Part 10 :: Surat
➖➖
"Gaga gimana?" tanya Bian. Aku kembali menatapnya. Mungkin kini tatapanku penuh emosi, tapi, aku teringat. Surat itu,
"Yan, gue mau tanya," ucapku. Aku langsung berlari menuju tas sekolahku dan mengeluarkan sebuah kertas. "Ini," ucapku lalu memberikan kertas itu pada Bian. "Apaan itu, Tang?" tanya Nadin. "Surat," jawabku singkat sambil memainkan jariku gugup.
"Kenapa lo ngasih ke gue," ucap Bian sambil mengembalikan suratnya padaku, namun Nadin langsung meraihnya lalu membacanya. "Ya, gue tanya, siapa tau lo tau itu tulisannya siapa gitu," jawabku. Bian mengangkat bahunya. "Gue gak tau, setiap orang punya cara nulis yang beda, lagian gue juga gak terlalu terkenal di sekolah, jadi gue juga gak tau siapa aja anak anak di sekolah,"
Nadin melipat kembali surat itu. "Gue ngerasa aneh aja sih, Tang" ucap Nadin. "Mungkin dia secret admirer lo kali," ucapnya. "Gak mungkin lah, Nad" ucapku bingung. "Lo tanyain aja ke kepala sekolah, mungkin bisa bantuin lo," pikir Nadin. "Bener, Tang. Kalau cuma kita berdua, lo gak bakal bisa tau siapa yang ngirim surat itu," lanjut Bian. "Gak deh, lagian gue juga belum serasa keganggu sama semua ini," ucapku. Mereka mengangguk paham.
"Bian, Lintang, Nadin, makan dulu di bawah yuk?" ajak Bunda. "E, e, iya tante, nanti aja, nanti nyusul," ucap Bian. "Ehhh, ayo, udah jam enam, makan dulu," rayu Bunda lagi. "Yaudah, ayo, Yan, Nad" jawabku.
➖➖
"Bian mau makan apa?" tawar Ayah. "Apa ya, mie aja, Om, gakpapa" jawab Bian. "Nadin apa?" kini Ayah menatap Nadin yang sedang meminum air putih. "Itu aja, Om. Telur sama sambel," ucap Nadin. Ayah mengangguk dan Bunda langsung menarik kursi ikut berkumpul di meja makan.
"Tadi ngomongin apa di dalem? Kayaknya ribut gitu," tanya Bunda. "Itu lho, Tante. Lintang dapet surat gitu, gak tau dari siapa," ucap Bian dilanjutkan mengunyah makanannya. "Nah ini, kalau Om dulu, dapet kayak surat gitu, Om langsung ke guru BK, tanyain, besok nya udah dapet pelakunya, simple" ucap Ayah.
Kami bertiga langsung saling tatap tatapan. "Coba aja, Tang," ucap Bian. "Bener, Tang. Coba aja," tambah Nadin. Aku mengangguk kecil. Setelah makan malam kecil itu selesai, Bian dan Nadin langsung pulang. Semua selesai sekitar pukul delapan malam.
"Lo kenapa sih, Kak?" tanya Listy. "Nothing," ucapku. Listy langsung duduk di kasurku sambil menyalakan smartphone nya, menggeser layarnya lalu menunjukkan sebuah foto padaku. "Karena ini?" tanyanya. Damn! Itu fotonya— Gaga, sama Resa.
"Res— lo dapet dari sapa, hah?" tanyaku. "Dari—," ucapnya. "Siapa? Lo tau kan, itu Gaga sama Resa— mantannya, lo dapet dari sapa dek?" tanyaku. "Lo gak cek instagramnya Gaga? Cek cepetan," suruh Listy lalu pergi keluar dari kamarku. Aku langsung membuka instagram dan stalk akun milik Gaga. Dan ternyata, di instagramnya, ada foto itu. Dan itu di unggah dua jam yang lalu. Shit!
Aku langsung membanting smartphoneku di kasur. "Gaga sial!" teriakku disela isakan tangisku.
➖➖
Message.
Ga, gue pengen kita putus.
[3.12am]Aku langsung mengirimkan pesan singkat itu, berharap kamu membacanya, Ga. Aku hanya berfikir kurasa memang itu yang terbaik, dan aku memang tidak bisa menyuruh hatiku selaras dengan apa yang diinginkan otakku.
Aku langsung turun, untuk mengambil minum. Jam tiga pagi, bahkan adzan Subuh juga belum berkumandang.
"Eh, Tang, bangun?" suara Bunda mengagetkanku. "Insom, Bun," ucapku, yang seratus persen itu bohong. Bunda mengangguk lalu masuk ke kamar mandi. Aku langsung kembali ke kamarku, merebahkan tubuhku sambil mengecek smartphoneku. Kurasa kamu masih tidur, Ga, jadi sebab itu aku belum mendapat balasan apa apa.
Aku membuka tirai kamarku, matahari memang belum muncul, tapi aku suka suasananya– menenangkan. Aku memutar lagu When Your Gone milik Avril Lavigne dengan suara kecil. Astaga, arti dari lagu itu, Ga— semuanya, sama. Itu yang kita alami, Ga, tapi bedanya mulai detik ini, ketika kamu pergi, aku tak pernah merindukanmu, tidak pernah, Ga.
Tiba tiba, smartphoneku bergetar, menunjukkan simbol pesan di sana, aku berpikir itu kamu, ternyata
Message.
Bian : kok kamar lo kebuka jendelanya,
[3.26am]Aku langsung menengok ke luar, melihat Bian sedang ada di depan kamarnya dengan gitar akustik di tangannya. Dia tampan bukan? Aku selalu berpikir, kenapa aku punya teman seperti, Bian? Dia laki laki, tapi, dia berbeda. And i mean, i'm a lucky girl, cause i can found him.
"Lo ngapain?" teriakku. "Gue males! Yaudah gue keluar! Lo kok gak tidur?" jawab Bian dengan teriakkan yang sama. "Gue insom!" teriakku. Bian mengangguk di ujung sana. Bian memberikan kode untuk membuka smartphone, lalu aku mengambil smartphoneku, mendapati pesan Bian di sana.
Message.
Bian : Gaga gimana?
[3.30am]Yan, gue udah putusin Gaga
[3.30am]Bian : great, gue suka
[3.32am]Terus sekarang gue gimana?
[3.33am]Bian : ada gue, nadin, bunda gue, bunda lo, ayah lo sama ayah gue, banyak kok, lo gak sendiri, Tang
[3.35am]Aku tersenyum membaca pesan dari Bian. Bian memang benar, di dunia ini, bukan cuma ada aku dan kamu. Aku gak hidup sendiri, dan gak akan pernah.
Message.
Gaga : Tapi, Tang, kita kan baru aja baikan, lo inget?
[3.56am]Deg.
Aku bingung, aku— Bian, aku harus gimana? Ayolah, maksudku, aku berusaha menjauh dari Gaga, tapi. Argh.Bian, Gaga sms gue.
[4am]Bian : bls apaan?
[4am]intinya sih, kayaknya Gaga gak mau putus dari gue,
[4.02am]Bian : shit.
[4.02am]Gimana, yan?
[4.03am]Bian : gakpapa, lo gak usah takut, kalo nanti tuh anak kasar sama lo, gue ada di samping lo
[4.05am]makasih, Yan
[4.05am]
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe, Is Not You
Teen FictionJadi, hal apa yang akan kembali menghangatkan ku? Hal apa yang akan kembali membuatku kembali tersenyum saat waktu mengutuk kesendirianku, saat kita berjauhan.