Part 23

10K 536 8
                                    

Kutatap pantulan wajahku di cermin, memperhatikan hal-hal kecil yang berubah di wajahku. Kulitku tampak sedikit pucat, dan mataku terlihat sayu dengan lingkaran hitam di sekitarnya. Sudah beberapa hari ini aku sering terbangun di tengah malam, kemudian terjaga sampai pagi datang. Aku mendesah, wajahku benar-benar sangat buruk sekarang. Keran wastafel terbuka kemudian kubasuh wajahku agar terlihat lebih segar. Kupikir aku akan mengalami penuaan lebih cepat jika terus menerus seperti ini.

Dave berdiri di depan jendela saat aku keluar dari kamar mandi. Dahinya tampak berkerut dan pandangannya lurus ke depan. Pria itu telihat sedang berpikir keras. Dave masih terdiam saat aku sudah berdiri di dekatnya. Ekspresi seriusnya juga membuatku tak berani untuk bersuara. Aku hanya diam sambil terus memperhatikan wajahnya dari samping. Bisa kurasakan keadaan yang dingin dan tegang di sekitar kami. Rasa takut dan cemas mulai menggerogoti perasaanku. Membuat jantungku tanpa sadar bekerja lebih keras dari biasanya. Ekspresi yang ditunjukkan Dave kali ini benar-benar membuatku takut. Wajahnya terlihat keras dan tatapannya tampak dingin dan tajam.

Aku tak pernah melihat Dave berpikir sampai sekeras ini sebelumnya. Melihatnya yang seperti ini mebuatku tak tau harus berbuat apa. Dave yang saat ini yang kulihat seperti bukanlah Dave yang aku kenal. Dia seperti orang asing yang terlihat liar dan ganas. Yah, aku tau itu adalah sisi lain Dave. Dave tetaplah Dave. Aku sudah berjanji akan menerimanya, apapun keadaanya. Itu juga berarti aku juga menerima sisi gelapnya ini.

"Sia! ...." Dave tampak terkejut saat ia menyadari keberadaanku . Ternyata Dave benar-benar tidak menyadari kehadiranku di sampingnya. Tatapanya melembut saat menatapku. Wajahnya mulai terlihat rileks setelah senyum mengembang di wajahnya.

"Maaf, aku tidak menyadari kehadiranmu," ucap Dave dengan wajah bersalah. Aku tersenyum, meletakkan tangan kananku diwajahnya. Aku menggeleng pelan, mengisyaratkan bahwa itu bukanlah masalah besar. Kuusap wajahnya yang terasa kasar, mengikuti garis rahangnya yang tampak kokoh. Dagunya sudah ditumbuhi bulu-bulu janggut, membuat Dave terlihat lebih tua dan tidak terawat.

Dave memejamkan matanya, tampak menikmati usapan tanganku di wajahnya. Wajahnya terlihat lelah dan lingkaran hitam samar-samar juga menghiasi kedua matanya. Dave selalu berjaga setiap malam. Aku baru mengetahuinya beberapa hari terakhir ini. Dia tak pernah tertidur saat aku sudah terlelap.

"Sia ...." Suara baritonnya terdengar serak. Dave memegang tanganku, membuatku berhenti mengusap wajahnya. Matanya perlahan terbuka, menampilkan mata kelabunya yang terlihat gelap. Dave menarik tubuhku, tangannya memeluk erat pinggangku. Wajahnya semakin mendekat dan bibirnya mulai menyentuh bibirku.

Dave menciumku dengan frustasi. Tangannya menarik tengkukku saat aku berusaha mungkin membalas ciumannya. Aku bisa merasakan perasaannya. Cara Dave menciumku sudah cukup untuk menjelaskan apa yang tengah dia rasakan. Rasa gelisah, bingung, dan keraguan. Aku bisa merasakan semuanya.

Dave mengistirahatkan wajahnya dalam lekukan leherku. Napas kami masih terengah engah karena ciuman kami. Dave masih memeluk tubuhku. Kujalankan jari-jemariku di rambut hitamnya yang tampak lebih panjang dan terasa lebih kasar dari sebelumnya.

"Kau ingin membaginya denganku?" tanyaku dan Dave hanya terdiam. Aku yakin Dave bisa langsung mengerti apa yang aku katakan.

"Dave ..." panggilku lirih, membuatnya menegakkan kepalanya untuk menatapku. Mata kelabunya tampak meredup dan wajahnya terlihat sangat buruk.

"Apa ada masalah yang terjadi?" tanyaku berusaha mungkin agar terdengar tenang. Dave hanya menatapku, tampak ragu untuk menjawabnya.

MATE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang