Niall duduk sendirian di koridor kantor polisi, menyeka darah di hidung dan bibirnya dengan sapu tangan pemberian salah satu officer. Pandangannya tak lepas dari ruang introgasi dengan cermin dua arah tepat didepannya, jadi dia bisa melihat apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Yang Mulia Samuel, begitu mereka memanggilnya, sedang berbicara di dalam ruangan itu bersama seorang polisi dan satu detektif. Gerak-geriknya terlihat begitu santai, namun mengancam. Kendatipun seperti itu, bagi Niall dia hanya David, tidak lebih dari seorang pangeran buangan yang memanfaatkan status darah bangsawan keluarganya.
Sekilas Niall melihat David mengambil sesuatu pemberian dari polisi, sesuatu yang begitu kecil yang bisa ia masukan kedalam saku jas hitamnya. Tak lama setelah itu, David lalu keluar dari ruangan tanpa melirik sedikitpun kearah Niall.
"Niall Horan?"
Niall masuk ruangan begitu namanya dipanggil. Entah apa yang membuat ruangan itu mendadak terasa dingin dan mencekam begitu dia duduk di satu-satunya kursi yang tersedia. Hanya ada tiga kursi disana, satu untuk Niall, dua untuk polisi dan detektif wanita yang duduk menghadapnya. Ada meja besi persegi yang dingin begitu permukaan kulit Niall menyentuhnya, berada di tengah-tengah mereka. Hanya ada laptop, yang sejak tadi terbuka namun layarnya gelap tidak menampilkan apapun, map biru dan sebuah tas hitam diatas meja.
"Apa yang ingin kalian bicarakan?" Niall menanyai mereka.
"Ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi kemarin malam" jawab detektif wanita yang usianya terpaut hanya beberapa tahun diatas Niall.
"And why should i do that?"
Pertanyaan Niall membuat detektif dan polisi saling bertukar pandang.
"Because you're now a person of interest in Lia's murder investigation"
"It was an accident!" protes Niall, sepenuhnya terkejut oleh jalan pikiran mereka.
"But apparently, it doesn't seem like it was" balas polisi yang langsung menyambar laptop didekatnya, tampilan layarnya berubah menjadi video rekaman hitam-putih tidak jelas.
"Look at it carefully" lanjutnya memiringkan posisi laptop agar semua orang dalam ruangan bisa melihat video itu, khususnya Niall.
Rekaman itu seperti tampilan cctv, hanya memperlihatkan jalanan dua arah yang kosong ditengah-tengah hutan, gambarnya tak jelas mungkin karena saat itu sedang hujan...
Mata Niall melebar menyadari apa yang sedang ia lihat.
"Kurasa kau sudah mengetahui apa yang kami maksud" kata polisi.
Hati Niall mencelos saat melihat mobil meluncur dari arah Leeds, bahkan dalam rekaman ia bisa mengenali mobil itu adalah Range Rover miliknya. Mobil itu melaju sangat cepat, tidak bergerak lurus melainkan terlalu miring ke lintasan lawan arah, dan hal selanjutnya yang ia lihat membuat hatinya ngilu.
Range Rovernya berhadapan dengan mobil sedan kecil, yang datang dari arah berlawanan dan melintas lebih cepat daripada mobil Niall. Detik berikutnya, Range Rover membanting arah kekiri, menghindar dari tabrakan yang mengancam tepat didepannya. Niall masih ingat betul bagaimana ia melihat cahaya samar-samar bergerak sangat cepat tepat didepan matanya.
Namun Niall terlambat sepersekian detik menyadari bahaya itu, mengakibatkan sisi kanan penumpang, tempat Lia duduk, tak terhindar dari hantaman mobil didepannya...
Rekaman itu berhenti.
"Thea Montgomery" kata detektif dengan lantang sambil menyodorkan berkas dokumen kepada Niall, berisi identitas dan foto seorang gadis kurus pucat berambut pirang panjang. Jelas sekali seusia Niall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two
De Todo1. Her favorite place was Orlando 2. Alaska was where she wished to stay 3. She wanted dark gray hair 4. She said she was born to be an extraordinary person and I'm the one who would find her 5. Tea was her favorite drink It is all just a coincidenc...