● Budayakan vote sebelum membaca ●
Calum's PoV
Orang yang Alvico panggil pun menoleh ke sumber suara.
"Fanny.." ucap mama Alvico. Dia tidak berteriak seperti anaknya, tapi aku bisa mendengar suaranya itu dari sini.
Mamanya Alvico kemudian menaruh ponsel yang sedang dia mainkan di kursi tunggu dan segera menghampiri anaknya yang mulai menangis.
Aku hanya diam memperhatikan mereka dari belakang.
Lucu juga ngeliat tingkahnya Vico kalo lagi sama mamanya kaya gini.
Persis kayak yang di drama-drama.
Mereka berpelukan sambil menangis. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan, karna jarak antara mereka berdua denganku memang lumayan jauh. Aku merasa ingin menangis juga, suasana saat ini memang cukup mengharukan.
Aku memilih untuk duduk di antara para penumpang yang sedang menunggu keberangkatan, membiarkan Alvico menghabiskan waktu terakhir bertemu dengan mamanya di sana dengan pilu.
Tidak sia-sia juga perjuanganku bolos sekolah hari ini, aku mendapatkan hasil yang sangat sempurna. Bahkan Michael saja tidak bisa melakukannya.
"Calum.." panggil mamanya Alvico.
Aku pun bangkit dan menghampiri mereka berdua yang sekarang sudah tidak berpelukan lagi.
"Iya, tante?" jawabku.
"Makasih yah, nak karna kamu udah nyatuin tante sama anak tante kayak sekarang. Tante berhutang banyak banget sama kamu." mamanya Alvico kemudian menyunggingkan senyuman kepadaku.
"Ga masalah kok tante, ini udah jadi kewajiban aku sebagai sahabatnya Alvico untuk bikin dia kembali bersatu sama keluarganya lagi."
"Sok-sokan kamu Cal," Alvico memukul lenganku pelan. "Mama ga perlu bilang makasih sama dia, nanti dia jadi makin sombong."
"Biarin aja kali. Mama kamu mah baik, ga kaya kamu."
"Ehh, mulai yahh. Di depan mama aku kamu kayak gini, sengaja ngenjelek-jelekin aku. Awas aja nanti." Alvico kini memukul perutku pelan.
"Udah jangan berantem lagi. Ga malu apa diliatin sama penumpang lain?"
Kami pun berdua saling berdiaman. Benar kata mamanya Alvico, para penumpang sekarang sedang memperhatikan kami berdua.
"Mama, ga bisa apa ga tinggal di Indonesia?" tanya Alvico dengan nada sedih.
"Ga bisa sayang. Emang udah kewajibannya kayak gini, kalo seorang istri harus ikut tinggal sama suaminya. Kamu juga bakalan kayak gitu nanti." jawab mamanya dengan lembut.
"Tapi aku ga mau ditinggal sama mama." Alvico kemudian memeluk mamanya, aku rasa sekarang dia kembali menangis.
"Pilihannya ada dua, nak. Kalo bukan mama yang ninggalin kamu, kamu yang bakalan ninggalin mama." Mamanya Alvico mengusap kepala Alvico sambil sesekali menciumi puncak kepalanya. "Dan pada akhirnya juga kita bakalan tinggal di rumah yang berbeda. Kamu sama keluarga kamu nantinya, dan mama sama keluarga baru mama di Indonesia."
"Cuma waktunya aja yang beda. Ya, kan, tante?" sambungku.
Pasangan ibu dan anak itu pun menoleh kepadaku.
"Iya. Betul kata Calum, cuma waktunya aja yang beda." Mamanya Alvico kemudian melepaskan pelukan itu. "Kamu harus belajar tinggal jauh dari mama mulai sekarang, nak. Mama juga sebenernya ga mau kita kayak gini, tapi mama bisa apa?"
"Mama sayang sama kamu lebih dari apa pun. Mama pengen selalu ada di samping kamu, ngeliat kamu beranjak dewasa, sampai kamu nantinya menikah, tapi mama ga bisa. Mama ga bisa bawa kamu ikut Mama." mata Mamanya Alvico mulai berkaca-kaca.
"Kenapa Mama ga bisa bawa aku sama Mama?"
"Takdir kamu di sini. Sama orang yang sayang sama kamu, bukan sama Mama." Mamanya Alvico mengalihkan pandangan kepadaku.
Seperti mengode.
Hmm.
"Kamu akan lebih bahagia tinggal di sini dibanding sama mama." Alvico kembali menangis, dia memeluk Mamanya lagi.
"Mama jangan tinggalin aku, aku ga mau tinggal jauh dari Mama." ucap Alvico sambil terisak.
"Sayang, Mama harus pergi. Mama, ga bisa tinggal sama kamu lagi."
"Mama, tolong jangan pergi, aku ga punya siapa-siapa lagi selain Mamaa.."
"Calum kan ada. Dia bakalan gantiin Mama buat jagain kamu."
"Tapi aku maunya Mama bukan Calum."
"Naak," Mamanya Alvico mengusap wajahnya Alvico. "Dia bisa jagain kamu lebih baik dari mama. Mama yakin dia ga bakalan bikin kamu kecewa kayak Mama, kamu pasti bakalan bahagia tinggal sama dia di sini."
"Mamaa.."
Vico menangis sejadi-jadinya saat ini juga. Air matanya mengalir begitu deras. Aku tidak tega melihatnya menangis seperti ini.
"Attention please, the passengers airline with the aim of Jakarta will depart in five minutes. Please prepare your luggage and stay in waiting room. Thank you for your attention and good morning."
TBC...
-
Ini pendek sangadh, udah ga ngefeel lagi.
Huhuhu..
Lagi-lagi aku minta maaf ya manteman
● Budayakan komen selesai membaca●

KAMU SEDANG MEMBACA
Let My Heart Choose [5SOS] // Edited
Fanfiction(COMPLETED) Kepergian sang Mama dari Australia membuat persahabatan Alvico dan Calum mengalami banyak ujian. Alvico kini tinggal bersama Luke dan Bundanya, karena dia lari dari rumah yg sudah tidak berpenghuni itu. Michael yg bertanggung jawab atas...