Sebelumnya Dave sudah berjanji untuk menjagaku. Dan dia benar-benar melakukannya. Bahkan lebih dari itu. Dave lebih protektif dan memberi perhatian ekstra padaku. Di masa-masa awal kehamilanku ini dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku. Terlebih dimasa awal ini, aku mengalami morning sickness yang cukup membuat mood pagiku hancur. Tapi Dave selalu bisa membuat perasaanku lebih baik melalui caranya sendiri. Sebagian besar waktunya tersita hanya untuk merawatku. Jujur, aku senang dengan hal itu. Tapi tak bisa dipungkiri jika aku masih menyimpan kegelisahanku sampai saat ini. Bahkan semakin hari, malah semakin buruk.
"Sia, kau mendengarku?" Aku sedikit tersentak saat Dave memanggil namaku. Saat ini kami sedang berada di kamar kami. Semenjak diketahui aku sedang mengandung, Dave mulai melarangku melakukan banyak hal. Aku juga tidak diijinkan kemana-mana, kecuali ditemani olehnya atau Alena. Yah, kurasa Dave sedikit berlebihan. Tapi tetap saja aku menuruti kata-katanya. Aku tau dia melakukan semua itu demi kebaikanku.
"Emm ... maaf." Dave mendekat, kemudian duduk di sampingku. Raut wajahnya tiba-tiba berubah serius saat tangannya mulai menggenggam erat tanganku.
"Apa yang mengganggu pikiranmu?" Aku sedikit terkejut saat Dave tiba-tiba menanyakan hal itu. Manik dark greynya menatapku dalam, seolah berusaha membaca apa yang sedang berkecamuk dalam pikiranku.
"Tidak ada. Aku baik-baik saja," jawabku berbohong. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak ingin Dave khawatir. Tapi sepertinya Dave Tidak mudah percaya begitu saja. Dia masih menatapku dengan tatapan menyelidik, seakan mendesakku untuk bicara yang sebenarnya.
"Dave, aku ...." Suaraku seakan terhenti sampai di tenggorokan. Tatapan Dave semakin mengintimidasi, membuatku tak bisa menyembunyikan apapun di bawah manik dark greynya.
"Aku tau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Jadi kumohon katakanlah," mohon Dave membuatku tak bisa lagi berbohong.
"Te ... tentang peristiwa dua bulan yang lalu. Jujur, aku masih memikirkannya," ucapku dengan ragu, mengamati tiap perubahan dari ekspresi Dave. Namun, aku tidak bisa membaca raut wajahnya. Dave hanya diam, seperti menungguku untuk melanjutkan perkataanku.
"Crimpsonmoon pack merupakan salah satu pack terkuat di negara ini. Bukankah sangat aneh jika sampai saat ini tidak satupun masalah yang terjadi pada kita semua. Aku mungkin terlalu berlebihan memikirkannya. Tapi, mereka memiliki pengaruh besar dalam negara ini. Akan sangat aneh jika sampai detik ini kita sama sekali tidak mendapatkan dampak apapun dari peristiwa itu." Tanganku meremas erat seprei tempatkku duduk saat merasakan sengatan aneh dalam dadaku. Kegelisahanku yang selama ini kurasaan terasa semakin nyata saat aku mengungkapkan apa yang ada dalam pikiranku. Dave masih mencengkram tatapanku dengan manik dark greynya. Raut wajahnya terlihat sangat serius, namun sampai sekarang aku masih tak bisa membaca ekspresi di wajahnya.
"Aku selalu memikirkannya, meskipun berkali-kali aku berusaha menepis pikiran negatifku. Tapi tetap saja, aku masih terus memikirkannya. Apa kita bisa hidup bahagia? Atau, pantaskah kita hidup bahagia setelah semua dosa yang kita lakukan? Aku selalu gelisah saat memikirkanya. Meski kau sudah mengatakannya, bahwa semua akan baik-baik saja ... Mungkin ada dari mereka akan berhianat dan membalas dendam pada kita. Atau Moongoddess sendiri yang akan menghukum kita. Perasaan seperti itu terus menghantuiku. Aku ... aku takut Dave. Aku takut jika suatu hari, mereka akan merenggutmu dariku!" Dave tampak terkejut saat aku mulai sedikit berteriak. Air mataku sudah bergulir menuruni pipiku perlahan.
"Sia ...." Suara bariton itu terdengar sangat dalam memanggil namaku. Rasa hangat segera menjalar ke tubuhku saat lengan kokoh Dave menarikku dalam pelukannya. Dave memeluk erat tubuhku dan mengusap kepalaku perlahan. Membuatku merasa nyaman dan aman berada dalam dekapannya. Aku mengerti Dave hanya berusaha menenangkanku. Tapi pelukannya tak cukup untuk mengurangi kegelisahan yang terus berkecamuk dalam pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE [END]
WerewolfPART TIDAK LENGKAP! Malam pembantaian yang sudah merenggut seluruh nyawa anggota keluarga dan seluruh anggota packnya tak akan pernah hilang dari ingatan gadis itu. Levia Fransia, gadis 15 tahun yang ditinggalkan seorang diri dengan kenangan terburu...