Part 4

10 2 0
                                    

Part 4 :: Jadi?

➖➖

Bagaimana keadaanmu, Ga? I hope you're always fine, as usual. Kamu masih ingat sebagaimana Ayahku mengajakmu berbicara waktu itu? Menyenangkan, Ga. Aku tidak menyangka Ayah ku bisa sebaik itu dengan kamu, kalian memang mirip. Ya— suatu hal yang baik kan, Ga?

Ah ya, aku dengar kamu sedang mempersiapkan sesuatu hal yang luar biasa di sela perbincangan itu. Aku sedikit mendengarnya, bukan 'menguping' pembicaraan kalian. Aku hanya lewat saat kamu berbicara itu, jadi, aku tidak salah kan?

➖➖

"Jadi ini yang namanya Gaga?" ucap Ayahku dengan menaikkan kacamatanya. Wajahnya, hm. Menyeramkan.

"Iya, Om. Gaga, temennya— Lintang" ucapmu saat itu. Aku tau kamu terlihat tegang, keringatmu mengalir saat itu bahkan cuaca sedang dingin. Kurasa ada 'kegersangan' di dalam tubuhmu saat itu, Ga.

"Oh, duduk-duduk," suruh Ayahku padamu, Ga. Dan kamu mengangguk sekilas. "Eh, bentar—" sela Ayahku. "Suka teh, gak? Atau mau kopi? Eh jangan, gak baik orang kayak kamu minum kopi,"

"Jujur, Om. Tapi saya suka kopi sih, it's make me feel good," ucapmu. Kamu seperti meminta saja, 'kode keras',hm?

"Oh ya udah gakpapa. Lintang, bikin kopi dua!" teriak Ayahku, beliau menyuruhku padahal aku tergesa gesa mengganti pakaianku saat itu. Aku takut kamu pulang terlebih dahulu sebelum ada apapun di rumah ini. Bunda ada kok, Ga. Dia sedang duduk di depan televisi yang ada di kamar. Jadi Bunda gak tau kalau ada kamu.

Aku langsung turun ke dapur untuk membuatkan kopi, untuk kamu dan Ayah. Ayah lebih suka kopi hitam dengan ampas yang selalu tersisa di bawah gelas, kalau kamu? Aku lupa, Ga. Aku tidak tau kamu suka kopi hitam atau tidak, jadi— aku buatkan saja, tapi aku tambahkan sedikit susu di dalamnya.

"Aku sih lagi nyiapin sesuatu yang luar biasa, Om. Something special" ucapmu. Aku keluar dari dapur dan menaruh kopi di hadapanmu dan Ayahku.

"Oh ya? Apa itu?" tanya Ayahku terlihat begitu terkesan. Matanya yang tertutup lensa kacamata itu tampak berbinar binar.

"Aku nyiptain lagu sendiri, Om" jawabmu. Kamu tau, Ga? Aku kaget saat itu. Karena, ya— aku rasa kamu hanya bisa membuat cover lagu band lainnya dengan gitar akustik mu. Ternyata, wow, Ga.

"Hebat, udah selesai?" tanya Ayahku. Kamu menggeleng pelan. "Belum, Om, kurang sedikit sih"

"Jangan lupa dateng ke sini kalau udah jadi lagunya, eh iya— di minum lho, Lintang yang buat" kata Ayahku sambil mengambil kopi nya. Kamu mengangguk sambil ikut meminum kopinya.

"Enak?" tanya Ayahku. "Enak, Om. Enak banget" Ayahku tersenyum kecil. "Eh, ayo makan dulu, jam tujuh lho, gak enak nanti, sakit perutnya," kamu melirik aku sekilas saat Ayah mengajakmu makan. Aku mengangkat dagu ku sedikit dan tersenyum kecil.
Terima aja, Ga. Biar lama di sini.

➖➖

"Suka sambel gak?" tawarku ke kamu di meja makan. Kamu sedikit berfikir lalu menggeleng. "Gak deh, saos aja" ucapmu. Aku mengangguk.

"Gaga? Mau ikan apa ayam?" kini Ayahku yang ribut menawari mu lauk makan malam. "Ayam aja, Om" jawabmu.

Suananya menyenangkan, Ga. Aku duduk di sampingmu dan ada orang tuaku dalam satu meja bersamamu juga. Orang tuaku ternyata juga suka denganmu, Ga. Entah kenapa, semuanya positif dengan kedatanganmu.
Dan hujan masih deras di luar. Kamu pulang gimana?

"Masih deres lho, Ga. Mau pulang gimana nanti?" ucap Bunda. Kamu melihat ke belakang. Tetesan hujan itu menempel di kaca jendela rumahku. "Gakpapa, Tante. Aku bawa mobil kok,"

"Oh gitu? Jadi, udah selesai dong di sini? Besok main lagi, Ga" ucap Ayahku terkesan kecewa di ucapannya itu. Kamu tertawa kecil, aku bahkan ikut tersenyum sambil memakan suapan terakhirku.

"Siap, Om. Besok kalau lagunya udah jadi, aku main ke sini lagi" ucapmu sambil menarik tas ranselmu. "Eh iya, Ga, makasih ya, udah nganter Lintang pulang,"

"Gak masalah, Tante" ucapmu. Lalu kita semua berdiri, aku mengantarmu keluar dari rumah. Sedangkan Bunda membereskan meja makan dan Ayah pergi ke dapur untuk minum.

Kamu terlihat nyaman di rumahku. Aku tau itu, Ga. Wajahmu menceritakan segalanya, dengan binar mata yang menyenangkan itu.

"Kesan pertama?" tanyaku di sela langkah kita yang sudah hampir mencapai pintu keluar. "Keluarga lo, welcome banget sama gue, dan thank's banget" ucapmu. Aku tersenyum.

"Kapan kapan, lo boleh main ke tempat gue juga, ucapan makasih gitu," katamu. "Boleh, boleh. When i have a time, Ga. Janjiii"

Kamu pergi sambil membunyikan klakson mobilmu. Semakin menjauh di balik derasnya hujan. Aku masuk dan mengunci pintunya, aku melihat Ayah sedang duduk sambil menonton acara tv dengan serius dan menghabiskan kopi yang aku buat tadi dengan sesapan terakhir. Aku menghampirinya,

"Eh iya, Gaga itu baik lho," ujar Ayahku saat aku duduk berdua dengan beliau di sofa. "Suka?" tanyaku memastikan.

"Bisa di bilang gitu, dia itu— pokoknya cocok deh, sama banget kayak kepribadian Ayah, boleh kapan kapan ajak lagi ke sini,"

"Gak marah?" tanyaku. Bukan, Ga, bukannya aku tidak menginginkan kamu ada di sini, tapi— supaya aku tidak takut saja kalau Ayah tau aku sedang denganmu.

"Ngapain marah? Bikin tambah tua aja," komentar Ayahku. "Emang Gaga itu siapa? Pacar kamu?"

➖➖

Ah ya, Ga. Bagaimana menurutmu? Kurasa dunia kita semakin dekat bukan? Dan semuanya tampak menyenangkan,
Kamu tau, Ga? Mulai saat itu,

I'm in love with you,

Maybe, Is Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang