Alison Chatto

43 1 0
                                    

Florida mendadak lebih panas daripada hari-hari sebelumnya. Antrian panjang ribuan gadis mengular di luar studio Warner Bros, dari yang memang niat sekali untuk mendapatkan peran tersebut sampai yang hanya sekedar ingin bertatap muka langsung dengan Harry Styles. Ditambah lagi rumor beredar bahwa Niall Horan dan Diana Stacy ada di dalam ruang audisi, bonus yang jelas sekali menambah euphoria siang itu. Senang, bergairah, dan gugup mendominasi perasaan para kandidat, terutama gadis berambut platina lebih panjang dari bahu, bertubuh kurus ceking dan memiliki mata abu-abu pucat. Bisa dibilang, dia lebih baik mati lagi daripada harus menghadapi situasi di ruang audisi nanti.

Dan sebaliknya, ruang audisi terasa membosankan. Sudah tiga jam audisi berlangsung namun tidak ada satupun kandidat yang menarik perhatian para juri, terutama Harry, hati kecilnya merasa bersalah mengajak Niall dan Diana kedalam hal ini karena keduanya terlihat sama bosannya seperti semua orang didalam ruangan itu.

"Haruskah kita lanjut memanggil kandidat selanjutnya atau istirahat makan siang dulu, eh Harry?" tanya Yates, sutradara dalam film Harry nanti.

"Terserah kau saja" jawab Harry yang sejujurnya ingin terus lanjut nonstop supaya waktu pulangnya bisa lebih cepat, tapi melihat tampang memelas Diana dan Niall, dia tidak tega. "Well, istirahat boleh juga"

Yates dan juri lainnya mengangguk, lalu dia berteriak, "Take five, everyone!"

Semua crew dalam ruangan itu menghela napas lega dan bergerak menjauh dari tugas masing-masing, mulai saling membaur dan terdengar gumaman yang menggema menjauh dari dalam auditorium tersebut.

"Aku menyesal" kata Harry tulus kepada kedua sahabatnya begitu hanya tinggal mereka bertiga didalam sana.

Diana tertawa lemah. "Kau bercanda? Audisi ini menyenangkan"

Harry menatapnya tajam.

"Well, tidak semenyenangkan yang aku kira tapi tetap dalam taraf senang. Lagipula, aku hanya lapar, kalau perutku sudah terisi keadaan akan berbeda--iya kan, Niall? Niall? Kau baik-baik saja?"

Dia yang barusan disebut namanya langsung mengerjapkan mata menatap Diana dan Harry bingung, seakan sejak tadi habis tertidur dengan mata terbuka.

"Kau oke, Niall?"

"Yeah" jawabnya dengan suara aneh, dia berdehem. "Yeah aku baik-baik saja. Aku hanya... kurasa aku tidak bisa pulang dengan kalian berdua"

"Kenapa?" Diana dan Harry bertanya dengan bingung.

"Aku harus ke Philly"

"Philippines?" tanya Diana kaget.

"Tidak, jenius. Maksudnya pasti Philadelphia" jawab Harry dibalas anggukan Niall.

"Ada suatu hal yang harus aku... aku punya urusan disana" jawab Niall gugup. "Agak privacy sebetulnya"

Baik Diana maupun Harry tidak setuju dengan rencana sepihak Niall, keduanya tahu Niall belum sembuh seutuhnya dan melakukan perjalanan ke kota di negara bagian lain bukan ide bagus. Setahu Harry juga Niall tidak begitu mengenal Pennsylvania, tapi didetik yang sama Diana seakan mengetahui tujuan dibalik rencana perjalanan itu.

"You're going to meet Zayn, aren't you?"

Mata Niall terbelalak.

"Aku sudah tahu kau tidak bisa membohongiku, Niall. Zayn sedang menggelar konser disana dan kalian pasti merencanakan sesuatu. Umm.. berbaikan misalnya?"

Harry menatap Diana ngeri seakan dia baru saja melempar bom dari ucapannya.

Tampang Niall kembali datar, tidak tertarik dengan penggabungan cerita itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang