Aku benci mengingat masa lalu, tetapi mereka datang begitu saja. Mendesak memasuki pikiranku, mengajakku menyelami kehidupan yang sudah aku lewati, memaksaku merasakan bahwa masa lalu terasa begitu lebih baik dari sekarang. OH, my God. Stop this.
Baiklah, sepertinya aku memang harus menceritakannya padamu. Maksudku, kau membaca ini karena ingin tahu ceritaku, kan?
Oh, shut up, Carly.
Right, Mind. You want me to.
Bau-bauan rerumputan segar di halaman rumah Mr. Chance memang membuatku harus pasrah dengan kedatangan memori-memori itu. Memori dua tahun yang lalu, saat pertama kalinya kami pindah ke Edmond, bersama Grandpa. Suasananya hampir sama seperti ini. Kami membawa barang-barang kami ke rumah Mrs. Chance. Kami memang banyak banget merepotkan keluarga Chance. Mr. Chance adalah teman lama Ayah yang extremely baik. Baik banget.
Malam itu sekitar jam 7 PM hujan gerimis mengguyur Edmon, suasananya sejuk tetapi dingin. Aku memakai jumpsuit panjang abu-abuku dan sweater tebal hadiah dari Kevin saat ulang tahunku tahun lalu. Aku membawa barang-barang sambil mendengarkan lantunan Taylor Swift’s songs dari iPodku. Kevin, Mom, Ayah dan Grandpa juga sedang sibuk. Kevin terlihat sibuk mondar-mandir mebawa beberapa tas ke teras rumah Mr. Chance, Mom sedang berbincang dengan Mrs. Chance. Ayah, Grandpa dan Mr. Chance sedang sibuk dengan barang-barang.
Tiba-tiba anak dari Mr. Chance menghampiriku.
”Hey! Can I help you, girl?”
Sesosok cowok berpostur tinggi, putih dan kayaknya seumuran dengan Kevin, is standing right in fornt of me.
“Oh well, sure.” jawabku sambil tersenyum.
“Okay.. By the way, I'm Tanner.” kata cowok itu membuka pembicaraan, dan tak lama dia mengulurkan tanggannya.
“I’m Carly.”
”Sweet name.” Tanner tersenyum ramah, dan membuat pipiku sedikit memerah. Aku tidak terbiasa dengan pujian.
”Thanks!”
Tanner membantuku membawa tas-tas berisi pakaianku, dan mempersilahkanku duduk di kursi teras. Dia sangat baik dan sopan. Well, aku menjadi sedikit senang telah pindah ke sini. Maksudku, aku-lah satu-satunya anggota keluarga yang menentang kepindahan kita ke Edmond.
”Is that all, Carl?” tanya Tanner sambil meletakkan koper milik Grandpa ke teras rumah keluarga Chance.
”Yes, I think. Thanks, Tanner”
“Anytime, Carl. Well, you can just be chilling here, I will help your brother,” katanya sambil tertawa kecil.
”Okay.”
Tanner kemudian menghampiri Kevin di dekat mobil, terlihat bahwa mereka langsung akrab.
Aku mengambil sebuah permen dan memakannya. Permen coklat yang aku dapatkan dari Rani, teman sekolahku dulu. Sigh, hal ini semakin membuatku merindukan Indonesia.
”Woy! Ngalamun aja lo!” Kevin berteriak, menarikku dari lamunan. Rupanya, dia sudah datang dan duduk di sampingku dengan Tanner yang kemudian duduk di sebuah kursi kayu di depanku.
”Ish apaan sih lo, gue lagi dengerin musik tau. Beda sama ngalamun. Sok tau lu ah!” jawabku sewot. Aku sangat sebal ketika seseorang menemukanku sedang melamun. Well, jadi, sebenarnya Kevin benar.
”What are you guys talking about?” timpal Tanner dengan wajah sedikit bingung, kemudian tertawa kecil. “I love your language. So unique. Can I learn it?”
KAMU SEDANG MEMBACA
She Will Be Loved
FanfictionHidup Carly Alvord dulunya biasa-biasa aja, sampai pada hari dimana dia pergi dari negaranya dan tinggal di sebuah kota kecil di negara bagian Oklahoma. Dia bertemu sahabat terbaik yang bahkan nggak pernah dia bayangkan sebelumnya, Greyson Chance...