Part 6

21.5K 1.5K 11
                                    

Kini kami tengah duduk di sofa kamar kami, tempat dimana Dave setiap malam tidur. Dia sedang mengelus kepalaku dan menciumi rambutku juga keningku dengan penuh kasih sayang dan aku hanya diam, masih memikirkan dua anak malang itu. Stiff dan Maro, tidak kusangka anak sekecil mereka sudah harus merasakan sakitnya rasa kehilangan. Aku masih ingat wajah sedih mereka yang begitu terluka, tapi setelah Dave membisikkan sesuatu pada mereka senyum mereka langsung merekah dan kesedihan mereka sirna begitu saja. Sebenarnya apa yang sudah Dave katakan pada mereka.

Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku membuatku tak tahan untuk tidak menanyakannya pada Dave.

"Dave? ... " panggilku lirih dan dia mulai menghentikan aktivitasnya. Dia hanya diam tak menjawabku, mungkin menungguku untuk bicara.

"Sebenarnya apa yang sudah kau bisikkan pada mereka tadi?" tanyaku tak tahan dengan rasa penasaranku. Dave menatapku dan mulai menyeringai, "Jadi kau penasaran tentang itu?" Aku langsung mengangguk mengiyakan pertanyaanya.

"Apa ya? Ah tidak, itu rahasia diantara kami bertiga." Aku mendengus kesal mendengar jawabannya. Kudengar dia terkekeh pelan dan mengacak rambutku dengan gemas. Aku memegangi rambutku dan semakin mengerucutkan bibirku. Dia tertawa renyah dan aku hanya mendiamkannya.

"Kau terlihat sangat menyukai mereka," ujarnya setelah tawanya mereda. Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk dengan antusias. Senyuman terulas di bibirku, aku memang sangat senang bertemu dengan anak anak yang menggemaskan itu.

"Kau tidak takut pada mereka?" tanyanya dengan hati-hati. Kukerutkan keningku mencerna maksud kata-katanya. Wajahnya terlihat begitu serius membuatku semakin bingung dengan maksud kata-katanya. Kenapa harus takut? Pada makluk menggemaskan itu?

"Maksudku, kau selalu merasa takut dengan orang yang baru kau kenal. Ya, bahkan ... awalnya kau juga takut padaku. Tapi anak-anak itu ... kau dengan sangat mudah mengambil hati mereka," ujarnya kurang nyaman. Kurasa itu memang benar, bahkan sampai saat ini aku belum tau bagaimana perasaanku pada mateku. Yang jelas aku merasa aman dan nyaman bersama dengannya.

"Dulu aku sering main bersama anak kecil yang tinggal di sebelah rumahku, jadi aku sudah biasa menangani mereka. Aku juga menyukai mereka, bagiku mereka adalah makhluk polos yang sangat menggemaskan," jawabku setelah terdiam cukup lama. Jawabanku mungkin terdengar konyol, tapi Dave masih diam dan terus memperhatikanku.

"Pasti rasanya sangat berat bagi mereka saat kehilangan kedua orangtuanya di usia yang masih sangat kecil," gumamku lirih sambil meremas ujung pakaianku. Aku menatap sedih ke arah lantai yang kupijak. Apa yang dialami kedua anak itu tidak beda jauh dengan apa yang aku alami. Aku mengerti betul bagaimana perasaan mereka.

"Aku mengerti, tapi aku tak ingin melihatmu sedih seperti ini," ujar Dave pelan menarikku dalam pelukannya dan mengelus kepalaku.

"Maaf, aku hanya tak tahan melihat mereka. Apa yang mereka alami tak jauh berbeda denganku. Aku tahu persis bagaimana rasanya kehilangan keluarga yang menjadi satu-satunya sumber kehidupanku," ujarku dengan pandangan yang setengah kosong. Aku menyandarkan kepalaku di dada Dave tanpa berpikir sama sekali. Pikiranku sedikit kacau karena memoriku tentang orang tuaku yang terbunuh malam itu kini terputar kembali dalam otakku.

"Pasti sangat berat ya? Apa kau mau membaginya denganku? Aku juga ingin merasakan beban itu bersamamu. Jadi, bagilah rasa sakit itu bersamaku" Dave memejamkan matanya sangat aku mendongak untuk menatapnya. Wajahnya terlihat begitu berharap dan hatiku mulai bimbang apakah aku harus menceritakan kejadian malam itu kepada Dave?

"Dia mate kita, Levi. Dia berhak tau semuanya tentang diri kita," ujar Lucy meyakinkanku.

"Aku akan menceritakannya," jawabku hampir seperti sebuah bisikan. Aku mengambil napasku dan berusaha menenangkan hatiku. Mungkin ini akan terasa menyakitkan karena apa yang aku lakukan seperti menggores pisau pada lukaku yang dulu, membuatku mengingat rasa sakitnya.

MATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang