13

1.1K 48 0
                                    

8 Bulan kemudian.

Sekarang aku sudah menduduki bangku kelas 3, aku berada di kelas yang sama dengan Bumi. Hubungan ku dan Bumi berjalan baik-baik saja, semua lancar, walaupun ada beberapa hal yang bisa membuat kami berdebat tapi Bumi selalu mengalah, dan meminta maaf, membuat hubungan kamu menjadi baik seperti semula lagi.

***

Aku duduk di meja makan untuk sarapan bersama Ayah dan Bunda. Suasana pagi ini tidak seperti biasanya, Ayah dan Bunda dudui di hadapan ku berbicara begitu serius.

"Kamu kan udah kelas 3 Langit, harusnya kamu mengerti. Ayah itu cuma mau yang terbaik buat kamu." Ayah menatap ku sangat sangat serius.

"Tapi kan engga perlu ke Jerman Yah. Aku bisa masuk fakultas kedokteran di Jakarta." Aku yang sedari tadi diam akhirnya berbicara.

"Kamu harus ngerti sayang, lagi pula fakultas kedoktean di Jerman lebih unggul di banding yang lain, kamu juga udah les bahasa Jerman." Bunda yang duduk di samping ku mengelus kepala ku.

"Ayah udah urus berkas kamu, nanti akan di kasih tau kapan tanggal tes nya, lagi pula tes nya juga di rumah kamu ga harus kemana-mana."

Aku hanya mengangguk tak sanggup mengucapkan apa-apa.

***

Bumi P.O.V

"Kamu tau kan kalo Papa udah susah untuk bolak-balik Jakarta dan New York." Papa menatap gue sambil meneguk kopi nya di ruang keluarga.

"Iya Bumi tau, tapi kan aku ga harus tinggal di sana pa. Apa lagi 2 bulan lagi aku pindah nya, Aku ga ada persiapan sama sekali untuk itu." Gue sama sekali ga siap untuk ninggalin Jakarta dan pindah ke New York. Apa lagi gue harus ninggalin Langit, Jaki sama Ucup. Semua kehidupan gue ada di sini, di Jakarta. Termasuk Papa dan Mama.

"Bumi, coba sekali-kali dengerin kata papa kamu. Papa ini udah tua dan sering sakit, Papa udah susah untuk bolak-balik Jakarta NY. Siapa lagi yang bisa Mama dan Papa andalkan untuk mengambil alih pekerjaan Papa ini selain kamu sayang? Ga mungkin Papa dan Mama menyuruh Rafi untuk mengambil alih pekerjaan Papa. Usia Rafi yang baru saja menginjak 16 tahun Masih terlalu muda untuk itu. Lagi pula kamu itu anak pertama."

"Tapi Ma-"

"Bumi Putra Adian. Papa mohon untuk menggantikan Papa, semua kebutuhan kamu sudah Papa siapkan di sana."

Gue diam, ga sanggup untuk mengucapkan apa pun.

***

Langit P.O.V

Aku menghampiri Bumi yang sedari tadi duduk diam di bangku belakang. Aku akan memberitahu Bumi bahwa aku akan kuliah di Jerman. Aku cukup bimbang, tapi menurut ku sebaiknya meberitahunya sekarang.

"Bumi." Kata ku sambil duduk di sampingnya. Bumi yang dari tadi bengong memperhatikan ku.

"Hmm?"

"Aku nanti mau kuliah di Jerman." Jelas ku dengan suara kecil.

"Kenapa jauh banget?" Matanya membulat.

"Aku di suruh Ayah aku kuliah disana, lagian aku belum tentu lulu masih harus test dulu." Jelas ku dengan hati-hati.

"Ohh." Balas Bumi singkat.

Sikapnya yang begitu dingin membuat aku berfikir bahwa dia membutuhkan waktu untuk sendiri. Bumi kenapa sih?? Tanya ku dalam hati. Ingin sekali aku menanyakan apa yang terjadi pada Bumi, tapi melihat kondisinya yang seperti ini, Mungkin sekarang Bukan waktu yang tepat.

Langit Dan Bumi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang