Midnight Conversation

30 2 0
                                    

Tidak ada lagi yang terjaga kecuali Kaylee di dalam rumah nomor 864 Stradella Rd, Los Angeles. Dia satu-satunya yang masih bangun, berdiri merapat ke jendela kamar, sesekali mengintip keluar jika mendengar suara mesin mobil, masih menggenggam ponselnya dengan gelisah.

Mengingat Diana tidak membalas pesan, Kaylee menduga bahwa gadis itu sudah tidak lagi peduli dengan Niall, atau mungkin saja masih terlalu marah kepada Kaylee. Tapi kenapa harus dia? Seharusnya Kaylee yang marah dan tidak mau bicara dengannya, dan justru seharusnya dia yang minta maaf. Seharusnya dia tidak menempel terus dengan tunangannya, nanti pikirannya bisa tidak beres seperti pria itu...

Zayn, bagaimana bisa dia masih menghukum Niall seperti ini. Kaylee ingin sekali, mungkin sekarang ini juga, pergi ke Alaska dan menyeret Zayn kembali ke Leeds, memaksanya untuk mencabut tuntutan terhadap Niall. Atau kenapa juga bukan dia saja yang mati? Lia bisa bersama Niall, Diana? Masalah kecil, dia cantik dan berprestasi, banyak lelaki yang lebih layak mendapatkannya daripada Zayn. Kaylee tiba-tiba saja mengingat tamu-tamu lelaki dalam pernikahannya, memutar otak membayangkan sosok yang lebih pantas disandingkan dengan Diana. Charlie Puth! Tentu saja, pria itu sangat baik. Adegan dia bertemu dengan Charlie terputar kembali dalam benaknya. Pria itu baik dan sopan, suaranya indah, caranya bermain piano sudah tidak diragukan lagi, dan ketampanannya berada di level teratas...

Tapi kenapa juga dia harus menjodoh-jodohkan Diana dengan Charlie Puth? Well, Kaylee hanya ingin yang terbaik untuk sahabatnya, dan Zayn sekarang menurutnya, tidak lagi baik-

Suara mesin mobil yang masuk ke halaman rumah seketika membuyarkan semua pikiran absurdnya. Kaylee mengintip dari balik tirai, Louis memarkir mobilnya disembarang tempat di halaman, sementara pagar di belakangnya kembali tertutup dan terkunci secara otomatis.

Kaylee setengah berlari keluar menghampiri Louis. Mereka berdua bertemu di tangga megah spiral, Louis menaiki undakan sementara Kaylee menunggu, dan mereka berciuman sesaat ketika bertemu satu sama lain.

"How's the audition?" tanya Kaylee saat mereka berdua berjalan kembali ke kamar.

Louis cemberut sambil membuka pintu kamar dan bergumam, "Tired. How's Leo and Lea?"

"Tidur dikamar mereka. Hari ini pertama kali mereka berenang"

"Kau membiarkan mereka berenang? Mereka kan baru satu tahun" protes Louis saat duduk di sofa kamar, tidak jadi membuka sepatunya karena terkejut.

"Pomfrey dan lainnya menjaga mereka dengan baik. Lagipula, kau sendiri yang membelikan mereka dua set perlengkapan renang balita saat mereka baru berumur 6 bulan" Kaylee balik menuduhnya, membuat Louis kembali rileks dan lanjut membuka sepatu dan kaus kakinya.

"Well, saat itu aku tidak tahu apalagi yang harus ku belikan untuk mereka"

Kaylee tersenyum melihat ekspresi bersalah Louis yang menggemaskan, tak tahan untuk tidak mengatakan, "you're still the best daddy ever!" dan menarik kedua tangannya hingga Louis berdiri dengan malas-malasan namun tak meninggalkan senyumnya.

Kedua tangan Louis melingkar dipinggang Kaylee, sementara lengan Kaylee melingkar di leher Louis. Pria itu sedikit menunduk, masih tersenyum mengagumi istrinya dari jarak sedekat itu, dan mulai menciumi setiap inci wajahnya.

"Lou, have you seen the video?" Kaylee tersengal oleh napasnya sendiri. Sensasi yang ditimbulkan sentuhan bibir Louis membuatnya merinding, dan sesuatu yang tak bisa dijelaskan, bahwa Kaylee, dalam keadaan genting sekalipun, tetap menginginkan Louis, dalam arti yang paling dalam.

"Hmm...yeah" bisiknya saat merapihkan rambut Kaylee ke satu sisi dan kembali menciumi tengkuk lehernya.

"I'm being serious, babe" tegur Kaylee. Bagaimanapun juga, dia tidak menghindar dan sesungguhnya menikmati. Tapi alam bawah sadarnya mengatakan ini salah, bahwa ada banyak hal penting yang harus mereka berdua bicarakan malam ini, karena siapa tahu keesokan paginya Louis sudah pergi lagi sebelum Kaylee terbangun.

TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang