sakit dan benar saja tubuhnya tiba-tiba limbung dan Devi tak sadarkan diri.

Aku panik dan langsung menyuruh teman-teman pria yang ada di kelas untuk mengangkat Devi ke UKS.

LUKA(KU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang