Part 5

7 1 0
                                    

Part 5 :: Ada Apa Dengan Bian?

➖➖

"Gue denger hari ini ada murid baru, Tang!" kata Bian semangat. "Cewek lagi," tambahnya. Aku menggelengkan kepala pelan, "Jones lu, Yan"

"Maka dari itu, Tang! Siapa tau dia cantik gitu," ucap Bian dengan mata berbinar. "Semangat cari jodohnya, Yan" ujarku di akhiri tawa kecil. Bian keluar kelas untuk melihat apa ada guru yang membawa anak murid baru itu. Kurasa Bian benar benar bersemangat ya, Ga?

"Eh, Yan. Kemarin Gaga nganterin gue pulang" ujarku. Bian langsung memperbesar tatapannya. "Serius? Eh gila, jangan mau, Tang! Lo pikir Bian itu baik apa?" aku mengangguk kecil. "Lo jangan percaya deh sama orang kayak Bian, gak banget tampilannya,"

Maksudku, kenapa Bian gak suka sama kamu, Ga? Bahkan ketika Ayahku sangat menyukaimu, tapi kenapa Bian tidak?

"Tang? Lo marah? Maaf deh maaf. Lagian itu juga cuma pendapat gue kok, gue kan temen lo juga, laki laki lagi, jadi gue boleh dong kalo sampe sebegitunya sama, lo"

Aku hanya menatapnya sekilas,
"Terserah,"

Dan tepatnya, semua murid sudah seperti anak burung yang bertemu dengan induknya— cerewet. Dan itu karena satu perempuan yang berdiri dengan pita merah di rambutnya.

"Nama gue, Nadin,"

Hanya itu yang aku dengar dari kejauhan, sebelum Bu Arsi menyuruh Nadin duduk di sebelahku. Dan dia benar-benar  menuju ke sini,

"Boleh kan, gue duduk sama lo?"

➖➖

"Jadi lo pindah kenapa?" tanyaku di sela sela jam istirahat. Aku tidak ke kantin, sengaja. Aku hanya ingin mencoba berkenalan dengan Nadin karena menurutku dia memang butuh teman untuk adaptasi di sekolah ini.

"Orang tua gue pindah ke sini jadi gue juga harus ikut pindah," ucapnya. Aku mengangguk saja. "Lo juga pindahan?" kini dia yang membuka pembicaraan. "Gue—"

"Lintang? Lo di cariin Gaga!" teriak salah satu temanku yang berdiri di pintu kelas. Aku berkata pada Nadin untuk menunggu sebentar. Dan aku keluar untuk menemui kamu kan, Ga? Kamu terlihat senang, seperti ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan.

"Hai, eum, Tang— Ayah lo ada di rumah gak?" ucapmu. "Maybe, kenapa?" tanyaku. "Lagunya udah jadi, Tang!" ucapmu dengan sorot mata bahagia. Aku tersenyum.

"Terus? Lo mau kerumah?" tanyaku. "Kata Ayah lo kan kalo lagunya udah jadi gue harus ke rumah, Lo" jelasmu. Aku mengangguk, "Ya udah, nanti sekalian pulang, ya" ujarku, dan kamu pergi setelah itu.

Aku kembali masuk ke dalam ketika Nadin memperhatikanku dari jauh. "Tadi siapa lo?" tanyanya. "Kakak kelas, dia bisa main gitar loh, ganteng lagi," ucapku. Nadin tertawa, "Yang ganteng belum tentu baik kali, Tang, siapa tau dia cuma mau sesuatu dari lo atau keluarga lo? Kita gak tau kan? Be carefull, Tang"

"Makasih," ucapku sambil tersenyum. Kita saling bicara hal-hal lainnya, Nad. Sampai akhirnya Bian datang dan duduk di depanku sambil memutar kursi.

"Ngapain lo," tanyaku ketus. Jelas aku masih marah dengannya, heck, bukan marah tapi— sebal? Apapun itu, mukanya ingin ku lempar panci mungkin?

"Yaelah. Maaf kali," ujarmu. Lalu tatapanmu mengarah ke Nadin yang sedang membuka buku catatan ku yang ku pinjamkan. "Lo asli mana?" tanya Bian. Astaga, dia sok kenal banget. Nadin langsung mengarahkan pandangannya ke kamu dan dia berkata 'Gue dari Bandung, tapi Ayah gue dari Medan'

Maybe, Is Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang