HalfAlive 9 : Zoe? Kereenn

1.9K 142 20
                                    


"Vin—" ucapan Rio terhenti ketika melihat Alvin sedang berdiri bersama seorang gadis yang memakai baju hitam.

"Selamat sore" sapanya

Alvin menatap Rio lalu kembali duduk di sofa.

"I-ify?" Akhirnya Rio mengeluarkan suaranya.

Gadis itu menggeleng, "Nama saya V.9.5.Z.0.E.6" ujarnya lalu gadis itu menggulung lengan baju panjangnya.

Terlihat sebuah tulisan V.9.5.Z.0.E.6 berwarna kuning emas.

"Anda bisa memanggil saya V.9.5" ujarnya lagi.

Rio tersenyum sinis, "Lo Ify kan?!!" Bentaknya.

"Bukan say--" ucapan gadis itu terhenti ketika Rio melempar map hitam yang ada di tangannya kearah gadis itu.

"MAKSUD SEMUANYA APA HAH?! KELUAR LO DARI RUMAH GUE!" Bentak Rio sekarang pikirannya sudah sangat kacau.

Gadis itu mengangguk lalu segera berjalan keluar.

Rio menghela nafas kasar lalu duduk di sofa samping Alvin. Beberapa kali Rio mengusap wajahnya dengan kasar.

"Takdir hebat memainkan permainannya" ucap Alvin

Rio menatap Alvin menunggu laki-laki itu melancutkan ucapannya.

"Lo cuman perlu ikutin permainan itu"

Rio mengerutkan dahi, "Ingat misi lo" Alvin menepuk punggung Rio lalu beranjak dari duduknya "Gue ada urusan dikit" lanjutnya.

"Trus buku biologi ?" Tanya Rio

"Gak jadi, gue baru ingat tulisan lu jelek"

Rio hanya terkekeh namun segera berubah ketika Alvin menaikkan jari telunjuk dan tengahnya.

"Besok gue transfer bang-- toyib"

Sudah lebih 30 menit Rio hanya duduk di sofa sambil memejamkan matanya berusaha menenangkan fikirannya.

Suara hujan yang sangat deras berhasil membuat Rio membuka matanya.

"Shit! Gue berasa di FTV" omelnya sendiri lalu segera beranjak mengambil payung.

Rio melihat gadis itu masih berdiri tegap membelakanginya. Tak ada pergerakan sama sekali.

Rio menghela nafas berat lalu berjalan mendekati gadis itu.

"Lu waras kan?" Tanya Rio dan gadis itu langsung berbalik dan menatap tepat di manik mata Rio.

"Saya hanya menjalankan perintah anda tuan Mario" ujarnya.

Rio hanya menghela nafas lagi, entah ini sudah keberapa kali. Dadanya terasa sedikit susah mendapatkan oksigen.

"Masuk"

Gadis itu hanya mengangguk lalu segera masuk ke dalam rumah Rio.

***

Sudah lebih dari 1 jam Rio hanya memperhatikan gadis itu. Dirinya sedikit takjub karena selama 1 jam gadis itu hanya berdiri di hadapan Rio dengan pakaian yang basah. Untung saja gadis itu memakai pakaian hitam tebal.

"Lo gak dingin?" Tanya Rio dan hanya di balas gelengan.

"Lo gak mau ganti pakaian lo?" Gadis itu hanya menggeleng lagi

"Lo gak lapar?"

Kruyukkk

Wajah gadis itu sedikit memerah, "Maaf tuan Mario"

Rio berusaha menahan tawanya sedangkan gadis itu sudah sedikit menunduk menyembunyikan semburat merahnya.

Drtt drtt drtt

Rio merogoh saku celananya dan terlihat nama ayahnya, dengan cepat Rio mengangkat telfon dari ayahnya.

"Iya Yah?"

"..."

"Se-sekamar? Ayah sehat? Perlu aku telfonin dokter? Dia cewek Yah mana bisa sekamar sama aku."

"..."

"Yah..."

Tut tut tut

Rio kembali menghela nafasnya lalu menatap gadis itu.

"Lo punya baj--" 

"Sudah ada kurir yang mengantarkan perlengkapan dan peralatan saya tuan" gadis itu tersenyum "Saya izin sebentar" pamitnya lalu berjalan keluar.

"LO BISA PAKAI PAYUNG!"

***
Rio memperhatikan gadis yang masih sibuk mengatur peralatannya. Mulai dari memasang kamera pengawas hingga mempersiapkan senjatanya.

Tentu saja dia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian hitam tebal dengan lengan yang panjang.

"Tolong gunakan ini tuan" ujarnya sambil memberikan sebuah kalung dengan liontin berbentuk persegi panjang.

"Tolong gunakan ini tuan" ujarnya sambil memberikan sebuah kalung dengan liontin berbentuk persegi panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rio mengerutkan dahinya melihat kalung itu. Bukan karena Rio tak menyukainya tapi kalung itu ada dua.

"Maaf, sedikit ada masalah di kantor pusat. Mereka mengirim dua kalung" ujarnya seperti mengetahui isi fikiran Rio.

Rio hanya mengangguk lalu memakai kalung itu.

"Terdapat alat pelacak dan penyadap di kalung ini jadi saya bisa tahu keberadaan anda selain itu saya juga akan menggunakan satu kalung ini sehingga jika anda membutuhkan saya anda hanya perlu menekan tombol yang ada di kalung itu"

Rio hanya mengangguk-angguk memanggapi ucapan gadis itu

"Lo gak usah bicara formal di depan gue--eum V.9---"

"Terserah anda--maksud saya terserah lo mau manggil apa" ujarnya

"Livina?"

Gadis itu sedikit terkejut dengan nama yang di ucapkan Rio.

"Ah-- tidak bagaimana kalau Zoe? itu ada di nama lu kan?"

"Zoe? Kereenn" kagum gadis itu.

"Lo gak apa-apa tidur sekamar sama gue? Maksudnya gue cowok dan lo--"

"Misi saya bukan hanya melindungi seseorang terkadang kami melenyapkan orang jadi tidak ada yang berani macam-macam dengan agen seperti saya"

Tenggorokan Rio terasa mengering ketika mendengar perkataan Zoe.

"Eum--" Rio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue boleh tanya sesuatu?"

Zoe mengangguk sedangkan Rio sudah duduk di tepi ranjang yang berwarna birunya.

"Lo Ify kan?"

***

Holaa saya kembalii...
Cerita ini terinspirasi dari film M.I high. Saya ngebayangin kalau Zoe itu Ify haha..

Mungkin akhir-akhir ini bakal late update karena kesibukan dunia nyata jadi mohon maaf.

Semoga makin suka sama halfalive. Jangan lupa vomments jangan takut saya jinak kok apapun komentar anda saya terima eaa

Half AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang