Part 15 :: Tak Sama,
➖➖
"Whoaaa!" teriakku, "Makasih," dia mengulurkan tangannya ke hadapanku, membiarkanku memilih untuk meletakkan tanganku di atasnya atau tetap diam di sana yang masih terpesona dengan suasana yang di rencanakannya, aku memilih yang pertama. Lalu dia menarikku perlahan, mengajakku ke ujung rooftop itu dan duduk.
"Lo gak takut ketinggian kan?" tanyanya khawatir. "Gak," ucapku sambil menggeleng. "Bagus deh, tunggu bentar," ucapnya lalu berlari ke belakang dan tubuhnya menghilang setelah berputar ke belakang tembok besar itu. Aku memutar pandanganku kembali ke depan, indah. Hanya itu yang dapat ku ucapkan sebagai kesan pertama ke tempat seperti ini.
"Lintang," sebuah suara mengejutkanku. Aku berbalik, dan itu— "Gue gak romantis, tapi, Tang. Jadian yuk," ucapnya sambil membawa sebuah buket mawar merah dan sebuah kotak yang cukup besar. "Buka deh," ucapnya. Dan aku membukanya, ternyata. Itu sebuah boneka kelinci kecil dan tulisan kecil, isinya 'I Will Be Your BoyFriend, If You Want,' "Tapi, gue gak tau lo siapa karena—" ucapku terpotong sesaat setelah ia membuka maskernya. "Ini gue," ucapnya, dilanjutkan membuka tudung hoodie nya. "Ja— jadi, ini lo?" ucapku tertahan sambil menutup mulutku. "Bagas," ucap kami bersamaan.
Siapa yang tidak kenal Bagas? Hei, anak cowok yang terkenal, tenar, pentolan sekolah. Astaga, dia satu angkatan dengan Gaga dan dia kini berada di depanku, dengan sebuket bunga, kado, dan ucapan meminta jadian dengan seseorang bernama Lintang? Apa dia tidak salah?
"Jadi? Apa jawabannya?" tanyanya. "Lo gak salah mau jadian sama gue?" tanyaku memastikan. "Karena cinta gak pernah mandang fisik sama rupa. Gue bener kan?" lalu dia berjalan mendekat ke arahku, jarak kami mungkin hanya terpisah lima centimeter, dan tiba tiba, dia memelukku.
➖➖
"Nad," panggilku. Nadin hanya menggumam. "Dengerin gue donggg," ucapku sambil mengguncangkan tubuhnya. Dan lagi lagi dia hanya menggumam. "Gue di tembak," ucapku pada akhirnya. Nadin langsung menaruh novelnya, dan menatapku tajam, untung saja kelas sepi karena ya, aku berangkat terlalu pagi kali ini. "Siapa lagi yang mau ngajak lo pacaran, hah?" tanyanya. "Bagas," ucapku. "Bagas yang pake kacamata sama celana kedodoran itu? Iuh," ucapnya. Aku menjitak dahinya, "Bukan Bagas yang itu, geblek," dia mengelus dahinya, "Ya terus? Lo punya fotonya?" tanyanya. "Punya! Bentar bentar!" ucapku lalu mengambil smartphoneku sambil mencari cari foto Bagas kemarin malam.
"Iniii!" teriakku lalu menyodorkan smartphoneku ke Nadin. "Gilak! Bagas yang ini? Sumpah lo?" teriak Nadin. "Terus, terus ini dimana?" lanjutnya. "Kemarin malem di rooftop," ucapku mengingat kejadian itu. "Gilak gilak gilak! Jadian aja sana! Dari wajahnya juga baik kok, gak kayak Gaga," ucap Nadin. "Beneran?" tanyaku. "Iyaaa! Lintang, terima aja kali!" ucap Nadin. "Oh— o—oke," ucapku. "Kemarin malem emang lo kemana aja sama dia?" tanya Nadin sambil menggeser layar smartphoneku melihat fotoku dengan Bagas. "Cuma ke rooftop sih, udah terus dia balik ke belakang tau tau, Lintang jadian yuk, gitu," ucapku.
Nadin mendecakkan lidahnya, "Gue juga pengen kali kayak gitu," aku tertawa kecil, "Ya udah sama Bian aja kek gitunya," Nadin menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya, "Bian mana mau kek gitu," ucapnya tidak jelas karena suaranya terhalang tangannya. "Gak mau apanya?" sebuah suara bass mengejutkan kami, itu Bian. "Nadin, minta di tembak pake bunga bunga gitu," ucapku. "Bunga kamboja," ledek Bian. Nadin mengerucutkan bibirnya. "Gak temen sama Bian, tau ah, gak temen," aku tertawa kecil.
'Cukup seperti ini saja, jangan ada rasa sekecil apapun di antara kita, jangan' batinku.
➖➖
"Gimana?" tanya Bagas di depan rumahku. Dia tiba tiba di sana, meneriakkan namaku sampai sampai Listy protes karena ribut. "Apanya?" tanyaku sambil menyilangkan tanganku di depan dada. "Yang kemaren, yang itu—" ucapnya bingung. "Apa?" tanyaku lagi. Aku sebenarnya tau arah pembicaraan ini, hanya saja aku ingin mengetesnya.
"Lintang! Di depan ada siapaaa! Suruh masuk ajaaa!" teriak Bunda dari dalam. Aku menggumam kecil. "Masuk?" tawarku. "Yaaa, terserah," ucap Bagas. "Udah ayok" ucapku sambil menarik lengannya.
"Siapa ini, Tang? Kirain Gaga tadi," ucap Bunda sambil memindah saluran tv. Aku memandang ke arah Bagas, sebuah nama 'Gaga' itu membuat suasan di antara kami jadi canggung. "Kenalin, Bun. Bagas," ucapku. Bagas langsung mengulurkan tangannya, "Sore, Tante. Bagas," ucapnya. Sok manis, hm. "Bagas ya? Lumayan, ganteng juga daripada Gaga," ucap Bunda lalu pergi.
"Eh ada cogan!" teriak Listy dari tangga. "Kakak! Foto dong!" ucap Listy sambil mengeluarkan smartphonenya. "Boleh," ucap Gaga di sela tawa nya. "Fotoin, Kak Lin," aku mendatarkan ekspresi wajahku. "Udah," ucapku jutek. Dan kini apa? Listy malah menariknya ke sofa dan ngobrol berdua? huh, dasar. Aku akan menolaknya saja kalau begitu. Listy lalu pamit pergi karena ingat bahwa besok dia ada ulangan, menguping? Ah, biarkan.
"Lintang," panggilnya. Aku meliriknya. "Duduk dong jangan berdiri terus," ucapnya. Ini rumah siapa, huh? Bagas lalu berdiri dan mendekat ke arahku. Baiklah baiklah, lupakan hal ini, tapi jika dia memelukku aku akan menamparnya.
"Marah?" tanyanya sambil menarik pipiku. "Sakit elah!" teriakku. Bagas tertawa. "Cemburu sama adik sendiri, hm?" ledeknya. "Biarin emang kenapa? Lo pikir ini rumah siapa? Lo pikir lo siapa? Lo urusan sama gue tapi malah ngobrol sama adek gue, maksud lo apaan, hah? Mak—" dia menciumku sekilas. "Bagaaas!" teriakku. "Pergi lo!"Bagas malah kembali menciumku sekilas. "Gak mau," ucapnya. "Terima apa gak nih?" tanyanya. "Gak!" ucapku. "Bener? Gak bohong? Ntar aku tinggal, gak ada kontak, gak ada hadiah nyariin," ucapnya. Aku langsung berpikir ulang. Bagas lalu mundur dua langkah, dia melambaikan tangannya lalu pergi keluar dari pintu rumahku.
Satu...
Dua...
Tiga...
"Bagas pergi," gumamku. "Bagas pergi, geblek!" cercaku. "Bagasss! Tungguin!" teriakku.Dan ternyata, Bagas malah jongkok di depan rumah dengan gitar akustik di tangannya. "Cieee, nyariin," ledeknya lalu memetik senar gitarnya. Dan dia memainkan salah satu lagu dari One Direction, Little Thing.
"Terima dong, Tang!" ucapnya. "Em,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe, Is Not You
Teen FictionJadi, hal apa yang akan kembali menghangatkan ku? Hal apa yang akan kembali membuatku kembali tersenyum saat waktu mengutuk kesendirianku, saat kita berjauhan.