Pak Bian itu duda beranak satu.
Aku mendapatkan informasi itu dari salah seorang office boy yang tadi kutemui di pantry. Awalnya aku segan untuk bertanya. Akan tetapi, daripada terus merasa penasaran, aku memberanikan diri untuk bertanya. Untung saja office boy itu tidak curiga dengan pertanyaanku yang terkesan aneh.
Kata office boy itu, istri Pak Bian meninggal 5 tahun yang lalu, saat melahirkan putra mereka. Pak Bian sangat mencintai istrinya, itu informasi tambahan. Karena itulah lelaki itu masih belum mau mencari pengganti mendiang istrinya. Lebih fokus mengurus putra sematawayangnya yang kini duduk di bangku TK.
Ada perasaan lega saat mengetahui bahwa Pak Bian saat ini belum beristri lagi. Bukan karena aku mengharapkannya, ini lebih pada perasaan lega karena aku tidak perlu lagi merasa bersalah pada perempuan yang sudah dapat kupastikan bukanlah istrinya. Setidaknya, aku tidak perlu lagi melabeli diri sendiri sebagai penggoda suami orang.
Bunyi beep dari ponsel membuyarkan lamunanku. Aku beralih dari komputer kantor ke ponsel yang sengaja kuletakkan di meja kerja. Ada satu pemberitahuan yang kudapat. Pemberitahuan pesan yang dikirim oleh Aya. Kebetulan Aya juga tengah magang saat ini. Bukan sepertiku yang magang di perusahaan developer, Aya magang sebagai guru di salah satu SMA negeri. Istilahnya PPL, Praktek Pengenalan Lapangan. Tidak jauh beda dengan tempatku yang diistilahkan sebagai PKL, Praktek Kerja Lapangan. Intinya, sama-sama kerja di lapangan.
Aya : Suara gue ilang. Ngajar full mulu tiap hari. Serius guru pamongnya ngerjain gue.
Aku tersenyum membaca pesan singkat Aya yang berisi curahan hatinya. Mungkin kami berbeda profesi, tetapi masalah yang dihadapi aku dan Aya ternyata serupa. Sama-sama dikerjai senior yang berada di atas kami.
Aku, Aya, dan dua teman kami yang lain-Vika dan Nilam-merupakan sahabat sejak SMA. Kebetulan kami satu kelas saat di kelas X dulu. Aku dan Nilam duduk sebangku, sedang Aya dan Vika duduk di bangku belakang kami. Karena duduk berdekatan, kami menjadi akrab. Bahkan keakraban kami tidak pudar meski saat kelas XI kami berpisah kelas. Aku dan Aya masuk kelas IPA, sedang Nilam dan Vika masuk kelas IPS. Keadaan tidak pernah berubah meski kami berbeda haluan baik saat SMA, maupun kuliah. Kami tetap akrab satu sama lain. Saling menyemangati, sampai-sampai aku tidak terlalu dekat dengan teman-teman kuliahku sendiri karena terlalu sering bersama mereka.
Me: Dinikmati aja, Bu Guru. Kan guru emang banyak ngoceh. Wajar belum terbiasa sampai suaranya abis. Minum jahe anget, atau jeruk anget, Ya. Gulanya jangan banyak-banyak. Lumayan kan bikin teggorokan Lo enakan.
Aya: Thanks, babe. Cuma lo doang nih yang bales. Kayaknya Nilam sama Vika lagi sibuk. Sukses magangnya, yah Lis.
Aku kembali meletakkan ponselku di atas meja tanpa berniat membalas pesan singkat Aya. Kurasa dengan dia berterimakasih, artinya pembicaraan kami selesai. Lagi pula dia tentu masih harus mengajar lagi setelah ini. Mengingat tadi dia mengatakan jadwalnya padat, terlebih jam sekolah kelihatannya belum usai.
Pandanganku beralih pada komputer kantor kembali. Menyelesaikan tugas yang diberikan Mbak Andin kepadaku pagi tadi. Dia mengomel panjang lebar atas keterlambatanku hari ini. Membuat dia menambah pekerjaanku sebagai hukuman. Alhasil, aku harus berkutat dengan beberapa surat perijinan yang harus kususun atas perintah dari Mbak Andin.
"Elis."
Aku mendongak, menanggapi panggilan Mbak Intan-salah seorang pegawai di sini juga. Sebuah map yang entah berisi apa disodorkan kepadaku. Membuat diriku menerimanya ragu-ragu dengan kening mengerut. "Apa ini, Mbak?" tanyaku kepada perempuan yang terpaut usia tiga tahun di atasku ini.
"Itu desainnya Pak Agung. Dia minta tolong buat diserahkan ke Pak Bian."
Mendengar nama Pak Bian disebut, membuat ekspresiku sedikit kaku. Entah Mbak Intan sadar atau tidak. Yang jelas, aku merasa kalau ekspresiku aneh sekali saat ini. Seaneh firasatku yang mengatakan harus bertemu dengan si bos lagi hari ini. Kelihatannya doaku untuk tidak bertemu dengannya tidak dikabulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Kiss for Marriage
ChickLitPernikahan adalah sesuatu yang sakral. Ikatan sehidup semati sepasang anak manusia yang saling mencintai. Namun, bagaimana jadinya jika pernikahan harus dilakukan hanya karena sebuah ciuman? Elisyana Mega Putri bertemu Abyan Bagaskara pada sebuah si...