Part 5

22K 1.6K 17
                                    

Aku berjalan hendak keluar dari kamarku, dan aku sedikit terkejut melihat gadis kecil itu masih berdiri di depan pintu kamarku. Dia tersenyum saat melihatku membuka pintu lebar. Aku berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengan gadis itu. "Apa kau menungguku dari tadi?" tanyaku lembut dan langsung dibalas dengan anggukan oleh gadis itu.

"Emm ... jadi siapa namamu? tanyaku  sambil mengusap lembut kepala gadis itu.

"Lily," jawabnya singkat kembali merekahkan senyum di wajahnya.

"Ya. Jadi, kenapa kau menungguku, Lily?", tanyaku dengan lembut tanpa melepas usapan di kepalanya. Dia kelihatan menyukai apa yang aku lakukan.

"Tante Alena menyuruhku mengajak Luna berkeliling kastil," jawab Lily dengan polos. Aku terkekeh pelan melihat betapa menggemaskan ekspresinya.

"Apa Luna mau kutemani berkeliling?" tanyanya dengan wajah yang penuh harap dan aku langsung mengangguk mengiyakan ajakannya tanpa berpikir apa-apa. Tentu saja, siapapun yang melihat wajah gadis menggemaskan itu pasti tak akan tega menolaknya. Tampak senyum merekah di wajah gadis kecil itu.

Lily terus menggandeng tanganku selama berkeliling kastil ini, bibir kecilnya terus mengoceh memperkenalkan semua ruangan yang ada di kastil ini. Banyak sekali orang yang menatapku dan langsung membungkukkan badannya begitu menatap mereka. Hal itu membuatku sedikit risih dan aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Satu-satunya hal yang membuatku tetap bertahan di tempat ini adalah keberadaan Lily. Aku tak ingin membuat gadis kecil itu kecewa hanya karena rasa takutku bertemu banyak orang yang belum aku kenal. Jujur aku takut. Mereka semua menatapku seperti mereka semua ingin menelanku hidup-hidup.

"Luna?" panggil Lily membuatku tersadar dan langsung menatap ke arahnya. Dia menatapku bingung sekaligus cemas. Tanpa kusadari kedua tanganku sudah bergetar dan sedingin balok es. Aku berusaha tersenyum kepadanya dan mengatakan aku baik-baik saja. Namun seolah tahu bagaimana perasaanku, gadis kecil itu menggenggam tanganku erat dan tersenyum  kepadaku.

"Aku bersama Luna sekarang, dan semuanya akan baik-baik saja selama gadis manis ini bersama Luna", kata Lily sambil menunjukkan senyum lebarnya. Aku mengangguk dan membalas senyumannya. Entah bagaiamana gadis kecil ini bisa membuatku merasa tenang seketika hanya dengan perkataan polosnya.

Lily masih terus menuntunku berkeliling kastil besar ini. Bibir mungilnya terus tersenyum, menghilangkan semua rasa takutku. Lily mulai melepaskan tangannya saat kami sudah berada di taman. Tampak dua anak kecil seumuran Lily yang menatapku dengan bingung.

"Dia adalah Luna kita," bisik Lily pada dua anak laki-laki yang usianya mungkin tiga tahun di atas Lily. Aku tersenyum ke arah mereka dan mereka terihat begitu kagum melihatnya. Entahlah, aku tak mengerti apa yang ada dalam pikiran anak-anak yang menggemaskan itu.

"Luna, mereka berdua adalah teman-temanku," kata Lily memperkenalkan mereka padaku.

"Lu ... luna!" seru salah satu anak laki-laki yang langsung membungkuk di depanku diikuti oleh  Lily dan anak laki-laki lainnya.

"Ti ... tidak. Tolong jangan membungkuk seperti itu di depanku," kataku merasa tidak nyaman melihat ketiga anak itu membungkuk takut padaku.

"Tapi ... kau adalah Luna kami," kata anak laki-laki berambut coklat tanpa menatap ke arahku.

"Namaku Levia. Jadi, siapa nama dua pangeran kecil ini?" tanyaku yang sudah duduk menyamakan tinggiku dengan mereka. Meraka langsung menatap ke arahku dan aku hanya melemparkan senyum pada mereka.

"Namaku Maro, dan aku bukan seorang pangeran", jawab anak yang memiliki mata yang berwarna coklat terang dan rambut emas.

"Tetap saja dimataku kalian terlihat seperti dua pangeran kecil yang menggemaskan", kataku sambil terkekeh pelan. Kulihat anak yang di samping Maro tersipu mendengar pujianku barusan. Astaga, bahkan dia terlihat semakin menggemaskan saat pipinya memerah.

MATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang