Aku langsung semangat begitu tahu kalau kita akan ke Purple Hill. YEAY! Aku membonceng sepeda Greyson. Sepeda lama milik Tanner ini memang sekilas tampak seperti sepeda lama. Warna catnya sudah mulai memudar. Ini merupakan sepeda biasa yang memiliki tempat duduk boncengan, tidak seperti sepeda yang pernah kita pinjam beberapa hari yang lalu, yang memiliki dua kayuhan.
Greyson berada di depan dan dia mengayuh dengan santai, seakan aku bukan beban yang berat. Well, padahal berat badanku kemarin naik, heheh. Angin lagi lagi menabrak rambutku dan menerbangkannya, membuatnya berantakan padahal tadi pagi aku kuncir dengan susah payah.
Akhirnya sampailah kami pada jalanan sepi di pedesaan belakang sekolah. Lama-kelamaan Greyson mengayuhnya dengan cepat, membuat angin liar menampar pipiku dan mengharuskanku berpegangan pada Greyson dengan erat, or else, aku akan jatuh.
”GREEEEYYY!!” teriakku dari belakang dan Greyson hanya membalasnya dengan tawanya yang khas.
”AHAHAHA YOU LOVE IT?!” teriakknya sambil mempercepat kayuhan.
“NOOOOO!!”
Saat itu rasanya aku ingin kakinya tiba-tiba kram dan tak bisa mengayuh lagi. Ughh.. rasanya seperti akan jatuh, apa lagi jalanan sudah mulai terjal dan seakan tak peduli, Greyson tetap mengayuhnya dengan kecepatan yang sama. Oh Tuhaann.. pegalkanlah kakinyaaaa-_-
Gerbang masuk bukit sudah terlihat, gerbang itu memang cukup tinggi dan bisa dilihat dari kejauhan. Sesampainya disana Greyson mengerem sepedanya mendadak dan membuat ku hampir terpental, beruntung aku menggenggam jaket Greyson, yang sekarang kusut karena cengkramanku tadi. Hoah dia sudah gila.
”YOU ARE A CRAZY MONKEY!! MY HEART IS ALMOST OUT OF ITS PLACE!!!” aku memarahinya begitu kami turun dari sepeda.
“Hehe.. Sorry Carl.. I won’t do that again, promise” katanya sambil nyengir.
“GREYSON YOU-“
Buru-buru Greyson menarik tanganku dan membuatku menghentikan kalimatku. Ugh-_- Kali ini dia tidak mengajakku berlari menuju bukit, tapi justru menuju sapi sapi yang sedang merumput.
”Greyson what are you-”
”Shhh I wanna show you something.” potongnya sambil menoleh kearahku, rambutnya tersenggol angin dan membuatnya sedikir bergoyang, dan lagi-lagi, dia menunjukkan ke-cute-annya.
~~~
Greyson mengajakku memasuki kandang sapi yang besar bercat merah tua. Umm sebenarnya bukan kandang sapi, ada 4 kuda dan seekor keledai. Diatas bangunan tertulis ’CHANCE’S FARM’ berwarna krem. Dan kali ini aku baru ngeh kalau ini merupakan pertenakan keluarga Chance. Di sudut dalam kandang terdapat tumpukan jerami yang diikat menjadi satu. Kandang ini tidak bau. Tidak ada kotoran sapi yang biasa kita jumpai di kebanyakan kandang hewan ternak. Seorang bersepatu boots, bertopi hijau tua lusuh dan bersarung tangan berwarna kuning tampak sedang mengelus-elus keledai kecil yang sedang menguyah rumput yang digenggam lelaki itu.
”Hey Frankie!” sapa Greyson, dan mereka kemudian tos.
”Hey Grey Grey!”
“Well, Carl, this is Fank and Frank this is Carl.” Greyson memperkenalkan Frank kepadaku.
“Hey, I’m Carly.”
KAMU SEDANG MEMBACA
She Will Be Loved
FanfictionHidup Carly Alvord dulunya biasa-biasa aja, sampai pada hari dimana dia pergi dari negaranya dan tinggal di sebuah kota kecil di negara bagian Oklahoma. Dia bertemu sahabat terbaik yang bahkan nggak pernah dia bayangkan sebelumnya, Greyson Chance...