Aku menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang dari balkon kamar. Rasanya sudah sangat lama sekali aku tak pernah punya kesempatan untuk menikmati langit malam. Dan mulai hari ini, aku bisa merasakan banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku. Entah bagaimana, aku merasa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Aku mulai bisa merasakan kembali apa yang namanya kebahagiaan, meskipun masih banyak hal yang jadi pertanyaan di otakku setelah semua kejadian itu.
"Indah?" Aku terkejut mendengar suara bariton di belakangku diikuti aroma lavender yang langsung memenuhi indra penciumanku. Entah sejak kapan Dave sudah berdiri di belakangku. Aku segera berbalik untuk menatapnya dan lagi-lagi aku dibuat terkejut karena Dave langsung memeluk pinggangku dan menarik tubuhku agar lebih dekat dengannya.
"Ka ... kau membuatku terkejut," ucapku gugup, merasakan jantungku yang sudah meloncat loncat karena ulah Dave. Kami terlalu dekat! Bahkan dari jarak sedekat ini aku bisa merasakan embusan napasnya di wajahku. Aku sedikit memundurkan wajahku, yang kuyakin saat ini sudah merona.
"Ka ... kau terlalu dekat," ucapku pelan, sedikit mendorong tubuhnya namun Dave justru semakin mengeratkan pelukannya. Seringaiannya semakin lebar dan beberapa detik kemudian bisa kurasakan tubuhku yang melayang. Aku memekik kaget saat Dave tiba-tiba mengendongku bridal style.
"Apa yang kau lakukan?! Tu ... turunkan aku," ucapku sedikit berteriak padanya. Tapi, Dave malah tertawa melihat reaksiku yang kuakui memang sedikit berlebihan.
"Tidak! Sudah kukatakan aku tidak akan melepaskanmu kali ini,nona," ucap Dave tegas membuat pipiku semakin merona. Aku segera melingkarkan tanganku di lehernya dan berpegangan erat saat Dave tiba-tiba melompat dan berdiri di atas pagar balkon.
"Apa yang ingin kau lakukan?! Jangan bilang kau ingin melompat!" teriakku panik saat Dave seperti ingin mengambil ancang ancang untuk melompat. Dave kembali tersenyum saat manik matanya mendapati aku yang sedang kebingungan.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Berpeganganlah!" serunya dan aku langsung memeluk lehernya erat. Bisa kurasakan tubuh kami terjun bebas. Dave mulai berlari dengan kecepatan serigalanya. Kami melewati hutan dan melintasi beberapa sungai kecil. Aku masih terus memeluk lehernya dan memperhatikan senyum yang belum luntur dari wajanya.Aku merasa senang, melihat Dave yang terlihat begitu bahagia hari ini.
Dave sudah membawaku cukup jauh, namun aku sendiri masih belum tahu kemana dia ingin membawaku pergi saat ini. Dave masih bersi keras untuk tetap menggendongku, meski aku sudah berulang kali memintanya menurunkanku. Kami sudah keluar dari hutan dan melewati jalan setapak yang cukup panjang. Aku yakin dia sudah capek karena menggendongku, tapi tetap saja dia tak mau menurunkanku.
"Apa masih jauh?" tanyaku merasa kami sudah pergi terlalu jauh.
"Tidak, kita sudah hampir sampai," ucapnya manatap lurus ke depan dengan senyum yang semakin melebar. Aku mulai melihatya, hamparan padang rumput yang di penuhi tanaman bunga yang indah. Langkah Dave mulai melambat dan akhirnya kami berhenti di tempat itu. Bisa kurasakan rumput halus dan basah saat permukaan kakiku mulai menyentuh tanah. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru. Rumput basah yang di tumbuhi oleh berbagai bunga serta cahaya-cahaya yang di timbulkan oleh kunang kunang memenuhi pandanganku, dan aku juga cukup terkejut melihat ada sebuah telaga kecil di utara tempat yang bisa kusebut taman bunga ini.
"Tempat apa ini?" tanyaku masih mengagumi keindahan tempat ini. Sudah beberapa detik berlalu, tak ada respon apapun dari Dave. Aku mulai berbalik untuk melihatnya, namun aku sedikit terkejut karena aku sudah tidak menemukan Dave di tempat dia berdiri sebelumnya. Dengan sedikit panik, kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru taman. Dan akhirnya pandanganku jatuh pada sosok bayangan di dekat telaga. Dave, entah sejak kapan dia sudah berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE [END]
WerewolfPART TIDAK LENGKAP! Malam pembantaian yang sudah merenggut seluruh nyawa anggota keluarga dan seluruh anggota packnya tak akan pernah hilang dari ingatan gadis itu. Levia Fransia, gadis 15 tahun yang ditinggalkan seorang diri dengan kenangan terburu...