"Zoe? Oh itu nama panggilan sayang lu haha" Satria tertawa sedangkan Rio hanya memasang wajah datarnya.
"Ehem..." menyadari tatapan sinis Rio membuat Satria memberhentikan tawanya.
"Gue..... tunangannya Ve"
"Tunangan?"
Satria sudah tidak dapat menahan tawanya melihat ekspresi Rio, "Lu percaya aja sih. Dia baru SMA sedangkan gue udah 26 tahun. Dia udah kayak adik gue" ujarnya diikuti tawa yang sangat keras.
Rio hanya ikut tersenyum ketika merasakan kelegaan di dadanya.
"BangSatria!" Sapa Zoe diiring cengengesannya ketika Satria sudah hampir melemparinya dengan sarung tangan karet yang tadi di pakainya.
"Udah?" Tanya Zoe menatap Satria dan Rio bergantian.
"Udah" jawab Satria datar Yang sedang sibuk menuliskan sesuatu di secarik kertas.
"Nih, kasih ke Siska dia bakal ambilin obatnya" ujarnya sambil menyodorkan kertas itu.
"Wah-- lu satu-satunya dokter yang tulisannya rapi!" Gumam Zoe lalu menatap Rio yang masih duduk sambil menunduk.
"Tumben diam mulu. Sakit ya?" Zoe menelengkan kepalanya dari bawah agar dapat melihat wajah Rio.
Rio menggeleng lalu tersenyum, "Dih.. Bang mungkin otaknya kegeser nih" ujar Zoe sambil menunjuk Rio.
Rio yang gemas dengan tingkah Zoe menggigit jari telunjuk Zoe yang menunjukknya.
"Aw!! Parah kamu yo. Jahat banget sama pacar sendiri" ringis Zoe sambil mengusap jari telunjuknya karena gigitan Rio yang lumayan sakit.
"Pacar?!"
"Ngape lu Bang?" Heran Zoe.
Satria menggelengkan kepala, "Jangan buat hubungan yang bakal ketahuan kalau akhirnya gak bagus" ujarnya.
Seketika Rio dan Zoe terdiam, "There will always be a 'Lie' in believe, an 'over' in lover and an 'end' in friends" lanjut Satria.
Suasana semakin hening dan akward, "Tapi apa lo bisa hentikan hal yang membuat lo bahagia walaupun lo tau kalau akhirnya bakal buruk?" Zoe mengeluarkan suaranya memecahkan keheningan.
Zoe terkekeh, "Gue baca di tumblr, kerenkan?" Ujar Zoe diikuti kekehannya.
Satria tersenyum lembut, "Yaudah sana lu berdua bosan gue liat muka lu"
"Dih, yaudah yuk pacar kita pulang" ajak Zoe lalu menarik pelan tangan Rio.
***
Hening. Selama perjalanan pulang tidak ada yang membuka suara baik Ify maupun Rio.
"Sampai" ucap Ify lalu membuka uraian rambutnya.
Baru saja Rio akan turun namun di tahan oleh Ify, "Tunggu" tahannya lalu merangkak ke kursi belakang mengambil tasnya.
Ify berseru ketika mendapatkan barang yang di carinya, "Nih pake, biar orang rumah gak ngeliat luka lu" Ify memberikan sebuah kupluk hitam miliknya.
"Sejak kapan lo bawa ginian?" Heran Rio namun tetap memakai kupluk itu.
"Tadi gue malakin Vano" ujarnya lalu turun dari mobil.
Langkah Ify dan Rio terhenti ketika mendengar suara mesin motor yang berhenti di depan pagar.
Terlihat Sivia sedang berbicara dengan seseorang, Ify menyipitkan matanya berusaha melihat jelas laki-laki itu. Tapi Sivia menghalangi wajah laki-laki itu.
Terlihat Sivia melambai dan mulai memasuki halaman rumah dan detik itu rahang Rio mengerat ketika melihat siapa yang mengantar Sivia.
"Kalian juga baru pulang?" Tanya Sivia yang sudah ada di hadapan Rio dan Ify.
Ify mengangguk lalu menatap Rio yang masih diam dengan tangan mengepal.
"Jangan pulang sama Arsen lagi, lo bisa pulang sama gue atau Alvin tapi jangan dia" ujar Rio dingin lalu pergi meninggalkan kedua gadis itu.
"Dia kenapa Fy? PMS?" Heran Sivia
Ify tersenyum kecut, "Lo tau kan pagi tadi Arsen nembak gue?"
Sivia mengerutkan dahi seperti sedang berpikir, "Ah, iya tadi gue ketemu di gramed jadi dia nawarin pulang bareng" jelas Sivia.
"Tapi gue setuju sama Rio, Vi" ujar Ify lalu tersenyum manis dan masuk ke dalam rumah mewah itu.
"Aneh!" Gidik Sivia lalu mengikuti Ify memasuki rumah.
***
"Fy lo udah tugas Matematika?" Tanya Sivia yang baru saja keluar dari toilet dengan wajah yang basah.Ify yang sedang berbaring hanya menganggukkan kepala. Seketika wajah Sivia sumringah, "Liat dong" rengeknya.
Ify hanya mendengus lalu berbalik memunggungi Sivia yang duduk di sampingnya.
"Pelit ih, Fy ayolaahh 3 nomor aja deehh" bujuk Sivia sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ify.
"Itu lu nyontek semuanya ogeb" sinis Ify lalu beranjak dari baringnya dan berjalan mengambil tasnya.
"Nih" Ify melempar buku bersampul biru itu dan di tangkap oleh Sivia yang sudah memasang senyumnya.
"Makasih Ify cantik"
Tok..tok..tok
"Makan siang dulu" Sivia menatap heran kepada Ify karena yang memanggil makan bukanlah Bi Merli tapi Rio.
"Abang lu udah ganti profesi?" Tanya Ify dengan tampang polosnya.
"Receh ah," kekeh Sivia lalu beranjak untuk turun menikmati makan siangnya.
Langkah Ify dan Sivia berhenti ketika melihat Rio sudah sangat rapi tak lupa dengan kupluk hitam.
"Mau kemana kak?" Tanya Sivia dan pandangannya mulai terarah ke kepala Rio, "Sejak kapan suka pake begituan" tanyanya sambil menunjuk kupluk yang Rio gunakan.
"Ke..Po" ledek Rio sambil memeletkan lidahnya lalu beranjak menuruni tangga.
"Kamu mau kemana?" Kini bukan Sivia tetapi Ify yang bertanya dengan nada serius.
Rio berbalik melangkah mendekati Ify. Dia melewati Sivia begitu saja yang berdiri di depan Ify.
"Aku ke rumah Gabriel dulu, ada keperluan dikit" jawabnya dengan senyum lembut lalu mengacak puncak kepala Ify.
"Tunggu" Ify meraih tangan Rio yang ada dikepalanya lalu merogoh saku celana yang digunakannya.
Rio mengerutkan dahi memperhatikan apa yang dilakukan kekasihnya.
"Aww--" ringis Rio ketika Ify memasukkan sesuatu ke pergelangan tangannya yang sedikit dekat dengan urat nadinya.
"Itu apaan sih?" Tanya Rio masih dengan ringisannya.
Ify tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Rio. Ify harus sedikit berjinjit karena memang Rio lebih tinggi dibandingkan dirinya.
"Alat yang lebih canggih dari kalung yang aku kasih, aku bisa tau jika sesuatu yang buruh terjadi dengan detak jantungmu" bisiknya yang berhasil membuat Rio sedikit merinding merasakan nafas Ify.
Cup!
Ify mengecup pipi kiri Rio dengan sangat cepat membuat si empuh diam mematung. "Hati-hati"
Rio merasakan jantungnya berdegub sangat cepat. Ify yang sudah memasang alat pendengar hanya terkekeh, "Yak!! Gue masih di bawah umur!!" Teriak Sivia sambil berlari menuruni tangga.
"KAK RIO IFY MASIH DI BAWAH UMUR JANGAN DI AJARIN MACEM-MACEM!" Teriak Sivia yang sudah ada di bawah.
![](https://img.wattpad.com/cover/86381890-288-k720045.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Alive
Teen Fiction16+ (Bukan ada konten dewasa tapi mengandung kata kasar khas laki-laki) Kisah Mario Devando Mahesa dan seorang gadis dengan beribu rahasia Dalyssa.....