Saat ini Rama sedang bermain game Tahu bulat di HPnya, dengan posisi setengah tidur dan termometer kembali melekat di ketiaknya.
Sungguh, Rama juga tak ingin selemah ini. Padahal hanya dengan eyecontact selama beberapa detik bisa membuatnya terbaring lemah lagi. Dasar gadis aneh, umpat Rama dalam hati.
Inilah yang ia tak suka saat berdekatan dengan perempuan. Padahal ia cowok, tapi hanya sekali terkena tatapan seorang cewek langsung deman berhari-hari.
"Aaargghh!" teriak Rama frustasi, lalu melempar HPnya asal.
Rama kesal, sungguh. Sangat-sangat kesal. Dengan perasaan yang tak karuan dan juga sedikit menahan pusing di kepalanya, Rama beranjak turun dari ranjang, dan keluar dari kamar menuju ke taman belakang rumahnya. Ia butuh sedikit hiburan.
Sebenarnya bisa saja ia menghibur diri dengan menggoda si Raissa adik perempuannya yang menggemaskan itu. Tapi sudah pasti Bunda tidak akan memperbolehkan itu terjadi, karena saat ini kondisi Rama sedang sakit, dan si adik pasti dapat tertular oleh Rama.
Sesampainya di lantai bawah-kamar Rama berada di lantai dua- Rama langsung menuju ke arah dapur terlebih dahulu,mengambil setoples penuh kue kering, lalu membawanya ke taman belakang. Rama tahu, bahwa ia sedang sakit, dan seharusnya tidak memakan makanan seperti yang sedang ia bawa sekarang, tapi yang sakitkan badan dan kepalanya, bukan mulutnya, jadi ia tetap bisa memakan makanan apapun yang ia mau.
Duduk nyaman pada gazebo yang ada pada tengah-tengah taman, Rama duduk diam memakan camilan dan memandang kolam ikan yang mengelilingi gazebo yang ia duduki sekarang. Rama sangat suka desain taman belakang rumahnya, karena suasananya dia banget. Tenang dan tak ada yang mengganggunya. Rama sudah siap untuk tidur, ketika suara bel rumah berbunyi sangat mengganggunya.
Rama akan kembali tidur saat dipikirnya bahwa pintu itu akan ada yang membukanya, entah si bibi atau bundanya mungkin. Tapi ternyata harapan tak sesuai dengan kenyataan. Bel rumahnya terus berbunyi, bukti bahwa tak ada yang membukaannya, dan tak ada orang di rumah kecuali dia.
Rama mengerang pelan, tanda bahwa ia sangat terganggu. Rama mengutuk siapapun yang membunyikan bel rumahnya dan membuatnya tidak bisa beristirahat itu.
Rama berjalan gontai meninggalkan posisi nyamannya. Bel kembali berbunyi, cowok bercelana pendek dan kaos oblong itu menyahuti, "Bentar napa sih! elah."
Membuka pintu dengan malas, Rama menemukan seorang gadis yang berdiri membelakanginya. Postur tubuh idealnya sangat pas dipadukan dengan rambut coklat panjangnya.
Tersadar apabila pintu yang ia tunggu sedari tadi sudah terbuka, si gadis itu membalikan badannya, dan langsung berhadapan dengan Rama. Mereka berdua menegang sesaat, tapi kemudian si gadis tersadar, lalu menyodorkan sekotak berisi kue kepada Rama yang masih saja terdiam mematung
"Ini dari Ibuku, untuk tante Rossa." ucap Raya, iya gadis itu adalah Raya.
Raya memandang bingung Rama yang masih setia terdiam sambil menatapnya. Setelah ditunggunya beberapa saat dan tak ada pergerakan yang berarti dari Rama, Raya pun berinisiatif untuk memberikan kotak yang ia bawa ke tangan Rama. Ketika tangan Raya menyentuh tangan Rama untuk menerima kotak itu, tanpa Raya sadari muka Rama semakin memucat. Raya yang memang tabiatnya adalah orang yang cuek, langsung pergi dari sana setelah membungkukan badannya sebagai tanda terima kasih.
Rama tahu seharusnya ia bergerak atau berlali kalau ia bisa, tapi sayangnya ia tak mampu. Rama tak tahu seberapa lama ia berdiri diam di depan pintu, tapi yang ia tahu pasti, tak lama kemudian kedua sohibnya datang kerumahnya dan menyadarkan Rama.
"Woy Bos! Ngapain lo diem disini?" tanya Reno sambil menepuk pundak Rama
Rama menoleh ke arah Dion dan Reno yang masih memandangnya penasaran. Dengan tatapan kosong Rama menjawab, "Setan." lirihnya, disusul dengan terjatuhnya ia di lantai dengan keadaan tak sadarkan diri, alias pingsan.
Menyedihkan.
*****
Ugghhh yeahhh
Vomment^^
'Kia
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMA & RAYA
Teen FictionBukan tentang siapa yang memuja kelebihanmu. Tapi tentang siapa yang memelukmu ketika tahu kekuranganmu-