Part 1 :: Berjalanlah sedikit lebih dekat
➖➖
Hai Ga, seperti yang aku janjikan kemarin. Hari ini aku benar-benar berangkat ke Amerika. Aku dalam perjalanan di taksi yang di pesankan Bunda dari pagi tadi hingga nanti ke bandara. Argo-nya memang terbilang mahal, dan kurasa mulai hari ini hingga 2 tahun kedepan, aku harus belajar berhemat.
Pesawatku berangkat jam 8 pagi ini, dan sekarang baru jam setengah 7 pagi. Terburu-buru? Kurasa tidak. Tapi, jika di katakan terburu-buru untuk menyimpulkan perasaanku padamu waktu itu, kurasa aku akan menjawab 'iya'.Apa kau mengingatnya? Jika tidak, mungkin 1 jam bisa aku habiskan untuk menceritakannya padamu, kisah kita yang dulu, yang kini mulai tertutup debu.
➖➖
Pagi itu, aku berjalan di lorong sekolah yang masih sepi, aku berangkat terlalu pagi karena Ayah ada rapat mendadak. Menyebalkan, hm?
Dan ini hasilnya, aku menjadi seseorang yang langkah kaki nya paling menggema, seperti penunggu sekolah ini saja. Akhirnya, aku sampai di kelasku, aku menarik kursi dan langsung mendudukinya. Aku berfikir untuk membaca lanjutan novel ' I Love You' karya Cecilia Ahern. Aku seakan-akan masuk di cerita fantasi itu, jujur saja, ini cerita dewasa yang berbau roman, tapi aku masih menyukainya dan menaruhnya di rak favoritku.Aku membalikkan halaman novel itu satu persatu, dan dari sudut ekor mataku, aku melihat kamu, Ga. Kamu berdiri di ujung pintu kelasku dengan gitar yang ada di lenganmu, aku berfikir apa kamu musisi di sekolah ini? Tapi, sorot matamu mengacaukan segalanya. Damn! Aku menyukainya, Ga. Kamu terlihat 'keren', tapi juga mengerikan karena tatapanmu tidak berpindah ke manapun. Tapi lihat sisi baiknya, Ga. Kita sempat berbincang, bukan?
"Lo dateng terlalu pagi"
Ucapmu waktu itu, astaga. Bagaimana aku mendeskripsikan perasaanku, gugup? Detak jantungku naik, astaga apapun itu. Dan kata-kata itu yang selalu teringat di ingatanku, Ga. Kamu sopan meski tampang brandalan, aku menyukainya.
Jari telunjukmu mengarah ke manik mataku, mengisyaratkanku untuk segera bangkit dan menuju ke arahmu. Dengan langkah spontan meski hatiku menolak, aku kini berada di dekatmu. Kita terpisah 40cm saja, Ga. Ingat? Kita pernah sedekat itu.
"Kenapa, Kak?" tanyaku waktu itu, karena dari seragam-mu. Aku mengira bahwa kamu adalah angkatan lama di sekolah ini, dan maknanya kamu adalah kakak kelasku.
"Lintang Centaurus? Aneh" komentarmu saat membaca nama dada yang di jahit tepat di saku seragam baru ku itu. Ada apa dengan namaku? Menurutku, nama itu bagus, unik malah? Tapi memang ada yang menganggap nama itu aneh, Huh!
"Galaksi Centaurus, dia ada di garis lintang dekat bumi" jelasku panjang, dan kini kamu tau arti namaku.
"Astronomi?" tanyamu lagi, itu bagian dari perbintangan dan aku menyukainya, tapi ayolah, Ga! Apa kamu berfikir bintang dan galaksi ada di pelajaran matematika? Tapi aku menjawabnya dengan anggukan, itu karena aku tidak mau mencari masalah dengan kakak kelasku di awal masuk sekolah ini.
Lalu kamu pergi begitu saja, Ga. Cara jalanmu tetap gagah dengan tas ransel dan gitar yang kau bawa. Dan mulai detik itu, aku menganggapmu misterius.
Tak lama sesaat setelah kamu pergi, temanku datang, Ga. Dia Febian Dewanta, aku lebih suka memanggilnya Bian. Kamu mengenalnya kan, Ga?
Bian bertanya siapa yang mengajakku berbincang pagi itu, dan parahnya, aku lupa menanyakan siapa namamu waktu itu. Akhirnya, aku menggeleng dan berkata tidak tau pada, Bian."Bodoh" cerca Bian waktu itu. Aku pasrah dan kembali mengambil novel I Love You yang tergeletak di meja itu. Nyatanya, novel itu memberikan rasa yang sangat aku suka. Dimana saat kita kehilangan seseorang yang kita cinta, sebenarnya itu tidak sepenuhnya hilang. Bahwa Gerry menyimpan surat-surat kecil pada Holly. Seperti saat ini, kamu pergi namun kamu masih meninggalkan bekas perasaan yang mendalam di hatiku, Ga. Dan aku mulai merindukan itu kembali, seperti dulu, Ga.
➖➖
Sudah hampir satu jam aku menceritakannya padamu tentang memori tua kita, Ga. Mengenang momen berharga dimana cintaku bisa melesat secepat meteor jatuh ke bumi, secepat angin membawa pasir jauh menghilang, secepat badai meluluhlantahkan segalanya. Dan kini, pesawatku tiba, Ga.
Aku akan melakukan perjalanan yang panjang sendirian, hanya membawa raga dan bayangku seorang. Aku meninggalkan segala rasa di sini untuk terakhir kalinya. Namun, ingatan tak akan bisa melupakannya, meskipun kisah itu mulai terlihat samar.Aku selalu membawamu, tapi hanya imaji, bukan ragamu. Ingatlah, Ga. Segalanya telah berubah, kalau saja dinding pertahanan kita tidak runtuh, sejujurnya masa itu masih bisa kita jalani. Tapi, berbicara kenyataannya, semuanya berbanding terbalik, dan kurasa itu yang menimpa kita kali ini.
Lintang Centaurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe, Is Not You
Teen FictionJadi, hal apa yang akan kembali menghangatkan ku? Hal apa yang akan kembali membuatku kembali tersenyum saat waktu mengutuk kesendirianku, saat kita berjauhan.