Kehidupanku berjalan seperti biasanya, setelah pertemuanku dengan Kevan seminggu yang lalu. Selama seminggu itu Tante Winda tidak menghubungiku. Sama sekali. Aku sempat heran menghadapi situasi semacam ini. Ini terlalu tenang, tanpa ada masalah yang sudah ku perkirakan sejak memutuskan untuk tidak bertemu Kevan lagi. Ku kira Tante Winda akan kembali memaksa seperti sebelumnya. Nyatanya tidak.
Sempat berbagai perkiraan hadir dalam benakku. Takut saja jika ibu dari mantan kekasihku yang satu itu merencanakan sesuatu di balik ketenangan yang diberikannya kepadaku. Siapa tahu saja, bukan? Ia muncul tiba-tiba di hadapanku. Bukan hanya aku, tetapi juga Mas Bian. Hal ini jelas tidak boleh terjadi. Tidak sebelum aku memberitahukan kepada Mas Bian mengenai pertemuanku dengan Kevan.
Aku memang belum memberitahukannya dengan alasan takut kalau suamiku itu nanti sakit hati atau marah. Walau sebenarnya akan lebih beresiko lagi jika dia terlambat mengetahuinya. Bahkan kalau sampai Mas Bian mendengarnya dari orang lain. Bisa disangka aku berniat selingkuh karena bertemu dengan mantan kekasih secara sembunyi-sembunyi. Namun, ketakutanku membuatnya marah lebih mendominasi. Sehingga aku merahasiakan pertemuan dengan Kevan hingga saat ini. Lagi pula tidak ada yang tahu aku bertemu dengan Kevan, jadi ku rasa tidak masalah jika aku masih merahasiakannya.
"Lis, lo di mana?"
Suara Aya terdengar nyaring dari seberang telepon. Ia meneleponku beberapa saat yang lalu. Menanyakan kabar dan langsung saja menanyakan keberadaanku saat ini seperti tadi. "Di rumah Papa. Kenapa?"
"Oh, nggak. Gue heran aja soalnya kan lo udah jarang ngumpul bareng kita. Gue nanya Vika dia nggak tahu. Nanya si Nilam malah dibales ketus. Kalian berantem, yah?"
Hubunganku dan Nilam memang belum membaik pasca diriku menuduhnya sebagai orang yang memberikan nomorku kepada Tante Winda. Kami yang biasanya akrab jadi menjaga jarak. Bahkan aku sengaja tidak nongkrong dengan yang lainnya untuk menghindari Nilam. Meski hati kecilku yakin Nilam tidak bersalah, ada bagian dalam diriku yang terus menuduhnya. Siapa lagi selain Nilam? Hanya dia yang pernah bertemu Tante Winda.
"Kan lo tahu kalau gue sibuk ngurusin online shop-nya Mama Anita. Gue aja sampe nggak ada waktu buat nengok Mama sama Papa. Ini baru kesampean."
"Oh, gitu. Kirain kan ada masalah yang gue sama Vika nggak tahu," Aya menanggapi sembari menghela napas lega. Syukurlah dia percaya bahwa tidak ada sesuatu yang buruk terjadi antara aku dan Nilam.
"Jadi, lo nggak bisa ikutan nongkrong sama kita, dong?" tanya Aya dengan nada kecewa. Aku hanya mengangguk guna menjawab pertanyaannya, meski Aya tidak bisa melihat anggukan kepalaku.
"Maaf, Ya. Salamin aja buat yang lain."
"Oke. Salam juga buat orang tua lo, Lis. Terutama buat Mas Rey ganteng. Ahahaha ...."
Aku mendengus mendengar pujian Aya pada Mas Rey. Kalau Mas Rey dengar bisa besar kepala nanti. "Jangan naksir Mas gue, yah Ya. Dia itu cowok susah move on. Sampai sekarang aja belum kelar move on-nya."
Aya terkekeh kembali. "Siapa yang naksir Mas Rey? Gue cuma jujur aja. Kan dia emang ganteng. Kalau yang suka mah bukan gue, Lis."
"Terus?"
"Nggak tahu," jawabnya asal membuatku kembali mengdengus kesal. "Ya udah, Mama tirinya Reka. Tutup dulu, yah. Dadaaaah ...."
Aku berdecak ketika Aya mengakhiri panggilannya. Sejak menikah dengan Mas Bian, Aya selalu menyebutku dengan Mama tiri Reka. Membuatku sedikit risih dengan panggilan itu. Memang apa salahnya dengan Mama tiri. Aku rasa memang Aya terlalu sensitif dengan alasan tidak jelas.
"Ya Allah, Reka! Kamu apain action figure Om?!"
Aku segera berlari menuju kamar Mas Rey. Tadi begitu sampai di rumah Papa, Reka memang segera memasuki kamar Mas Rey. Tidak peduli meski yang punya kamar sedang tidur. Dan begitu sampai di kamar Mas Rey, aku melihat action figure koleksinya berantakan di atas buku yang berjajar di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Kiss for Marriage
ChickLitPernikahan adalah sesuatu yang sakral. Ikatan sehidup semati sepasang anak manusia yang saling mencintai. Namun, bagaimana jadinya jika pernikahan harus dilakukan hanya karena sebuah ciuman? Elisyana Mega Putri bertemu Abyan Bagaskara pada sebuah si...