Sebetulnya,
Engkau jasad yang aku sengaja tuju,
Untuk jatuh, agar engkau memeluk aku,
Kuat erat tanpa terlerai dan terpisah jauh.
Sungguh aku perjudikannya dari bulan ke bumi.
Epilog Sepi
Table of contents-
Prolog
-
1: Tentang dia
-
2: pagi yang melankolis
-
3: Disebalik Laki-Laki
-
4: Pejuang
-
5 : Sebelum isyak
-
Oh No (Reply)
-
Sepi
-
Jauh
-
Salam Rindu
-
11: Lihat
-
12: Surat-surat akhir
-
13: Bermimpilah seperti Andrea
-
14: Cari jumpa
-
15: Perihal rindu
-
16: Lanjut Usia
-
16.5: Petang yang dingin
-
17: Tunggu
-
18: Majnun dalam huruf
-
19: Biduanita
-
20: Agape
-
21: Tanpa sengaja
-
22: Dengan sengaja
-
23: Perihal kita
-
24: Hidup dan Tenggelamnya Kapal
-
25: Kata Orang-orang
-
27: Kota Raya
-
28: Ralat
-
29: Disember Juga Menangis
-
30: Pernah mati
-
31: Bising yang mengetuk malam
-
32: Egoisma
-
33: Sentuh
-
34: Waktu yang tersisa
-
35: Seni Tuhan
-
36: Sebuah kisah klasik pada masa depan
-
37: Surat-surat yang gagal menemui alamat penerima
-
38: Dark Abyss
-
39: Masjid Biru
-
40: Seperti Zainuddin
-
41: Dari seorang laki-laki
-
42: Selamat Ulang Tahun
-
43: Endless road
-
44: Menjadi Siang
-
45: Siapa diantara kita yang kejam?
-
46: Sendi yang patah
-
47: Burger Kolonel & Hujan
-
48: Surat buat Guevara
-
49: Sebuah Kerencaman Silam
-
50: Hujan Bunga
-
51: Tiada Lagi Ogos
-
52: Epilog Sepi
Where stories live. Discover now