Budayakan vote sebelum membaca.
"Eh ada elu Vin" sapa Rio yang baru saja masuk ke dalam ruangan Ify.
Alvin bergeming begitupun dengan Ify. Rio mengerutkan dahi lalu menaruh bungkusan putih di meja dan tas yang berisi pakaian di sofa.
"Ada apa sih?" Heran Rio
"Gak tau Kak Alvin" jawab Ify lalu menatap kantongan yang di bawa Rio.
"Kamu bawa apa?"
"Baju" jawab Rio santai lalu duduk di sofa dan menyalakan TV.
"Ih, itu yang di kantongan" jengkel Ify
Rio tersenyum, "keripik"
Ify hanya berohria lalu matanya menatap Alvin yang terus memperhatikannya.
"Jangan di liatin terus lah Vin pacar orang" ujar Rio dengan nada dinginnya.
Alvin berdehem, lalu beranjak menyusul Rio yang duduk di sofa. Alvin mengambil tasnya dan memberikan sebuah buku ke Rio.
"Tugas" ujarnya.
Rio hanya menghela nafas lalu mengambil buku Alvin.
Line!
Line!
Rio merogoh saku celananya terlihat ada Line dari Antha.
Anthariksa_A : sorry gw g bisa ke sana
Anthariksa_A : lg bujukin tia
Anthariksa_A : salam cinta dr gw
Anthariksa_A : gukguk
"Hatchiim!!"
Seketika pandangan Ify mengarah ke Rio yang langsung bersin-bersin.
"Bangsat!" Maki Rio yang berhasil membuat Alvin bertapuk tangan satu kali lali menengadah tangannya.
Rio hanya menghela nafas lalu merogoh dompetnya.
Rio menatap Alvin, "Ngutang ya" ujar Rio sambil cengengesan.
Alvin menoyor kepala Rio, "Gue pamit dulu deh" ujarnya sambil memperhatikan jam tangannya.
"Cepat amat"
Alvin mengedikkan bahu lalu berjalan mendekati Ify. Alvin menatap Ify dengan tatapan yang entah apa artinya.
Alvin menghela nafas pelan lalu memeluk Ify, "Cepat atau lambat Rio pasti tau entah dari gue atau elu" bisik Alvin.
"WOYY!!! PACAR GUE BANGSAT!!"
Alvin melepaskan pelukannya, "Modus dikit bisa lah" ujarnya santai.
Alvin tak memperdulikan wajah Rio yang sedikit memerah. Alvin mendekati Rio.
Cup!
"BANGSAATT!!!!!" Pekik Rio sambil mengusap pipi kanannya yang di cium Alvin.
"Makanya jangan cemburuan" ujar Alvin santai lalu keluar dari ruangan Ify.
"Aishh---" Rio segera berlari ke toilet untuk membersihkan wajahnya.
***
Sudah 30 menit Ify hanya memperhatikan Rio yang masih melap pipinya dengan tisu basah yang baru dibelinya.
"Yo"
Rio menghentikan aktivitasnya, "Iya, Kenapa?"
Ify tersenyum, "Bosen, Aku mau jalan-jalan" rengek Ify yang berhasil membuat Rio terkekeh.
"Yaudah aku ambil kursi roda dulu"
Ify mengangguk lalu Rio keluar dari ruangannya.
Ify hanya memainkan kakinya yang menggantung karena tempat tidurnya sedikit tinggi.
"Sini" Rio merentangkan tangannya.
"Dih mau di peluk" gidik Ify
Rio mengerucutkan bibirnya lalu menyingkirkan kursi roda di hadapannya ke samping kanan.
Ify terus memperhatikan pergerakan Rio tapi tiba-tiba saja Rio memeluknya dengan sangat lembut.
"Aku cemburu" gumam Rio
Ify hanya terdiam tak membalas pelukan Rio. "Aku tambah cemburu kalau kamu gak balas pelukan aku"
Ify tertawa pelan karena perutnya masih sakit. Ify membalas pelukan hangat Rio.
Sudah 5 menit Rio belum melepaskan pelukannya tapi Ify tidak protes karena dia juga menikmati pelukan Rio.
"Jadi kita pelukan aja gak usah jalan-jalan?" Tanya Rio yang berhasil mendapatkan cubitan kecil dari Ify.
"Aww--" ringisnya dan perlahan Rio melepaskan pelukannya.
**
Suasana sore hari yang mendung menemani Rio dan Ify di taman belakang rumah sakit.
"Kita berasa pasangan normal ya" ujar Ify sambil menghirup udara.
"Emang kita gak normal?" Heran Rio yang masih setia mendorong kursi roda Ify.
Ify mengangguk, "Kita bakal pisah kalau tugas aku selesai"
Rio terdiam, rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Sesak.
"Dengan begitu kita bisa menghargai waktu" ujar Rio yang mendapat anggukan mantap dari Ify.
Bukan hanya Rio yang merasakan sesak. Ify juga merasakannya bahkan setetes air mata sudah lolos.
Langkah Rio terhenti ketika melihat seorang gadis yang tak memiliki rambut sedang saling bertatapan dengan seorang laki-laki.
Wajah mereka semakin dekat hingga bibir mereka bersatu. Rio yang melihat itu dengan cepat menutup mata Ify lalu mendorong kursi roda Ify menjauh.
"Ada apa sih Yo? Aku gak bisa liat"
"Bahaya" bisik Rio tepat di telinga Ify.
"Apaasih?" Tanya Ify yang sudah sangat penasaran.
Rio melepaskan tangannya dari mata Ify lalu berjongkok di hadapan gadis itu "Anak kecil gak boleh tau" ujar Rio lalu mengacak puncak kepala Ify.
Ify mengerucutkan bibirnya. Dia sangat kesal melihat tingkah Rio yang sok rahasia.
"Penasaran?" Goda Rio
Ify hanya mendengus kesal, "Gak us--"
Ucapan Ify terhenti ketika Rio menempelkan bibirnya di bibir mungil Ify.
Mata Ify membulat sempurna. Lalu berkedip ketika Rio mulai menjauhkan wajahnya.
"Udah tau kan?"
***
Holaaa ketemu lagi...
Vomment janngan lupa 😙😙😙😙😗😗😗😗😗
Dan makasih yang ikutin cerita ini sampai part 17.
Tinggal 3 part lagii kisah RioIfy bakal endingg.
Jgn takut komentar yaahhhhh....
Buat silent readers pliss tobat 😂😂😂😂 hargai karya orang dumss
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Alive
Jugendliteratur16+ (Bukan ada konten dewasa tapi mengandung kata kasar khas laki-laki) Kisah Mario Devando Mahesa dan seorang gadis dengan beribu rahasia Dalyssa.....