3. Tiga..

44 1 0
                                    

Sudah 2 jam lebih aku berada di dalam mall ini menemanti tante rempong satu ini. Anis juga salah satu sahabatku sama seperti Ayu, Rian dan juga Devi.

Saat ini aku dan Anis sedang duduk di salah satu Caffe yang berada di mall.

"Lis kamu tau kan besok akan di adakan acara perkenalan antar sekolah dan kamu tau tidak sekolahan bekerja sama dengan Smk negeri 3 Sukabumi yang muridnya itu ganteng-ganteng banget tau," jelas Anis sangat antusias sekali, sedangkan aku hanya mampu menggelengkan kepalaku saja.

"Aku gak tertarik Nis,"

"Hmm sudah aku duga, reaksimu pasti sangat acuh Lis, terkadang aku heran kenapa bisa Raffi bertahan sama cewe secuek kamu," dan setelah ucapan Anis aku merasa sangat bersalah dan kembali mengingat Raffi.

Tiba-tiba ku lihat tubuh Anis menegang dan dia tertegun entah apa yang di lihatnya, aku pun mengikuti arah pandangan yang di lihat Anis dan betapa terkejutnya aku melihat Raffi yang sedang merangkul mesra pundak seorang wanita yang berpakaian sangat sexy.

Tanganku di genggam kuat oleh Anis "Lis maafin aku, enggak seharusnya aku bawa kamu ke sini dan melihat itu semua," ucap Anis merasa bersalah.

"Enggak apa Nis, aku dan Raffi sudah putus sejak seminggu lalu dan aku senang melihat Raffi sudah mendapat penggantiku," meskipun ini sangat menyakiti hatiku  lanjutku dalam hati.

"Jangan bodoh deh Lis jelas-jelas kamu terlihat sakit saat melihat Raffi dan wanita itu," bantah Anis tak percaya.

"Keputusanku sudah jelas Nis, aku dan dia sudah tak bisa bersama lagi,"

"Oke, kamu hutang penjelasan sama aku Lis, dan sebaiknya kita pulang saja karna aku juga ada janji dengan Om Bram," ucap Anis.

"Lagi?"

"Ya mau gimana lagi Lis, kalo aku gak jalanin ini aku mana bisa sekolah dan menikmati kehidupan aku sekarang," jelas Anis.

Terkadang aku merasa sedih tidak bisa membuat sahabatku kembali ke jalan yang benar, tapi mau bagaimana lagi ini keputusannya dan dia juga akan mendapat konsekuensinya nanti.

Anis terpaksa menjadi wanita panggilan karna dia hidup sebatang kara dan harus membiayai kehidupannya sendiri. Aku sangat mendukungnya untuk terus melanjutkan pendidikan dan selalu ada di sampingnya setiap dia butuh dan sebaliknya juga begitu.

"Ingat hati-hati dan jangan ceroboh!" Ingatku pada Anis.

"Siap kapten," jawab Anis.

Saat aku dan Anis berjalan menuju parkiran tak sengaja aku mendengar percakapan antara Raffi dan wanita itu.

"Kenapa kamu putus darinya sayang? Setauku kamu begitu mencintainya," ucap wanita yang bersama Raffi.

"Hah cinta? Menurutku aku telah bodoh mencintai wanita yang tidak punya perasaan seperti dia dan aku berharap dia tak pernah mendapatkan cinta yang tulus dari seorang pria,"

"Dia akan menderita karna telah mencampakan aku yang tulus mencintainya, dan ku pastikan dia lebih menderita dariku," ucap Raffi menahan amarahnya.

Sungguh aku tak sanggup lagi menahan air mataku, mengapa kau tak mengerti kondisiku Fi. Disini aku juga korban sama sepertimu tepatnya korban cinta yang salah.

Aku dan kamu sama-sama saling mencintai tapi cinta kita tidak bisa di satukan karna keyakinan kita yang berbeda dan aku tak mau melanggar itu semua terlebih membantah orang tuaku kalau kita masih bersama.

Aku berlari menuju mobil anis dan menangis sejadi-jadinya mengingat ucapan Raffi yang begitu sangat membenciku.

Anis memelukku erat dan mencoba menenangkanku "Kita ke laut dulu ya seperti yang biasa kamu lakukan kalo punya masalah," ucap Anis dan langsung menjalankan mobilnya menuju laut.

Setelah sampai di laut aku berlari dan langsung berteriak sekencang-kencangnya meluapkan semua beban yang ada di hatiku saat ini.

"Aaaaaaaaaa kenapa semua ini terjadi padaku !!!"

"Aku mencintainya tapi kenapa perbedaan di antara kita harus ada dan memisahkan cinta kita kenapaaa?" Ucapku sambil berteriak dan keluarlah air mataku.

Aku duduk di hamparan pasir sambil berteriak dan menangis sekencang-kencangnya karna cuma ini yang bisa aku lakukan jika aku sudah tak sanggup lagi menahan penderitaan yang ada di hati ini.

Cukup berteriak dan menangis di laut lepas maka aku sudah sedikit lega dengan masalah ini. Setelah cukup tenang Anis menghampiriku dan memeluku.

"Semuanya akan baik-baik saja Lis, aku yakin kamu wanita yang kuat." Ucapnya seraya mengeratkan pelukannya.

"Makasih," ucapku pelan.

"Sama-sama sayang, sekarang kita pulang ya," ucapnya lagi dan aku hanya menganggukan kepalaku.

Hamparan ombak dan genangan air laut membuat hati kita tenang apalagi kita berteriak meluapkan segala keluh kesah kita pada hembusan angin di tepi laut.

LUKA(KU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang